Ulin Barong Sekeloa, Tarian Tua yang Hidup Kembali di Tangan Generasi Z Bandung

Ikbal Tawakal
Ditulis oleh Ikbal Tawakal diterbitkan Kamis 30 Okt 2025, 09:50 WIB
Seni Ulin Barong kesenian khas Sekeloa Kelurahan Lebakgede yang usianya sudah lebih dari satu abad. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)

Seni Ulin Barong kesenian khas Sekeloa Kelurahan Lebakgede yang usianya sudah lebih dari satu abad. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)

AYOBANDUNG.ID – Di tengah hiruk-pikuk Kota Bandung yang terus tumbuh menjadi kota modern, masih ada sekelompok anak muda di Sekeloa, Lebakgede, yang memilih jalan berbeda: menjaga denyut tradisi. Mereka adalah bagian dari Lingkung Seni Cahaya Putra Binangkit, pelestari Ulin Barong Sekeloa, kesenian khas yang telah hidup lebih dari satu abad.

Wayang Sunda, Ronggeng Abrag, Suriwit, hingga Opera Sunda kini kian jarang dipentaskan. Namun, bagi Affan Halim Ramadhan (23), Ketua Lingkung Seni Cahaya Putra Binangkit, kesenian bukan sekadar hiburan, melainkan warisan yang wajib dijaga. Ia bertekad agar Ulin Barong Sekeloa tak bernasib sama seperti kesenian lain yang hilang digerus zaman.

Affan bersama sekitar 50 anggota aktif komunitasnya mendedikasikan diri untuk merawat dan melestarikan kesenian yang telah ada sejak 1885. “Kami anak muda Sekeloa sudah akrab sejak kecil dengan Ulin Barong. Kesenian yang sudah turun temurun ini harus kami jaga dan lestarikan. Kalau bukan anak muda, siapa lagi yang akan meneruskan ke generasi selanjutnya,” tegas Affan saat ditemui di Lingkung Seni Cahaya Putra Binangkit, Jumat malam, 24 Oktober 2025.

Ketua Lingkung Senin Cahaya Putra Binangkit Affan Halim Ramadhan saat tampil di pentas Ulin Barong Sekeloa. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ketua Lingkung Senin Cahaya Putra Binangkit Affan Halim Ramadhan saat tampil di pentas Ulin Barong Sekeloa. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)

Ulin Barong Sekeloa memiliki kekhasan pada gerakan silat yang berpadu dengan irama musik tradisional. Kepala barongnya dibuat dari serutan bambu, dilapisi kertas dan diwarnai, lalu diberi rambut serta rawis dari karung goni. Bentuknya menyerupai naga dengan kepala barong besar yang digotong oleh dua orang.

Menurut Affan, para sesepuh terdahulu pernah memutuskan membentuk lingkung seni agar kesenian ini tetap hidup. Salah satunya adalah Cahaya Putra Binangkit, yang kini menjadi bagian dari 16 lingkung seni Ulin Barong di bawah naungan Paguyuban Seni Sekeloa.

“Sudah 10 tahun terbentuk sejak 2015. Namun, kami mulai aktif pada 2016,” ucapnya.

Pemilihan nama Cahaya Putra Binangkit, kata Affan, bukan tanpa makna. Nama itu menjadi doa agar semangat dan karya generasi muda Sekeloa terus menyala. “Cahaya itu artinyakan sinar, sesuai dengan harapan kami bahwa adanya lingkung seni ini bisa menjadi sinar di kegelapan yang lahir dari generasi muda di Sekeloa, sedangkan binangkit itu cekatan, sigap, dan sinergitas,” tutur Affan.

Menjelang malam, suasana sanggar semakin hidup. Sekitar 15 pemuda dan pemudi berdatangan, bercakap hangat sambil menyiapkan alat musik dan kostum. Dari total anggota, 80 persen laki-laki dan 20 persen perempuan. Masing-masing memiliki peran: pemain barong, pemusik, penari, hingga bagian artistik. Semua dikerjakan secara gotong royong, bahkan hasil pentas pun ditabung untuk kas bersama.

“Sebagian ditabung untuk keperluan kas. Memang awal-awal terbentuk kami dan tentunya sesepuh udunan (iuran) untuk membeli alat musik, bahan-bahan untuk membuat barong, dan lainnya. Harapannya sih sebetulnya kami lebih diperhatikan pemerintah agar mendapat bantuan dari segi finansial,” tuturnya.

Anak muda di Sekeloa di Kelurahan Lebakgede yang menjadi bagian dari Lingkar Seni Cahaya Putra Binangkit, pelestari Ulin Barong Sekeloa. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Anak muda di Sekeloa di Kelurahan Lebakgede yang menjadi bagian dari Lingkar Seni Cahaya Putra Binangkit, pelestari Ulin Barong Sekeloa. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)

Tantangan Kebudayaan

Affan paham, menjaga kesenian tak hanya soal tampil di panggung, tetapi juga menjaga dokumentasi dan eksistensinya di tengah dunia digital. Ia menyesalkan bahwa dulu, banyak kegiatan kesenian tidak terekam dengan baik. Kini, dokumentasi menjadi prioritas agar generasi mendatang punya jejak untuk dipelajari.

Potret Barong Bapak, Barong Ibu, dan Barong Anak dalam Ulin Barong Sekeloa. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Potret Barong Bapak, Barong Ibu, dan Barong Anak dalam Ulin Barong Sekeloa. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)

Namun, perhatian pemerintah belum sepenuhnya hadir. “Meski sudah 10 tahun berdiri, perhatian dari Pemkot Bandung itu kurang. Apalagi untuk menembus ke Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Bandung itu susah banget. Kami hanya sampai pada sertifikasi legalitas lingkung seni yang dibantu paguyuban seni sekeloa,” tuturnya.

Affan menyebut Hajat Sekeloa sebagai pesta kebudayaan tahunan yang selalu dinanti. Setiap peringatan 17 Agustus, berbagai lingkung seni menampilkan Ulin Barong Sekeloa. Namun, ia menyayangkan ada salah satu kelompok yang enggan ikut berpartisipasi.

“Untuk tampil di Sekeloa pun mereka enggak mau, mungkin dugaan saya karena mereka sudah dekat dengan Disbudpar. Setiap Hajat Sekeloa seakan menarik diri,” ucapnya.

Meski begitu, Affan memilih fokus pada hal positif. Ia tak ingin perbedaan menghambat cita-cita besar: membawa Ulin Barong Sekeloa tampil di panggung dunia. “Masalah ini sebetulnya sensitif bagi kami, tapi ya sudahlah. Sekarang mah lebih penting menjadikan mimpi kami kenyataan salah satunya bisa menampilkan Ulin Barong Sekeloa di mancanegara. Untuk caranya ya nanti kami cari,” katanya diselingi tawa.

Peran Perempuan

Di antara para pemuda itu, ada sosok Caca (23). Meski awalnya malu-malu bicara, kepiawaiannya menari diiringi musik Ulin Barong Sekeloa sudah tak perlu diragukan. Bekerja sambil mengurus rumah tangga tak membuatnya meninggalkan sanggar yang telah menjadi bagian hidupnya.

“Kami sebagai perempuan ya tugasnya lumayan banyak. Saya misalnya sudah kerja, ngurus rumah, dan ikut kesenian. Nah, anggota perempuan di sini juga dibagi ke berbagai divisi, ada penari hingga yang mengurus administrasi,” ucapnya.

Remaja putri ikut menyemarakan seni Ulin Barong Sekeloa. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Remaja putri ikut menyemarakan seni Ulin Barong Sekeloa. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)

Dukungan dari keluarga menjadi alasan Caca tetap aktif. “Tantangannya paling soal izin kerja aja. Selebihnya saling mendukung mulai dari suami juga kan satu sanggar. Saya sebagai penari dan dokumentasi kalau setiap pentas Ulin Barong Sekeloa,” sambungnya.

Sejalan dengan semangat Affan, Caca juga ingin memastikan kesenian ini tak hilang ditelan zaman. Ia meyakini, perempuan memiliki peran penting dalam melahirkan generasi penerus budaya. “Perempuan kan melahirkan. Anggaplah kami juga anggota perempuan di sini bisa melahirkan generasi penerus supaya kesenian ini tidak mati di generasi kami,” tuturnya.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 19 Des 2025, 21:14 WIB

Sate Murah di Tikungan Jalan Manisi, Favorit Mahasiswa Cibiru

Sate dengan harga yang murah meriah dan rasa yang enak serta memiliki tempat yang strategis di sekitar wilayah Cibiru.
Dengan harga Rp20.000, pembeli sudah mendapatkan satu porsi berisi 10 tusuk sate lengkap dengan nasi. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 20:24 WIB

Hidup Selaras dengan Alam, Solusi Mencegah Terjadinya Banjir di Musim Penghujan

Banjir menjadi salah satu masalah ketika musim hujan telah tiba, termasuk di Kota Bandung.
Salah satu dampak dari penurunan permukaan tanah adalah banjir seperti banjir cileuncang di Jalan Citarip Barat, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung, Rabu 28 Februari 2024. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)
Ayo Jelajah 19 Des 2025, 19:15 WIB

Sejarah Jatinangor, Perkebunan Kolonial yang jadi Pabrik Sarjana di Timur Bandung

Jatinangor pernah hidup dari teh dan karet sebelum menjelma kawasan pendidikan terbesar di timur Bandung.
Jatinangor. (Sumber: sumedangkab.go.id)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 18:09 WIB

Abah, Buku Bekas, dan Denyut Intelektual

Mahasiswa lintas angkatan mengenalnya cukup dengan satu panggilan Abah. Bukan dosen, staf, bukan pula pustakawan kampus.
Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 16:01 WIB

Maribaya Natural Hotspring Resort: Wisata Alam, Relaksasi, dan Petualangan di Lembang

Maribaya Natural Hotspring Resort menawarkan pengalaman wisata alam dan relaksasi di tengah kesejukan Lembang.
Maribaya Lembang. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 15:13 WIB

Bukit Pasir sebagai Benteng Alami dari Hempasan Tsunami 

Sand dune yang terbentuk oleh proses angin dan gelombang dapat mengurangi efek tsunami.
Teluk dengan pantai di selatan Jawa Barat yang landai, berpotensi terdampak hempasan maut tsunami. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T. Bachtiar)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 14:22 WIB

Jualan setelah Maghrib Pulang Dinihari, Mi Goreng ‘Mas Sam’ Cari Orang Lapar di Malam Hari

Mengapa mesti nasi goreng “Mas Iput”? Orangnya ramah.
SAM adalah nama sebenarnya, tapi para pelanggannya telanjur menyebutnya “Mas Iput”. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 14:12 WIB

5 Hidden Gem Makanan Manis di Pasar Cihapit, Wajib Dicoba Saat Main ke Bandung!

Semuanya bisa ditemukan dalam satu area sambil menikmati suasana Pasar Cihapit.
Salah satu tempat dessert di Pasar Cihapit, yang menjadi tujuan berburu makanan manis bagi pengunjung. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 12:57 WIB

Twig Café Maribaya: Tempat Singgah Tenang dengan Pemandangan Air Terjun yang Menyegarkan Mata

Suasana Cafe yang sangat memanjakan mata dan pikiran lewat pemandangan nyata air terjun yang langsung hadir di depan mata.
Air terjun yang langsung terlihat dari kafe. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 11:46 WIB

Program CSR sebagai Alat Penembusan dosa

CSR harus dikembalikan ke inti, yaitu komitmen moral untuk mencegah kerusakan ekosistem sejak awal
Ilustrasi kayu hasil penebangan. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 10:21 WIB

Keberlangsungan Suatu Negara dalam Bayang-Bayang Deformasi Kekuasaan

Sering kali ada pengaruh buruk dalam jalannya suatu pemerintahan yang dikenal dengan istilah deformasi kekuasaan.
 (Sumber: Gemini AI)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 09:24 WIB

Kota Bandung: Hak Trotoar, Pejalan Kaki, dan PKL

Antara hak pejalan kaki dan pedagang kaki lima yang harus diseimbangkan pemerintah Kota Bandung
Pejalan kaki harus melintas di jalan yang diisi oleh para pedagang di trotoar Lengkong Street Food, Kamis, 4 Desember 2025. (Sumber: Dokumentasi pribadi | Foto: Taqiyya Tamrin Tamam)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 09:13 WIB

Cibaduyut: Sentra Sepatu yang Berubah Menjadi Sentra Kemacetan

Cibaduyut tidak hanya menjadi pusat penjualan sepatu di Kota Bandung, tapi juga sebagai salah satu pusat kemacetan di kota ini.
Tampak jalanan yang dipenuhi kendaraan di Jln. Cibaduyut, Kota Bandung (04/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yudhistira Rangga Eka Putra)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 21:16 WIB

Sambel Pecel Braga: Rumah bagi Lidah Nusantara

Sejak berdiri pada 2019, Sambel Pecel Braga telah menjadi destinasi kuliner yang berbeda dari hiruk- pikuk kota.
Sambel Pecel Braga di tengah hiruk pikuk perkotaan Bandung. (Foto: Fathiya Salsabila)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:42 WIB

Strategi Bersaing Membangun Bisnis Dessert di Tengah Tren yang Beragam

Di Tengah banyaknya tren yang cepat sekali berganti, hal ini merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi pengusaha dessert untuk terus mengikuti tren dan terus mengembangkan kreatifitas.
Dubai Truffle Mochi dan Pistabite Cookies. Menu favorite yang merupakan kreasi dari owner Bonsy Bites. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:08 WIB

Harapan Baru untuk Taman Tegallega sebagai Ruang Publik di Kota Bandung

Taman Tegallega makin ramai usai revitalisasi, namun kerusakan fasilitas,keamanan,dan pungli masih terjadi.
Area tribun Taman Tegalega terlihat sunyi pada Jumat, 5 Desember 2025, berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata, Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ruth Sestovia Purba)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 19:38 WIB

Mengenal Gedung Sate, Ikon Arsitektur dan Sejarah Kota Bandung

Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat.
Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 18:30 WIB

Kondisi Kebersihan Pasar Induk Caringin makin Parah, Pencemaran Lingkungan di Depan Mata

Pasar Induk Caringin sangat kotor, banyak sampah menumpuk, bau menyengat, dan saluran air yang tidak terawat, penyebab pencemaran lingkungan.
Pasar Induk Caringin mengalami penumpukan sampah pada area saluran air yang berlokasi di Jln. Soekarno-Hatta, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung, pada awal Desember 2025 (Foto : Ratu Ghurofiljp)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:53 WIB

100 Tahun Pram, Apakah Sastra Masih Relevan?

Karya sastra Pramoedya yang akan selalu relevan dengan kondisi Indonesia yang kian memburuk.
Pramoedya Ananta Toer. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Lontar Foundation)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 17:42 WIB

Hikayat Jejak Kopi Jawa di Balik Bahasa Pemrograman Java

Bahasa pemrograman Java lahir dari budaya kopi dan kerja insinyur Sun Microsystems dengan jejak tak langsung Pulau Jawa.
Proses pemilahan bijih kopi dengan mulut di Priangan tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)