Suara tawa, teriakan, dan lantunan musik terdengar riuh di Gedung Kesenian Sunan Ambu, Kampus ISBI Bandung, sore itu. Sejumlah mahasiswa tampak sibuk menyiapkan properti di panggung. sebagian lain berlatih dialog sambil menatap cermin besar di sudut ruangan.
Di balik hiruk pikuk itu, teater bukan sekadar seni pertunjukan, melainkan cara mereka menyampaikan keresahan rakyat kecil yang sering tak terdengar. Cijagra, Kec. Lengkong, Kota Bandung. Jumat (7/11/2025)
Wildan seorang mahasiswa jurusan Teater ISBI Bandung, menjadi salah satu sosok yang aktif menjaga semangat berkesenian di kampus tersebut.
“Teater itu bukan cuma soal akting di atas panggung. Bagi kami, ini cara untuk bicara tentang apa yang masyarakat rasakan tapi jarang didengarkan,” ujar Wildan yang juga berperan sebagai aktor dalam beberapa pementasan.
Ia menjelaskan bahwa jenis pertunjukan yang dimainkan mahasiswa teater ISBI Bandung sangat beragam, mulai dari naskah realis yang menampilkan kehidupan sehari-hari, surreal yang membawa unsur mimpi dan simbol, hingga absurd yang penuh dialog tak lazim namun sarat makna, menggambarkan luasnya eksplorasi seni di kampus tersebut.
Tak hanya itu, ISBI Bandung juga masih melestarikan tradisi lokal seperti Longser, bentuk teater rakyat khas Sunda.
“Dulu Longser dimainkan langsung di tengah masyarakat, tapi sekarang sudah sering dibawa ke panggung modern tanpa menghilangkan ciri khasnya,” tutur Wildan.
Modernisasi ini menurutnya menjadi bukti bahwa teater bisa berkembang tanpa meninggalkan akar budayanya.
Pria berkacamata ini menambahkan bahwa semangat berkesenian di jurusan teater lahir dari komunitas dan kebersamaan antar mahasiswa.
“Teater itu kerja tim. Bahkan untuk monolog pun kita butuh orang-orang di balik layar, seperti lighting, musik, produksi. Tanpa mereka, pertunjukan nggak akan hidup,” ujarnya.
Baca Juga: Ruang Kolaborasi Seni dan Wisata Keluarga di NuArt Sculpture Park
Gedung Kesenian Sunan Ambu sendiri menjadi saksi lahirnya berbagai pertunjukan besar karya mahasiswa. Menurut Wildan, gedung yang menjadi ikon ISBI Bandung ini secara rutin digunakan sebagai tempat ujian praktik, latihan pementasan, hingga tugas akhir yang dapat disaksikan langsung oleh masyarakat luas tanpa dipungut biaya tiket, sehingga menjadi ruang apresiasi terbuka bagi publik untuk menikmati karya seni mahasiswa.
Bagi Wildan, teater memiliki peran penting di era digital.
“Sekarang semua serba cepat, tapi nggak semua suara terdengar. Lewat teater, keresahan masyarakat bisa disampaikan dengan jujur dan langsung,” katanya.
Ia menilai bahwa di tengah derasnya informasi, panggung teater justru menjadi ruang refleksi dan dialog sosial.
Proses mempersiapkan satu pertunjukan teater, lanjutnya, membutuhkan waktu panjang dan kerja kolektif. Mahasiswa harus membentuk tim, menentukan naskah, memilih aktor, hingga mencari dana produksi.
“Kuncinya adalah visi bersama. Dari situ kita tahu arah pementasan ini mau ke mana dan apa pesannya,” tutur Wildan menutup percakapan. (*)