Bandung dan Seni Slow Livingnya: Manifesto dari Sudut-Sudut Cafe

Highcall Ziqrul Illahi
Ditulis oleh Highcall Ziqrul Illahi diterbitkan Jumat 14 Nov 2025, 11:07 WIB
Atmosfer Budaya Slow Living yang Hadir di Tiap Sudut Cafe Bandung (Sumber: Dokumentasi Foto Penulis | Foto: Highcall Ziqrul Illahi )

Atmosfer Budaya Slow Living yang Hadir di Tiap Sudut Cafe Bandung (Sumber: Dokumentasi Foto Penulis | Foto: Highcall Ziqrul Illahi )

Di tengah Jakarta yang berlari tanpa henti, ada kota yang memilih untuk berjalan pelan. Bandung dengan sejuta cafe-nya bukan sekadar destinasi akhir pekan. Ia adalah antitesis dari hustle culture yang menggerogoti jiwa pekerja dan anak muda. Ia adalah manifesto diam-diam bahwa hidup tak harus selalu tentang mengejar melainkan juga tentang tiba. Maka tidak salah apabila Bandung dilabeli sebagai rumah bagi budaya slow living.

Setiap akhir pekan, jalanan menuju Dago, Riau, atau Progo selalu saja disesaki kendaraan dengan pelat B dan pelat luar kota. Mereka datang bukan hanya untuk berwisata, tetapi untuk melepas dan menepikan dirinya dari belenggu deadline, dari dering notifikasi email, dari ekspektasi produktivitas yang tak kunjung berhenti.

Namun di balik label "tempat pelarian" ini, tersimpan sesuatu yang lebih dalam, yaitu budaya slow living yang mengakar kuat di tiap sudut kota. Bukan sekadar tren atau gimmick pemasaran, slow living di Bandung adalah hasil kawin mawin antara geografi dan iklim, sehingga menciptakan karakter warganya yang cenderung santai, tanpa terburu-buru.

"Bandung tuh beda. Orang di sini nggak terlalu ngoyo. Ada kerjaan ya dikerjain, tapi nggak sampe lupa hidup," ujar Sauqi, seorang digital nomad yang selalu menghabiskan tiap akhir pekannya ke Bandung. "Di sini gue belajar bahwa produktivitas bukan soal seberapa cepat, tapi seberapa sustain."

Jika Jakarta punya coworking space yang steril dan impersonal, Bandung punya cafe dengan kursi kayu yang empuk, tanaman gantung di setiap sudut, playlist indie yang menenangkan, semilir angin yang membelai, dan atmosfer yang syahdu lagi memanjakan.

Cafe di Bandung bukan sekadar tempat untuk menyeruput kopi, ia adalah third place, ruang ketiga antara rumah dan kantor atau kampus, tempat di mana identitas "pekerja" dan "mahasiswa" bisa dilepas sejenak. Di salah satu cafe bernama Sloow Cafe Bandung, anak muda duduk berjam-jam dengan berteman laptop dan buku catatan.

Tidak ada raut wajah panik, tidak ada jari yang mengetik dengan tergesa. Ia bekerja, tapi dengan ritme yang berbeda—seolah waktu di Bandung bergerak sedikit lebih lambat, memberi ruang untuk napas panjang di antara satu email dan email lainnya.

Tidak bisa dipungkiri, Bandung memang diuntungkan oleh geografinya. Kota yang dikelilingi pegunungan ini memiliki suhu udara yang sejuk sepanjang tahun—berkisar 23-25 derajat Celsius—dengan usapan angin yang konsisten. Kondisi ini menciptakan atmosfer yang secara alami mengundang orang untuk melambat, untuk duduk lebih lama, untuk menatap langit yang kerap berawan.

Berbeda dengan Jakarta yang panas, lembap, dan penuh polusi—kondisi yang secara psikologis mendorong orang untuk terus bergerak cepat, mencari AC, menjauhkan diri dari keramaian dan menyelamatkan dari kemacetan. Bandung justru mengajak orang untuk stay a little longer. "Cuaca Bandung itu kayak peluk hangat yang bikin kamu nggak mau cepet-cepet balik ke rutinitas," ungkapnya.

Di Jakarta, cafe adalah pit stop. Di Bandung, cafe adalah destinasi. Tempat anak muda yang lelah oleh tuntutan "produktif 24/7" menemukan validasi bahwa tidak apa-apa berhenti sejenak. Di era yang terobsesi hustle, grind, dan validasi sosial, Bandung menawarkan narasi antitesis bahwa kebahagiaan bukan dari seberapa banyak target tercapai, tapi dari seberapa hadir kita dalam setiap momen.

Ambient Tenang dan Nyaman yang Coba Digambarkan di Salah Satu Cafe Bandung (Sumber: Dokumentasi Foto Penulis | Foto: Highcall Ziqrul Illahi)
Ambient Tenang dan Nyaman yang Coba Digambarkan di Salah Satu Cafe Bandung (Sumber: Dokumentasi Foto Penulis | Foto: Highcall Ziqrul Illahi)

Bandung sedang jadi laboratorium sosial bagi generasi burnout. Kota ini menawarkan alternatif gaya hidup yang tidak dibicarakan di webinar produktivitas: bahwa melambat itu wajar, istirahat adalah proses, bukan penghalang apalagi aib. Cafe-cafe yang menjamur adalah representasi fisik kebutuhan kolektif ini.

Ruang di mana slow living bukan teori, tapi praktik sehari-hari. Bandung itu hadir sebagai pengingat bahwa hidup nggak harus se-hectic Jakarta dan kadang kita memang butuh diingatkan, supaya tidak kehilangan diri sendiri.

Matahari sore di Bandung tenggelam dengan cara tersendiri—pelan, dramatis, penuh warna. Seperti itulah cara kota ini mengajarkan kita untuk hidup: tidak terburu-buru, penuh kesadaran, dengan apresiasi dan pemaknaan terhadap setiap momen.

Mungkin itulah mengapa anak muda dan pekerja terus berdatangan—bukan untuk melarikan diri, tetapi untuk menemukan kembali ritme hidup yang sempat hilang. Bandung bukan pelarian. Bandung adalah pulang. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Highcall Ziqrul Illahi
Aktivis | Jurnalis | Penggiat Komunikasi
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:55 WIB

Wayang Golek Sindu Parwata Gaungkan Pelestarian Budaya Sunda di Manjahlega

Pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata di Manjahlega gaungkan pelestarian budaya Sunda dan dorong generasi muda untuk mencintai budaya lokal sunda.
Suasana pagelaran Wayang Golek di Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jumat (5/9/2025), di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Ayu Amanda Gabriela)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:30 WIB

Menyoal 'Sora' Sunda di Tengah Sorak Wisatawan

Sora Sunda tidak harus berteriak paling keras untuk tetap hidup dan bertahan. Ia cukup dimulai dari kebiasaan kecil.
Mengenalkan budaya dan nilai kesundaan bisa dilakukan lewat atraksi kaulinan barudak. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:10 WIB

Kenaikan Gaji ASN, antara Harapan Dompet dan Reformasi Birokrasi

Kenaikan gaji ASN bukan sekadar soal dompet, tapi ujian sejauh mana birokrasi mampu menukar kesejahteraan menjadi kinerja.
Ilustrasi PNS di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)