Dalam keheningan yang merangkul tiap sudut ruang. Denting logam berpadu dengan cahaya lembut yang menari di dinding abu-abu.
Namun, suasana hening itu justru menarik langkah pengunjung untuk memenuhi pameran seni bertajuk Mereka(h) di Grey Art Gallery yang digelar dari 30 Oktober 2025 hingga 11 Januari 2026, Jalan Braga No.47, Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 40111, Selasa (04/11/25).
Muhammad Zain Firdaus, art support Grey Art Gallery, menjelaskan bahwa pameran Mereka(h) mengusung makna ganda dari kata Mereka dan Mereka(h) yang mencerminkan keberagaman seniman serta semangat tumbuh dan berkembang dalam karya.
“Melalui tema ini, kami tidak hanya ingin menampilkan karya yang hanya indah dilihat, tetapi juga menumbuhkan percakapan antar seniman dari berbagai latar,” ujarnya.
Grey Art Gallery yang berdiri pada tahun 2023 menjadi salah satu wisata pameran seni di Jalan Braga, kawasan wisata populer di Kota Bandung. Wisata pameran seni satu ini memperkenalkan jati diri mereka kepada pengunjung dengan mencari cerita sendiri, mereka membuka sistem open call di mana Grey menyoroti seniman-seniman muda.
Grey Art Gallery secara konsisten mengadakan ajang penghargaan dua tahun sekali untuk menumbuhkan dan menyoroti karya para seniman dari berbagai latar, khususnya seniman muda. Melalui penghargaan seperti People’s Choice Award dan Grey Award, pengunjung dapat memilih karya terbaik, sementara seniman muda berusia minimal 20 tahun berkesempatan menunjukkan potensinya.
Pameran tajuk Mereka(h) ini merupakan pameran hasil kerjasama antara Grey Art Gallery dengan Holyszpace yang merangkum empat pameran seni yang saling bertaut dalam satu waktu. Di antaranya ada karya Blurb oleh kelompok seniman AMBARI, Nightgown oleh Camilla Astari, Ardore Numerico oleh Aryo Saloko, serta Numerical Mindspace dari mahasiswa Telkom University.
Pameran-pameran ini mempresentasikan keberagaman seniman, mulai dari kelompok AMBARI yang beranggotakan seniman ternama, Camilla Astari yang menonjolkan sisi femininitas dalam karyanya hingga seniman muda dari kalangan mahasiswa. Seluruhnya mempresentasikan keberagaman gagasan dan ekspresi merekah dalam satu ruang.
Sebagai langkah awal, pengunjung akan disambut instalasi bertajuk Beauty Scale. Karya ini menampilkan benda-benda seperti bulu mata, produk skincare, medali, hingga alat pengukur badan yang dapat pengunjung pilih dan timbang sebagai suatu simbol refleksi.
Selanjutnya, karya dari seniman muda Telkom University turut dihadirkan bertajuk Numerical Mindspace sebuah instalasi multisensori. Mereka menampilkan instalasi multisensori sehingga menciptakan pengalaman yang lebih imersif dalam menikmati ruang seni.
Setiap sudut pameran menghadirkan sensasi yang berbeda, dan semua dapat dijelajahi di Grey Art Gallery hanya dengan Rp25.000 pada hari biasa atau Rp35.000 pada akhir pekan. Dengan harga yang relatif murah, pengunjung dapat memanjakan mata dan lebih menghargai seni.
“Saya berharap para remaja yang datang ke pameran ini dapat lebih menghargai karya para seniman, serta menjadikan pameran ini sebagai ruang untuk mulai mengenal seni,” ujar pria 18 tahun.
Zain Firdaus menambahkan bahwa Grey tidak hanya menghadirkan pameran karya seni yang dapat dinikmati pengunjung, tetapi juga sebagai latar yang memanjakan kamera para pengunjung. Ia menegaskan, para kurator Grey selalu mengikuti paruh-paruh tren agar setiap pameran tetap relevan dan mampu menghadirkan pengalaman seni yang segar bagi pengunjung. (*)
