Menelusuri Keresahan Hati Seniman lewat Karya Selasar Sunaryo Art Space

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Jumat 19 Sep 2025, 18:21 WIB
Sejuta Mata Karya Sunaryo (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Sejuta Mata Karya Sunaryo (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Kritik tak hanya berbentuk ujaran secara lisan tapi bisa lewat karya seni berupa tulisan, karikatur, lukisan, simbol, mural, film, teater dan jenis karya seni lainnya. Gejolak keresahan yang ada dalam diri perlu diluapkan agar tak tertahan di hati menjadi kesakitan atau bergumul di otak menjadi kiasan.

Bandung merupakan salah satu kota yang cukup kaya dengan keberadaan galeri seni, museum dan ruang kreatif. Hal ini menunjukkan bahwa Bandung adalah kota yang kaya dengan beragam kebudayaan dan sejarah hingga daya kreativitas yang tinggi.

Salah satu galeri seni yang ada di Kota Bandung adalah Selasar Sunaryo Art Space yang berada di Jl. Bukit Pakar No.100, Ciburial, Kec. Cimenyan, Kab. Bandung Jawa Barat. Galeri ini beroperasi setiap Selasa-Minggu mulai pukul 10.00-12.00 lalu buka kembali di jam 13.00-17.00 sementara hari Senin tutup.

Selasar Sunaryo bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Dari Terminal Leuwi Panjang bisa menggunakan TMB koridor Dago--Leuwi Panjang dengan pembayaran tap kartu e-money atau Qris.

Setelah sampai di halte Dipati Ukur bisa dilanjutkan dengan Angkot Riung Bandung--Dago atau Angkot Kebon Kelapa--Dago yang kemudian bisa dilanjutkan dengan ojek online. Namun bagi yang ingin sat-set bisa langsung menggunakan ojek online sejak turun di halte Dipati Ukur.

Bagian Depan Selasar Sunaryo Art Space (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Bagian Depan Selasar Sunaryo Art Space (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Sesampainya di Selasar Sunaryo pengunjung bisa langsung membeli tiket pada bangunan kecil di sebelah kiri halaman. Selasar Sunaryo memiliki empat bagian galeri yaitu karya seni yang berjudul Tentang Ada, Jenama Selasar, Pejal dan Bandung Photography.

Tiket untuk pengunjung umum sebesar 45K sementara untuk pelajar 40.5K sedangkan balita 0-5 tahun dan manula >65 tahun tidak dikenakan biaya alias gratis.

Disclaimer sebelum masuk ke Selasar Sunaryo ada beberapa peraturan diantaranya tidak boleh membawa makanan, boleh memotret karya seni hanya dengan kamera ponsel bukan profesional dan tidak boleh menyentuh seluruh karya seni yang terpajang dengan tangan.

Pameran Seni Selasar Sunaryo Art Space (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Pameran Seni Selasar Sunaryo Art Space (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Di ruangan pertama terdapat karya seni berjudul Tentang Ada, sebuah karya seni abstrak yang menampilkan warna-warna monokrom juga jahitan dengan warna merah kontras. Menurut penjelasan yang tertulis di tembok lukisan abstrak memiliki makna yang menarik karena tidak meniru bentuk apapun yang ada di alam nyata.

Sunaryo memberikan perspektif untuk melihat karya seni tersebut dengan cara bersikap 'menarik' atau 'memisahkan'. Pengunjung diminta untuk menunda kebiasaan menautkan karya abstrak yang tersaji dengan kemiripan hal-hal yang ada dalam alam nyata. Tataplah bidang datar tersebut dengan cara pandang yang hening maka kalian akan menemukan segala hal yang ada di dalam maupun di luar diri kita.

Dalam pameran ini juga terdapat beberapa karya seni dalam bentuk patung, batu-batu, arsip perpustakaan seni, atau cindera mata yang bisa dibeli. Dalam keseluruhan karya Sunaryo saya pribadi sangat suka dengan karya yang berjudul Perkebunan dan Sejuta Mata.

Sejuta Mata Karya Sunaryo (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Sejuta Mata Karya Sunaryo (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Karya ini berangkat dari keresahan Sunaryo sebagai seniman terhadap fenomena sosial yang berkembang di masyarakat tentang media sosial. Menurutnya perkembangan Teknologi dan Informasi dapat berdampak secara kultural yang tidak bisa dihindarkan pada kehidupan masyarakat.

Simbol mata yang hadir di salah satu dinding menggambarkan suasana pengawasan yang intimidatif sama persis dengan yang dirasakan oleh para pengguna media sosial. Terlepas rasa intimidatif itu bisa disadari atau tidak oleh pengguna. Dunia maya seolah bergeser maknanya ketika manusia merasa lebih senang berada dalam dunia tersebut dibandingkan dunia nyata.

Banyak pengguna medsos yang merasa kehadirannya lebih di validasi orang asing dibandingkan dengan orang-orang terdekat di dunia nyata. Sehingga dirinya terlarut dalam kehidupan yang semu dan tanpa disadari sebetulnya banyak mata-mata jahat yang sedang mengintai untuk mencari celah dan sisi kelemahan yang bisa dimanfaatkan secara komersial.

Sejuta Mata tidak cukup hanya dipandang tapi pengunjung harus merasakan sendiri ambiencenya dengan ikut terlibat dalam karya seni tersebut. Pengunjung diperkenankan untuk masuk ke sebuah ruangan kaca berbentuk kubus selama satu menit dan tidak diperkenankan untuk duduk dan menyender pada dinding kaca.

Cermin yang terpasang disepanjang dinding memberikan ilusi yang fantastis, rasanya hati deg-degan tak karuan karena gambar mata yang terpantul dari semua sisi pada cermin seolah memandang kita dengan tajam secara bersamaan. Pengalaman ini seolah memberitahu perihal perspektif diri kita sebagai pengguna medsos yang terus terawasi oleh mata-mata di seluruh dunia. Perasaan yang tidak disadari ketika kamu sudah terhanyut ke dalam media sosial.

Keresahan Hati Sunaryo Selaku Seniman (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Keresahan Hati Sunaryo Selaku Seniman (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Karya selanjutnya yang saya sukai dari Sunaryo adalah karikatur yang berjudul Perkebunan yang merepresentasikan beberapa point of view. Sebuah kritik sosial yang dekat dengan isu yang ada di Indonesia perihal ahli fungsi sawah menjadi lahan perkebunan sawit. Para petani yang tidak hanya hilang lahannya tapi juga hilang hak hidupnya.

Bagaimana yang ditakutkan oleh masyarakat kecil ketika pihak berkepentingan datang ke sebuah desa adalah traktor. Alat besar yang termasuk benda mati itu sebetulnya tidak membahayakan jika digunakan sesuai dengan fungsinya. Justru seseorang yang mengoperasikan alat tersebutlah yang bisa berbuat sedemikian kejam terhadap masyarakat kecil.

Baca Juga: Filsafat Seni Islam

Narasi-narasi "Pihak asing" yang sering digaungkan oleh pemerintahan yang seolah ada keterlibatan pihak diluar negara terhadap permasalahan yang terjadi. Dalam karya ini justru narasi-narasi asing datang dari orang-orang negeri sendiri yang mengalih-fungsikan kerusakan atas nama persepsi, energi, data, otentik, interpetasi, sektoral, relevan, blunder, fantastis, elite, intel, humanisme dan narasi lain yang punya makna serupa.

Seperti novel, film, lagu, lukisan dan karya seni lainnya bisa saja dipersepsikan berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Menurut saya tidak ada benar dan salah karena yang benar-benar tahu maksud dan tujuan adalah pembuat karya itu sendiri. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Filsafat Seni Islam

Ayo Netizen 18 Sep 2025, 20:01 WIB
Filsafat Seni Islam

News Update

Ayo Netizen 03 Nov 2025, 20:51 WIB

Tawas, Bahan Sederhana dengan Khasiat Luar Biasa untuk Atasi Bau Badan

Si bening sederhana bernama tawas punya manfaat luar biasa.
Sejak lama, tawas digunakan dalam berbagai keperluan. (Sumber: Wikimedia Commons/Maxim Bilovitskiy)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 19:47 WIB

Fesyen sebagai Cerminan Kepribadian: Lebih dari Sekadar Gaya

Fashion tidak hanya berbicara tentang pakaian yang indah atau tren terkini, tetapi juga menjadi cara seseorang mengekspresikan diri.
Setiap pilihan busana, warna, hingga aksesori yang dikenakan seseorang menyimpan cerita tentang siapa dirinya (Sumber: Pexels/PNW Production)
Ayo Biz 03 Nov 2025, 19:40 WIB

Tempo vs Menteri Pertanian, AJI Tegaskan Sengketa Pers Bukan Urusan Pengadilan

Sengketa pers antara Menteri Pertanian Amran Sulaiman dengan Tempo bermula dari aduan terhadap pemberitaan Tempo berjudul “Poles-Poles Beras Busuk”.
Sengketa pers antara Menteri Pertanian Amran Sulaiman dengan Tempo bermula dari aduan terhadap pemberitaan Tempo berjudul “Poles-Poles Beras Busuk” yang tayang di akun X dan Instagram Tempo. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 03 Nov 2025, 19:24 WIB

Pusat Perbelanjaan Bandung di Era Digital, Bertahan atau Bertransformasi?

Bandung, kota yang dikenal sebagai Paris van Java, tak hanya memikat lewat pesona alam dan kulinernya, tetapi juga lewat denyut bisnis ritelnya yang dinamis.
Bandung, kota yang dikenal sebagai Paris van Java, tak hanya memikat lewat pesona alam dan kulinernya, tetapi juga lewat denyut bisnis ritelnya yang dinamis. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Jelajah 03 Nov 2025, 18:54 WIB

Sejarah Flyover Pasupati Bandung, Gagasan Kolonial yang Dieksekusi Setelah Reformasi

Flyover Pasupati Bandung menyimpan sejarah panjang, dari ide Thomas Karsten di era kolonial hingga menjadi simbol kemajuan urban modern Jawa Barat.
Flyover Pasupati Bandung. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Jelajah 03 Nov 2025, 18:39 WIB

Hikayat Tragedi Lumpur Lapindo, Bencana Besar yang Tenggelamkan Belasan Desa di Sidoarjo

Sejarah amukan lumpur Lapindo telan 16 desa dan 60 ribu jiwa, tapi yang tenggelam bukan cuma rumah, juga nurani dan keadilan negeri ini.
Lumpur Lapindo. (Sumber: Shutterstock)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 17:54 WIB

Perundungan Dunia Maya (Cyberbullying), Siswa SMAN 25 Bandung Diajak Lebih Bijak di Dunia Digital

Mahasiswa Telkom University mengedukasi siswa SMAN 25 Bandung tentang bahaya cyberbullying melalui kegiatan sosialisasi dan diskusi interaktif.
Dokumentasi Pribadi, sosialisasi "Perundungan Dunia Maya (cyberbullying)" SMAN 25 Bandung, 27 oktober 2025.
Ayo Biz 03 Nov 2025, 16:56 WIB

Fesyen Sunda dan Anak Muda Bandung: Warisan atau Wawasan yang Tergerus?

Sejak satu dekade terakhir, anak-anak muda mulai tampil dengan pangsi hitam, iket Sunda, atau aksara kuno yang menghiasi kaus mereka, simbol dari pencarian identitas budaya yang lama terpinggirkan.
[ilustrasi]Sejak satu dekade terakhir, anak-anak muda mulai tampil dengan pangsi hitam, iket Sunda, atau aksara kuno yang menghiasi kaus mereka, simbol dari pencarian identitas budaya yang lama terpinggirkan. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 15:41 WIB

Bandung dan Krisis Nurani Ekologis

Pemerintah kota Bandung tampak lebih sibuk memoles citra daripada memelihara kehidupan.
Sungai Cikapundung Kampung Cibarani Kota Bandung (Foto: Dokumen River Clean up)
Ayo Biz 03 Nov 2025, 14:56 WIB

Milenial dan Generasi Z Tak Lagi Beli Barang, Mereka Beli Nilai

Di tangan generasi milenial dan Gen Z, konsep Keberlanjutan menjelma menjadi gaya hidup yang menuntut transparansi, nilai, dan tanggung jawab sosial.
Produk upcycle, yang mengolah limbah menjadi barang bernilai, kini menjadi simbol perubahan yang digerakkan oleh kesadaran kolektif. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 14:46 WIB

‘Galgah’, Antonim Baru dari ‘Haus’ yang Resmi Masuk KBBI

Kata baru “galgah” sedang jadi sorotan warganet!
Kata "galgah" menunjukkan seseorang sudah tidak lagi haus. (Sumber: Pexels/Karola G)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 14:10 WIB

Cahaya di Tengah Luka: Ketulusan Ibu Timothy Anugerah yang Mengampuni dan Merangkul

Kehilangan seorang anak adalah duka yang tak terbayangkan. Namun, Ibu dari almarhum Timothy Anugerah memilih jalan yang tak biasa.
Ketulusan hati ibu Timothy Anugerah (Sumber: https://share.google/StTZP2teeh7VKZtTl)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 13:15 WIB

Diskusi Buku 'Berani Tidak Disukai' bersama Salman Reading Corner

Membaca adalah cara kita untuk menyelami pemikiran orang lain. Sementara berdiskusi adalah cara kita mengetahui berbagai macam perspektif.
Diskusi Buku Bersama Salman Reading Corner, Sabtu, 01 November 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 11:32 WIB

Menyalakan Kembali Lentera Peradaban

Refleksi Milad ke-113 Muhammadiyah.
Lentera dengan karya seni Islam. (Sumber: Pexels/Ahmed Aqtai)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 10:01 WIB

Perutku, Makanan, dan Rasa Lapar yang Sia-sia

Perut adalah salah satu inti kehidupan manusia. Dari sanalah segalanya bermula, dan juga sering berakhir.
Para pengungsi. (Sumber: Pexels/Ahmed akacha)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 08:12 WIB

Mati Kelaparan di Negeri para Bedebah

Membunuh memang tidak selamanya melukai tubuh seseorang dengan senjata.
Ilustrasi Meninggal karena kelaparan (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 20:37 WIB

Mengapa Tidur Cukup Sangat Penting? Begini Cara Mencapainya

Sering begadang? Hati-hati, kurang tidur bisa merusak kesehatan tubuh dan pikiranmu!
Ilustrasi tidur. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 17:53 WIB

Inspirasi Sosok yang Teguh Mengabdi di Cipadung Wetan

Sosok lurah di Cipadung Wetan yang memiliki dedikasi tinggi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Lurah Cipadung Wetan, Bapak Tarsujono S. Sos, M,. M,. (Sumber: Mila Aulia / dok. pribadi | Foto: Mila Aulia)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 15:14 WIB

Peran Orang Tua di Tengah Tantangan Pendidikan Modern

Perkembangan teknologi dan perubahan gaya belajar membuat pendidikan modern tidak lagi sama seperti dulu.
Orang tua dan anaknya. (Sumber: Pexels/Lgh_9)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 14:01 WIB

Ketika Kampus Tak Lagi Aman: Belajar dari Kasus Timothy Anugerah di Universitas Udayana

Kasus meninggalnya Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Universitas Udayana, membuka mata kita tentang bahaya perundungan di lingkungan kampus.
Korban perundungan, Timothy Anugerah. (Tiktok/apaajaboleh2012)