Filsafat Seni Islam

Iwan Yuswandi
Ditulis oleh Iwan Yuswandi diterbitkan Kamis 18 Sep 2025, 20:01 WIB
Ilustrasi karya seni yang islami. (Sumber: Pexels/Andreea Ch)

Ilustrasi karya seni yang islami. (Sumber: Pexels/Andreea Ch)

Kursi dan meja-meja di sudut kafe yang terbuka tampak basah diguyur hujan lebat. Bukit-bukit yang biasanya tampak memukau dari tempat kami duduk, perlahan mulai gelap dan berkabut. Tiba-tiba kawanku menunjuk pada sebuah patung yang diletakkan di sudut datar, di antara pertemuan dua tangga yang membentuk huruf L.

Patung itu terbuat dari kayu tua berbentuk wajah manusia, khas patung primitif dari Nusantara. Kawanku merasa bahwa patung itu sedikit menakutkan, ekspresinya seperti mengandung aura mistis. Ditambah penerangan lampu di sudut tangga lebih redup dibanding yang lainnya.

Bicara soal patung, saya teringat sebuah buku yang baru saja selesai dibaca. Buku itu berjudul Filsafat Seni Islam, yang ditulis oleh Fahruddin Faiz terbitan Mizan Pustaka. Buku itu mengajak kita melihat seni dari sudut pandang Islam. Penulis menyuguhkan empat tokoh intelektual Islam level dunia yang masih relevan: Ismail Raji al-Faruqi (1921–1986), Seyyed Hossein Nasr (1933–sekarang), Muhammad Iqbal (1877–1938), dan Hazrat Inayat Khan (1882–1927).

Ismail Raji al-Faruqi dan Seyyed Hossein Nasr bicara tentang konsekuensi ketauhidan seorang muslim sebagai pondasi bagi para pelaku seni. Seni harus menjadi jalan bagi seorang muslim untuk mencapai keimanan. Intinya, baik dan buruknya sebuah karya seni itu bukan pada medianya, tapi pada tujuannya. Ini berlaku pada semua bidang seni, baik musik, tari, rupa, teater, dan lain sebagainya.

Kalau al-Faruqi dan Nasr menekankan pondasi ketauhidan, lain lagi dengan Muhammad Iqbal. Ia seolah ingin menegaskan bahwa seni lukis modern itu seharusnya lahir dari dunia Islam. Sebab dalam Islam ada larangan untuk menggambar bentuk-bentuk realis, terutama patung. Menurut Iqbal, aturan itu justru merupakan kesempatan bagi para pelaku seni untuk mencari bentuk-bentuk non-realis (anti-mimesis) dalam mengekspresikan diri.

Bentuk-bentuk non-realis inilah yang dianggap lebih mampu menjangkau ranah-ranah spiritual yang tak terjangkau, sebagaimana tujuan utama seni Islam. Seni Islam harus menjadi jembatan dari sesuatu yang rumit dan dogmatis menjadi lebih sederhana dan punya fungsi kebermanfaatan.

Bukankah aliran Kubisme yang digagas oleh Pablo Picasso (1881–1973) sangat relevan dengan apa yang ditafsirkan oleh Iqbal? Picasso sedang mengkritik zamannya di masa modern awal, ketika dampak Revolusi Industri gelombang kedua membentuk perilaku orang seperti robot. Di sini tampak jelas bahwa seni bisa lahir dari keterbatasan, sekaligus menjadi kritik sosial yang kuat.

Instalasi seni WOT BATU. (Sumber: Wikimedia Commons/Christinetoelle)
Instalasi seni WOT BATU. (Sumber: Wikimedia Commons/Christinetoelle)

Di tanah air, kita punya perupa andal, Sunaryo. Kita bisa melihat karya instalasi WOT BATU—sebuah taman dengan konsep masa lalu dan masa kini. WOT BATU adalah sebuah karya instalasi yang lepas dari bentuk-bentuk mimesis, konsep berhenti sejenak dari keriuhan kehidupan modern.

Di sebelah kanan taman instalasi merupakan taman batu yang menggambarkan asal-muasal peradaban manusia. Sementara, sebelah kiri adalah bangunan modern dengan media kaca sebagai simbol kehidupan modern. Inilah seni yang punya kebermanfaatan sekaligus bisa menghadirkan pengalaman batin yang sulit dijelaskan.

Tokoh terakhir adalah Hazrat Inayat Khan. Ia lahir dari keluarga muslim yang juga berdarah seni, terutama musik. Sehingga Inayat Khan lebih tertarik pada musik sebagai jalan menuju kehidupan spiritualnya. Menurut Inayat Khan, alam semesta adalah sebuah orkestrasi musik dalam konsep makrokosmos. Begitupun dengan manusia, juga merupakan orkestrasi musik dalam konsep mikrokosmos.

Alam semesta adalah orkestrasi musik alam yang menciptakan harmoni dan keseimbangan. Sehingga jika ada satu saja unsur alam yang terganggu, maka orkestrasi alam akan terganggu. Banjir, longsor, angin, kebakaran hutan adalah dampak dari terganggunya harmoni dari orkestrasi alam.

Baca Juga: Seni Menggunakan Huruf Miring dalam Bahasa Indonesia

Begitupun jika tubuh kita sakit, itu artinya harmoni dalam orkestrasi tubuh kita terganggu. Cobalah rasakan detak jantung kita yang teratur, jika ritmenya terganggu maka kita akan menderita sakit yang disebut aritmia. Detak jantung menjadi tidak teratur, tidak sesuai ritme ketukan seperti halnya musik.

Menurut Inayat Khan, musik adalah seni yang tidak bisa dilihat wujudnya; ia masuk melewati telinga lalu masuk ke dalam hati. Untuk itu, musik lebih masuk akal bisa mewakili perasaan yang tidak terwakilkan oleh bentuk apa pun. Bukankah Tuhan juga sesuatu yang tidak bisa disamakan dengan bentuk apa pun? Tetapi semua itu perlu syarat level kemampuan kita untuk mendengarkan getaran-getaran musikal dalam diri kita maupun di alam semesta. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Iwan Yuswandi
Tentang Iwan Yuswandi
@iwan yuswandi
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 03 Nov 2025, 20:51 WIB

Tawas, Bahan Sederhana dengan Khasiat Luar Biasa untuk Atasi Bau Badan

Si bening sederhana bernama tawas punya manfaat luar biasa.
Sejak lama, tawas digunakan dalam berbagai keperluan. (Sumber: Wikimedia Commons/Maxim Bilovitskiy)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 19:47 WIB

Fesyen sebagai Cerminan Kepribadian: Lebih dari Sekadar Gaya

Fashion tidak hanya berbicara tentang pakaian yang indah atau tren terkini, tetapi juga menjadi cara seseorang mengekspresikan diri.
Setiap pilihan busana, warna, hingga aksesori yang dikenakan seseorang menyimpan cerita tentang siapa dirinya (Sumber: Pexels/PNW Production)
Ayo Biz 03 Nov 2025, 19:40 WIB

Tempo vs Menteri Pertanian, AJI Tegaskan Sengketa Pers Bukan Urusan Pengadilan

Sengketa pers antara Menteri Pertanian Amran Sulaiman dengan Tempo bermula dari aduan terhadap pemberitaan Tempo berjudul “Poles-Poles Beras Busuk”.
Sengketa pers antara Menteri Pertanian Amran Sulaiman dengan Tempo bermula dari aduan terhadap pemberitaan Tempo berjudul “Poles-Poles Beras Busuk” yang tayang di akun X dan Instagram Tempo. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 03 Nov 2025, 19:24 WIB

Pusat Perbelanjaan Bandung di Era Digital, Bertahan atau Bertransformasi?

Bandung, kota yang dikenal sebagai Paris van Java, tak hanya memikat lewat pesona alam dan kulinernya, tetapi juga lewat denyut bisnis ritelnya yang dinamis.
Bandung, kota yang dikenal sebagai Paris van Java, tak hanya memikat lewat pesona alam dan kulinernya, tetapi juga lewat denyut bisnis ritelnya yang dinamis. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Jelajah 03 Nov 2025, 18:54 WIB

Sejarah Flyover Pasupati Bandung, Gagasan Kolonial yang Dieksekusi Setelah Reformasi

Flyover Pasupati Bandung menyimpan sejarah panjang, dari ide Thomas Karsten di era kolonial hingga menjadi simbol kemajuan urban modern Jawa Barat.
Flyover Pasupati Bandung. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Jelajah 03 Nov 2025, 18:39 WIB

Hikayat Tragedi Lumpur Lapindo, Bencana Besar yang Tenggelamkan Belasan Desa di Sidoarjo

Sejarah amukan lumpur Lapindo telan 16 desa dan 60 ribu jiwa, tapi yang tenggelam bukan cuma rumah, juga nurani dan keadilan negeri ini.
Lumpur Lapindo. (Sumber: Shutterstock)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 17:54 WIB

Perundungan Dunia Maya (Cyberbullying), Siswa SMAN 25 Bandung Diajak Lebih Bijak di Dunia Digital

Mahasiswa Telkom University mengedukasi siswa SMAN 25 Bandung tentang bahaya cyberbullying melalui kegiatan sosialisasi dan diskusi interaktif.
Dokumentasi Pribadi, sosialisasi "Perundungan Dunia Maya (cyberbullying)" SMAN 25 Bandung, 27 oktober 2025.
Ayo Biz 03 Nov 2025, 16:56 WIB

Fesyen Sunda dan Anak Muda Bandung: Warisan atau Wawasan yang Tergerus?

Sejak satu dekade terakhir, anak-anak muda mulai tampil dengan pangsi hitam, iket Sunda, atau aksara kuno yang menghiasi kaus mereka, simbol dari pencarian identitas budaya yang lama terpinggirkan.
[ilustrasi]Sejak satu dekade terakhir, anak-anak muda mulai tampil dengan pangsi hitam, iket Sunda, atau aksara kuno yang menghiasi kaus mereka, simbol dari pencarian identitas budaya yang lama terpinggirkan. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 15:41 WIB

Bandung dan Krisis Nurani Ekologis

Pemerintah kota Bandung tampak lebih sibuk memoles citra daripada memelihara kehidupan.
Sungai Cikapundung Kampung Cibarani Kota Bandung (Foto: Dokumen River Clean up)
Ayo Biz 03 Nov 2025, 14:56 WIB

Milenial dan Generasi Z Tak Lagi Beli Barang, Mereka Beli Nilai

Di tangan generasi milenial dan Gen Z, konsep Keberlanjutan menjelma menjadi gaya hidup yang menuntut transparansi, nilai, dan tanggung jawab sosial.
Produk upcycle, yang mengolah limbah menjadi barang bernilai, kini menjadi simbol perubahan yang digerakkan oleh kesadaran kolektif. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 14:46 WIB

‘Galgah’, Antonim Baru dari ‘Haus’ yang Resmi Masuk KBBI

Kata baru “galgah” sedang jadi sorotan warganet!
Kata "galgah" menunjukkan seseorang sudah tidak lagi haus. (Sumber: Pexels/Karola G)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 14:10 WIB

Cahaya di Tengah Luka: Ketulusan Ibu Timothy Anugerah yang Mengampuni dan Merangkul

Kehilangan seorang anak adalah duka yang tak terbayangkan. Namun, Ibu dari almarhum Timothy Anugerah memilih jalan yang tak biasa.
Ketulusan hati ibu Timothy Anugerah (Sumber: https://share.google/StTZP2teeh7VKZtTl)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 13:15 WIB

Diskusi Buku 'Berani Tidak Disukai' bersama Salman Reading Corner

Membaca adalah cara kita untuk menyelami pemikiran orang lain. Sementara berdiskusi adalah cara kita mengetahui berbagai macam perspektif.
Diskusi Buku Bersama Salman Reading Corner, Sabtu, 01 November 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 11:32 WIB

Menyalakan Kembali Lentera Peradaban

Refleksi Milad ke-113 Muhammadiyah.
Lentera dengan karya seni Islam. (Sumber: Pexels/Ahmed Aqtai)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 10:01 WIB

Perutku, Makanan, dan Rasa Lapar yang Sia-sia

Perut adalah salah satu inti kehidupan manusia. Dari sanalah segalanya bermula, dan juga sering berakhir.
Para pengungsi. (Sumber: Pexels/Ahmed akacha)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 08:12 WIB

Mati Kelaparan di Negeri para Bedebah

Membunuh memang tidak selamanya melukai tubuh seseorang dengan senjata.
Ilustrasi Meninggal karena kelaparan (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 20:37 WIB

Mengapa Tidur Cukup Sangat Penting? Begini Cara Mencapainya

Sering begadang? Hati-hati, kurang tidur bisa merusak kesehatan tubuh dan pikiranmu!
Ilustrasi tidur. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 17:53 WIB

Inspirasi Sosok yang Teguh Mengabdi di Cipadung Wetan

Sosok lurah di Cipadung Wetan yang memiliki dedikasi tinggi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Lurah Cipadung Wetan, Bapak Tarsujono S. Sos, M,. M,. (Sumber: Mila Aulia / dok. pribadi | Foto: Mila Aulia)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 15:14 WIB

Peran Orang Tua di Tengah Tantangan Pendidikan Modern

Perkembangan teknologi dan perubahan gaya belajar membuat pendidikan modern tidak lagi sama seperti dulu.
Orang tua dan anaknya. (Sumber: Pexels/Lgh_9)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 14:01 WIB

Ketika Kampus Tak Lagi Aman: Belajar dari Kasus Timothy Anugerah di Universitas Udayana

Kasus meninggalnya Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa Universitas Udayana, membuka mata kita tentang bahaya perundungan di lingkungan kampus.
Korban perundungan, Timothy Anugerah. (Tiktok/apaajaboleh2012)