One Man Show, Relasi KDM dan Ormas Islam Jabar Memanas

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Ditulis oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diterbitkan Selasa 29 Jul 2025, 07:59 WIB
Gubernur Jawa Bara, Dedi Mulyadi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)

Gubernur Jawa Bara, Dedi Mulyadi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)

Suara dari ormas Islam NU, Muhammadiyah, dan Persis yang sebelumnya relatif mendukung Gubernur Kang Dedi Mulyadi (KDM), kini menuai babak kritikan.

Pada Jumat 25 Juli 2025, PWNU Jawa Barat mengadakan rapat koordinasi PCNU se‑Jabar di Aula Gedung Dakwah PWNU di Kota Bandung dan memutuskan menggelar istighosah berjamaah di depan Gedung Sate sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pendidikan yang dianggap merugikan pesantren dan lembaga pendidikan swasta.

KH Aceng Amrullah, Sekretaris PWNU Jabar, mengecam gaya kepemimpinan Dedi yang otoriter karena sulit melibatkan aspirasi publik.

Sebelumnya, pertengahan Juli 2025, Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat, Iu Rusliana, memperingatkan Gubernur Dedi tidak membuat kebijakan ugal‑ugalan seperti mewajibkan kuota rombongan belajar hingga 50 siswa tiap kelas.

Ia menjelaskan, sejumlah sekolah Muhammadiyah di Sukabumi Depok Garut dan Cirebon terdampak langsung, pendaftar menurun, dan kualitas pendidikan berpotensi turun karena kebijakan ruang kelas padat KDM.

Persatuan Islam atau Persis juga menyuarakan kekhawatiran sejenis. Ketua Umum Persis (Persatuan Islam) KH DR Jeje Zainuddin menanggapi kebijakan KDM soal 50 siswa dalam satu kelas rombongan belajar. Kiai Jeje menyayangkan kebijakan itu.

"Kami sangat menyayangkan kebijakan yang menurut hemat kami justru tidak bijak dalam kacamata dunia pendidikan," ujar Kiai Jeje dalam pesan singkatnya kepada Republika, Rabu (16/7/2025).

Di Cirebon, juga di pertengahan Juli, kritik bergelombang datang dari pesantren-pesantren di Jawa Barat. Yang memimpin acara bukan figur kaleng-kaleng, yakni Dr. KH. Dedi Wahidi, MM (Anggota DPR RI Fraksi PKB, Pengasuh Kampus Hijau Kaplongan Indramayu) serta Dr. KH. Juhadi Muhammad, MH (Ketua PWNU Jawa Barat).

Mereka merilis kritikan bertajuk, ā€œLima Maklumatā€ juga menolak kebijakan pendidikan tersebut.

Mengapa ini semua bisa terjadi? Pertanyaan ini wajar, mengingat KDM selama ini dikenal menang dalam Pilgub Jawa Barat di wilayah yang justru menjadi basis kuat NU di utara Jawa Barat dan basis Persis di Bandung Raya.

Namun saat ini dukungan yang dulu solid telah berubah kritikan terbuka. Wilayah yang seharusnya menjadi pendukung paling setia, kini menuntut agar kepala daerah tidak mengabaikan aspirasi ormas yang secara historis menjadi pilar sosial dan pendidikan di provinsi Tatar Sunda ini.

Karenanya, KDM tidak boleh jumawa (terus) atas keberhasilan masa lalu serta sorak tepuk warganet sejak lama hingga hari-hari ini. Sebab, Islam dan ormas Islam adalah kalangan mayoritas di Jawa Barat dan memiliki pengaruh besar dalam legitimasi politik.

Jika kepercayaan itu surut karena kebijakan dianggap otoriter dan tidak komunikatif, maka pemimpin sangat mungkin kehilangan pijakan social setidaknya secara struktural jam'iyyah.

Di dalam konteks provinsi religius seperti Jawa Barat, legitimasi politik sering berpijak pada keberpihakan terhadap nilai‑nilai ormas. Gaya kepemimpinan Dedi Mulyadi, sudah banyak para cendekia menilai selalu one man show.

Imbasnya, keputusan sering diambil tanpa dialog terbuka atau konsultasi publik. Hal ini terbukti ketika kebijakan pendidikan diumumkan secara sepihak melalui media sosial tanpa dialog mendalam.

Jangan sewot jika kritik datang deras dari ormas dan pesantren yang merasakan dampak kebijakan itu secara nyata.

Komunikasi Publik

Gubernur Jabar Dedi Mulyadi berbincang dengan sejumlah siswa di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi. (Foto: Tim KDM)
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi berbincang dengan sejumlah siswa di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi. (Foto: Tim KDM)

Seorang pemimpin seharusnya lebih sering mendengarkan komunikasi publik daripada mendominasi ruang publik dengan wacana sepihak di media sosial.

Dedi harus membuka ruang dialog dengan, antara lain, ormas NU, Muhammadiyah, Persis, pesantren, dan umumnya komunitas warga agar kebijakan disusun inklusif dan kontekstual.

Demi membangun kembali kepercayaan, sang gubernur kontroversial ini perlu mengedepankan prinsip jadul tapi selalu aktual,ethos pathos logos, dalam komunikasi publik.

Ethos berarti membangun reputasi pemimpin yang kredibel adil dan terbuka terhadap masukan ormas Islam/masyarakat umum.

Pathos berarti menyentuh sisi emosional masyarakat dengan mendengar keresahan orang tua guru dan tokoh agama serta menunjukkan empati, bukan hanya menyodorkan data sepihak.

Logos berarti menyediakan data transparan analisis rasional dan bukti nyata bahwa kebijakan pendidikan lahir dari kajian matang dan kajian akademik.

Sebuah studi oleh Moses Sichach tahun 2024 berjudul Ethos Pathos and Logos As Foundations of Persuasive Writing menekankan, persuasi efektif membutuhkan keseimbangan ethos, pathos dan logos tersebut.

Ethos membangun kredibilitas pemimpin, pathos menciptakan resonansi emosional,  dan logos menghadirkan argumen yang logis dan rasional.

Jika komunikasi hanya mengandalkan dominasi media sosial tapi abai legitimasi publik, maka pesan sesungguhnya tidak pernah benar-benar kuat dan kepercayaan pada institusi tak sepenuhnya tangguh.

Pendekatan persuasif yang matang menghindarkan risiko kebijakan ditolak oleh ormas Islam yang dulunya relatif menjadi basis dukungan.

Dukungan mereka yang surut hari ini adalah peringatan bahwa stabilitas politik lokal di Jawa Barat bergantung komunikasi inklusif, etis, dan rasional.

Jika KDM setelah ini mampu menerapkan dialog terbuka,  empati terhadap keresahan public, dan menyusun alasan kebijakan secara transparan, maka kepercayaan masyarakat masih bisa dibangun kembali.

Jika tidak, gaya dominasi di media sosial tetap dipertahankan, maka jurang antara pemimpin dan masyarakat (Islam) bisa berbalik semakin berlainan arah. Hayu bebenah, cag ah!  (*)

Podcast Terbaru AYO TALK:

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Peminat komunikasi publik & digital religion (Comm&Researcher di CDICS). Berkhidmat di Digital PR Telkom University serta MUI/IPHI/Pemuda ICMI Jawa Barat
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 04 Nov 2025, 09:39 WIB

Fenomena 'Street Photography' antara Batas Seni dan Privasi

Street Photography pada satu sisi membuka peluang pekerjaan bagi fotografer.
Ilustrasi Street Photography (Sumber: Gemini AI)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 09:21 WIB

Bekerjalah dengan Hati: Kisah Inspiratif Lina Herlinawati, Sosok Pemimpin yang Humanis

Sosok Lina Herlinawati, Ketua BMM Jawa Barat yang menginspirasi karena gaya memimpinnya dengan hati dan keteladanan.
Lina Herlinawati saat menerima piagam penghargaan dari Baznas Jawa Barat (Sumber: Dari Lina Herlinawati, setelah sesi wawancara selesai | Foto: Bagian media Baitulmaal Muamalat)
Ayo Netizen 04 Nov 2025, 07:56 WIB

Dari Iseng Jadi Healing, Memukan Bahagia di Setiap Langkah Berlari

Tulisan ini mengangkat kisah Zulfi, seorang anak muda asal Bandung yang menemukan makna hidup melalui kebiasaan berlari.
Zulfi saat berlari (Foto: Dokumentasi pribadi)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 20:51 WIB

Tawas, Bahan Sederhana dengan Khasiat Luar Biasa untuk Atasi Bau Badan

Si bening sederhana bernama tawas punya manfaat luar biasa.
Sejak lama, tawas digunakan dalam berbagai keperluan. (Sumber: Wikimedia Commons/Maxim Bilovitskiy)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 19:47 WIB

Fesyen sebagai Cerminan Kepribadian: Lebih dari Sekadar Gaya

Fashion tidak hanya berbicara tentang pakaian yang indah atau tren terkini, tetapi juga menjadi cara seseorang mengekspresikan diri.
Setiap pilihan busana, warna, hingga aksesori yang dikenakan seseorang menyimpan cerita tentang siapa dirinya (Sumber: Pexels/PNW Production)
Ayo Biz 03 Nov 2025, 19:40 WIB

Tempo vs Menteri Pertanian, AJI Tegaskan Sengketa Pers Bukan Urusan Pengadilan

Sengketa pers antara Menteri Pertanian Amran Sulaiman dengan Tempo bermula dari aduan terhadap pemberitaan Tempo berjudul ā€œPoles-Poles Beras Busukā€.
Sengketa pers antara Menteri Pertanian Amran Sulaiman dengan Tempo bermula dari aduan terhadap pemberitaan Tempo berjudul ā€œPoles-Poles Beras Busukā€ yang tayang di akun X dan Instagram Tempo. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 03 Nov 2025, 19:24 WIB

Pusat Perbelanjaan Bandung di Era Digital, Bertahan atau Bertransformasi?

Bandung, kota yang dikenal sebagai Paris van Java, tak hanya memikat lewat pesona alam dan kulinernya, tetapi juga lewat denyut bisnis ritelnya yang dinamis.
Bandung, kota yang dikenal sebagai Paris van Java, tak hanya memikat lewat pesona alam dan kulinernya, tetapi juga lewat denyut bisnis ritelnya yang dinamis. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Jelajah 03 Nov 2025, 18:54 WIB

Sejarah Flyover Pasupati Bandung, Gagasan Kolonial yang Dieksekusi Setelah Reformasi

Flyover Pasupati Bandung menyimpan sejarah panjang, dari ide Thomas Karsten di era kolonial hingga menjadi simbol kemajuan urban modern Jawa Barat.
Flyover Pasupati Bandung. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Jelajah 03 Nov 2025, 18:39 WIB

Hikayat Tragedi Lumpur Lapindo, Bencana Besar yang Tenggelamkan Belasan Desa di Sidoarjo

Sejarah amukan lumpur Lapindo telan 16 desa dan 60 ribu jiwa, tapi yang tenggelam bukan cuma rumah, juga nurani dan keadilan negeri ini.
Lumpur Lapindo. (Sumber: Shutterstock)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 17:54 WIB

Perundungan Dunia Maya (Cyberbullying), Siswa SMAN 25 Bandung Diajak Lebih Bijak di Dunia Digital

Mahasiswa Telkom University mengedukasi siswa SMAN 25 Bandung tentang bahaya cyberbullying melalui kegiatan sosialisasi dan diskusi interaktif.
Dokumentasi Pribadi, sosialisasi "Perundungan Dunia Maya (cyberbullying)" SMAN 25 Bandung, 27 oktober 2025.
Ayo Biz 03 Nov 2025, 16:56 WIB

Fesyen Sunda dan Anak Muda Bandung: Warisan atau Wawasan yang Tergerus?

Sejak satu dekade terakhir, anak-anak muda mulai tampil dengan pangsi hitam, iket Sunda, atau aksara kuno yang menghiasi kaus mereka, simbol dari pencarian identitas budaya yang lama terpinggirkan.
[ilustrasi]Sejak satu dekade terakhir, anak-anak muda mulai tampil dengan pangsi hitam, iket Sunda, atau aksara kuno yang menghiasi kaus mereka, simbol dari pencarian identitas budaya yang lama terpinggirkan. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 15:41 WIB

Bandung dan Krisis Nurani Ekologis

Pemerintah kota Bandung tampak lebih sibuk memoles citra daripada memelihara kehidupan.
Sungai Cikapundung Kampung Cibarani Kota Bandung (Foto: Dokumen River Clean up)
Ayo Biz 03 Nov 2025, 14:56 WIB

Milenial dan Generasi Z Tak Lagi Beli Barang, Mereka Beli Nilai

Di tangan generasi milenial dan Gen Z, konsep Keberlanjutan menjelma menjadi gaya hidup yang menuntut transparansi, nilai, dan tanggung jawab sosial.
Produk upcycle, yang mengolah limbah menjadi barang bernilai, kini menjadi simbol perubahan yang digerakkan oleh kesadaran kolektif. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 14:46 WIB

ā€˜Galgah’, Antonim Baru dari ā€˜Haus’ yang Resmi Masuk KBBI

Kata baru ā€œgalgahā€ sedang jadi sorotan warganet!
Kata "galgah" menunjukkan seseorang sudah tidak lagi haus. (Sumber: Pexels/Karola G)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 14:10 WIB

Cahaya di Tengah Luka: Ketulusan Ibu Timothy Anugerah yang Mengampuni dan Merangkul

Kehilangan seorang anak adalah duka yang tak terbayangkan. Namun, Ibu dari almarhum Timothy Anugerah memilih jalan yang tak biasa.
Ketulusan hati ibu Timothy Anugerah (Sumber: https://share.google/StTZP2teeh7VKZtTl)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 13:15 WIB

Diskusi Buku 'Berani Tidak Disukai' bersama Salman Reading Corner

Membaca adalah cara kita untuk menyelami pemikiran orang lain. Sementara berdiskusi adalah cara kita mengetahui berbagai macam perspektif.
Diskusi Buku Bersama Salman Reading Corner, Sabtu, 01 November 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 11:32 WIB

Menyalakan Kembali Lentera Peradaban

Refleksi Milad ke-113 Muhammadiyah.
Lentera dengan karya seni Islam. (Sumber: Pexels/Ahmed Aqtai)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 10:01 WIB

Perutku, Makanan, dan Rasa Lapar yang Sia-sia

Perut adalah salah satu inti kehidupan manusia. Dari sanalah segalanya bermula, dan juga sering berakhir.
Para pengungsi. (Sumber: Pexels/Ahmed akacha)
Ayo Netizen 03 Nov 2025, 08:12 WIB

Mati Kelaparan di Negeri para Bedebah

Membunuh memang tidak selamanya melukai tubuh seseorang dengan senjata.
Ilustrasi Meninggal karena kelaparan (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 02 Nov 2025, 20:37 WIB

Mengapa Tidur Cukup Sangat Penting? Begini Cara Mencapainya

Sering begadang? Hati-hati, kurang tidur bisa merusak kesehatan tubuh dan pikiranmu!
Ilustrasi tidur. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)