Bandung dikenal sebagai kota yang indah dengan udara sejuk, deretan pohon rindang, mural warna-warni di sudut jalan, serta suasana kota yang selalu hidup. Banyak orang menikmati keindahan Bandung dari taman-tamannya yang tertata, bangunan heritage, hingga keramaian warganya yang hangat.
Namun, di balik keindahan itu, masih ada hal yang perlu di perhatikan, seperti kondisi pasar cicadas. Di pasar yang selalu ramai ini, masalah sampah menjadi tantangan besar di Jln. Ahmad Yani, Kelurahan Cicadas, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung (30/11/2025)
Kondisi Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) di Pasar Cicadas Cikutra menjadi salah satu masalah lingkungan paling penting di daerah Bandung Timur. Setiap hari, tumpukan sampah terjadi karena volume sampah yang tinggi dan fasilitas TPS yang tidak memadai. Ini membuat warga dan pedagang tidak nyaman, karena mengganggu kenyamanan, kesehatan dan kegiatan sehari hari warga, masalah ini harus segera ditangani oleh Wali Kota Bandung, M. Farhan.
Salah satu warga yang bernama Tia menjelaskan bahwa sampah terkumpul hampir setiap hari dan sering kali tidak diangkut segera.
"Sering malah tiap hari selalu ada sampah, kadang 1 minggu tidak diangkut," katanya.
Akibat keterlambatan pengangkutan, bau yang mengganggu makin parah sehingga pasar menjadi tidak nyaman bagi pendagang, pembeli dan kendaraan yang melewati kawasan pasar cicadas.
Bau menyengat mencemari udara di pasar dan pemukiman, inilah dampak lingkungan yang paling dirasakan oleh warga. Menurut Tia, bau sampah sangat mengganggu, apalagi mengingat lokasi pasar yang dekat rumah sakit dan pemukiman warga.
Ia mengatakan bahwa kondisi tersebut sangat amat mengganggu dan menyebabkan macet, terutama karena lokasi TPS berada di gang tidak terlalu besar yang tidak dapat menampung jumlah sampah yang terus menerus menumpuk.

Lokasi TPS yang sempit tidak mampu menampung banyak sampah dari Kawasan yang padat penduduk dan aktivitas pasar. Sampah dari berbagai tempat di bawa di tumpuk di TPS ini. Malah dibiarkan menumpuk dan tidak langsung di angkut ke TPA. Akibatnya, sampah menumpuk selama beberapa hari bahkan sampai 1 bulan, menimbulkan banyak lalat, membuat jalanan juga menjadi kotor.
Warga juga mengatakan bau dari TPS sampai kebangunan sekitar. Dulu ada kantor pos persis sebelah TPS, tetapi mereka pindah karena baunya yang sangat mengganggu. Sekarang bangunannya dihuni oleh warga, tapi tetap saja lingkungannya bau dan tidak nyaman.
Baca Juga: Kebijakan Kenaikan Pajak: Kebutuhan Negara Vs Beban Masyarakat
Dalam wawancara, Tia mengaku kecewa karena merasa tidak ada tindakan dari pemerintah. "Wali kota juga tidak ada tindakan sama sekali karena di sini belum diviralkan, apakah harus diviralkan dulu baru ditindak," katanya. Ini menunjukkan bahwa warga merasa pemerintah baru bertindak jika masalahnya sudah viral, bukan karena keluhan langsung dari warga.
Sebaliknya, ada beberapa orang yang mencoba mengurangi sampah rumah tangga dengan membakar sebagian sampah mereka. Namun, tindakan ini justru menimbulkan polusi di udara dan bukanlah solusi yang berkelanjutan. Ini juga menunjukkan bahwa, karena layanan TPS tidak berfungsi dengan baik, masyarakat merasa tidak ada opsi lain.
Warga berharap supaya pemerintah terkhusus Walikota Bandung menata ulang TPS Pasar Cicadas. Mereka ingin tempat TPS itu lebih luas, sampah diangkut tiap hari dan langsung di pindahkan ke TPA, ada pengawasan rutin, dan kalau bisa TPS dipindahkan ke lokasi yang lebih layak tidak di dekat pasar. Perbaikan ini penting agar lingkungan bersih Kembali dan pasar bisa berjalan normal, dan warga sekitar tidak lagi terganggu oleh bau maupun macet akibat sampah. (*)
