Paradoks KDM: Dicintai Rakyat, Dikecam Pengamat

Yaser Fahrizal Damar Utama , S.I.Kom
Ditulis oleh Yaser Fahrizal Damar Utama , S.I.Kom diterbitkan Senin 14 Jul 2025, 16:01 WIB
Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat yang banyak dikritik para pakar kebijakan publik. (Sumber: setda.bogorkab.go.id)

Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat yang banyak dikritik para pakar kebijakan publik. (Sumber: setda.bogorkab.go.id)

Panggung politik kita biasanya menyajikan retorika teknokratis dan janji-janji reformasi jangka panjang atau sering disederhanakan dengan istilah “omon-omon” belaka. Lalu muncullah sosok dengan pendekatan yang jauh berbeda. Kang Dedi Mulyadi, alias KDM, sosok kharismatik yang tidak menawarkan cetak biru rumit tentang pembangunan. Ia menawarkan sesuatu yang jauh lebih konkret dan mendesak, yaitu solusi di tempat, orang sunda menyebutnya “pok torolong”.

Gaya kepemimpinannya yang turun langsung ke lapangan, menemui warga miskin, memediasi konflik antar kelompok masyarakat, hingga memberikan bantuan tunai meski dengan merogoh kantongnya sendiri menjadi ciri khas yang melekat padanya.

Hampir 5 bulan sudah sejak awal dilantik menjadi gubernur Jawa Barat, kontroversi atas kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Kang Dedi Mulyadi (KDM) tidak pernah berhenti setiap harinya. Datang banyak kritik dari para akademisi, pendekatan ini dianggap sebagai mimpi buruk tata kelola pemerintahan.

Para pengamat banyak melabeli KDM sebagai "populisme performatif", "narsistik-otokratis", dan hanya menawarkan solusi "tambal sulam" yang sama sekali tidak memperbaiki akar masalah dan hanya menyentuh permukaan saja. Pendekatan ini dinilai hanya mengobati gejala, bukan penyakitnya.

Namun dalam sudut pandang sebagian besar masyarakat jawa barat, gaya kepemimpinan inilah yang justru mereka dambakan. Terbukti dari survei yang secara konsisten menunjukkan tingkat kepuasan publik yang sangat tinggi terhadap kinerjanya.

Ketidaksinkronan persepsi masyarakat dan penilaian para pengamat, memunculkan pertanyaan baru dan menjadi PR besar bagi sistem birokrasi kita, siapa yang keliru disini? KDM atau sistemnya?

Hadirnya KDM sebagai “pemadam kebakaran” tidak bisa kita posisikan sebagai gimmick politik belaka. Ia lahir karena sistem yang menaunginya (birokrasi) seringkali berbelit dan lamban.

Bagi masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi maupun intelektual, pragmatisme KDM mungkin terlihat sebagai sebuah kemunduran. Namun, bagi rakyat jelata yang terhimpit kebutuhan mendesak, pendekatannya adalah harapan.

Logika sederhananya begini, warga yang rumahnya nyaris roboh tidak memiliki waktu untuk menunggu proses panjang pengajuan proposal bantuan rumah tidak layak huni (rutilahu).

Contoh lain yang lebih tragis dari fenomena kakunya birokrasi kita adalah yang terjadi baru-baru ini, kematian seorang warga ex-TKI di Bulukumba, Sulawesi Selatan, saat mengurus perekaman E-KTP untuk berobat di rumah sakit. Intinya sama, tidak semua orang punya waktu untuk menunggu birokrasi.

Tindakan langsung yang menyelesaikan permasalahan dipermukaan dan tidak dulu bicara pada perbaikan jangka panjang memang adalah hal yang dangkal. Namun perlu diingat dengan tingkat pendidikan yang rendah, dan ekonomi yang pas-pasan tidak semua masyarakat dapat memiliki “kemewahan” untuk menunggu reformasi sistemik yang berjalan lambat.

Memahami Gaya Kepemimpinan KDM

Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat. (Sumber: ppid.jabarprov.go.id)
Dedi Mulyadi, Gubernur Jawa Barat. (Sumber: ppid.jabarprov.go.id)

Mirip dengan citra awal yang dibangun Jokowi, KDM secara sadar memosisikan dirinya sebagai pemimpin yang "merakyat". Ia berusaha menunjukan kesan kepada publik, bahwa dia bukan orang tipe pemimpin yang diam duduk di singgahsana dan menunggu laporan datang ke atas mejanya.

Lugas dan humanis itulah gaya komunikasi yang ditonjolkan. Atribut ini delengkapi dengan tampilan visual yang membumi dengan ikat kepala Sunda, secara efektif meruntuhkan jarak antara pemimpin dan rakyat, menciptakan kesan “melebur” dengan rakyat.

Ia tidak menampilkan diri sebagai seorang birokrat, melainkan sebagai bagian dari masyarakat yang kebetulan memiliki kuasa dan sumber daya untuk bertindak cepat.

Upaya KDM konstruksi citranya di masyarakat terbukti efektif. Sebanyak 85,51 persen responden meyakini bahwa pendekatan langsung yang ia lakukan mampu mendorong lahirnya kebijakan yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Data-data ini adalah wujud validasi publik terhadap metode kepemimpinan yang mengutamakan kecepatan serta hasil yang terlihat, yang dilakukan KDM.

Baca Juga: 10 Tulisan Terbaik AYO NETIZEN Juni 2025, Total Hadiah Rp1,5 Juta

Risiko Delegitimasi Institusi

Di balik citra merakyat dan popularitasnya, ada harga mahal yang harus dibayar. Pakar kebijakan publik memperingatkan bahwa gaya kepemimpinan "one-man show" berisiko melemahkan institusi pemerintahan.

Ketika KDM berulang kali melompati prosedur, ia secara tidak langsung mendelegitimasi birokrasi yang seharusnya juga ikut andil bertanggung jawab menjalankan roda pemerintahan bersamanya. Organisasi Perangkat Daerah (OPD) seringkali hanya harus “terima jadi” terhadap keputusan pimpinannya Dalam jangka panjang hal ini menghambat tata kelola yang kolaboratif dan proaktif.

Beberapa kebijakannya yang kontroversial dan masih menjadi sorotan hingga saaat ini seperti mengirim siswa "bermasalah" ke barak militer atau mengusulkan vasektomi sebagai syarat bantuan sosial, banyak dikritik sebagai solusi simplistis yang koersif dan tidak etis, diterapkan tanpa kajian mendalam.

Kepemimpinan KDM kini menjadi sebuah paradoks. Ia adalah sosok pemimpin yang populer justru karena metode dan gaya kepemimpinannya yang banyak dikritik oleh para ahli. Serba salah memang, tapi kita juga harus menyadari bahwa gaya kepemimpinannya ini juga lahir akibat sistem birokrasi yang seringkali gagal merespons kebutuhan mendesak warganya.

Ini menjadi PR besar dalam melakukan reformasi birokrasi di negeri ini. Menjadi tugas kita bersama untuk memastikan sistem birokrasi kita kedepannya lebih responsif, manusiawi, tepat guna dan tepat sasaran. (*)

Tonton Video Terbaru dari Ayobandung:

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Yaser Fahrizal Damar Utama , S.I.Kom
Pemerhati Budaya | Alumnus Universitas Padjadjaran
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 18 Sep 2025, 20:46 WIB

Ketika Kuliner dan Visual Berpadu Resto Estetik Menjadi Destinasi Favorit

Generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, menjadikan kafe dan restoran sebagai latar konten, ruang ekspresi, bahkan simbol gaya hidup.
Bukan sekadar tempat bersantap, resto estetik kini menjadi destinasi wisata tersendiri. (Sumber: Instagram @Teuan.id)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 20:01 WIB

Filsafat Seni Islam

Tak ada salahnya membicarakan filsafat seni dalam agama Islam.
Ilustrasi karya seni yang islami. (Sumber: Pexels/Andreea Ch)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 19:15 WIB

Komunitas Semut Foto Membangun Ekosistem Kreatif yang Menggerakkan Peluang Bisnis

Tanpa batas usia, tanpa syarat keanggotaan, dan tanpa biaya, KSF berdiri sebagai ruang inklusif yang merayakan keberagaman dalam seni visual.
Tanpa batas usia, tanpa syarat keanggotaan, dan tanpa biaya, KSF berdiri sebagai ruang inklusif yang merayakan keberagaman dalam seni visual. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 18:14 WIB

Geliat Industri Printing IKM Jawa Barat di Tengah Ekonomi Lesu: Antara Inovasi dan Ketahanan

Di tengah bayang-bayang pelemahan ekonomi nasional, geliat industri printing skala kecil dan menengah (IKM) di Jawa Barat justru menunjukkan ketahanan.
Permintaan terhadap produk custom printing, print-on-demand, dan desain ramah lingkungan terus meningkat, membuka peluang baru bagi pelaku UMKM yang mampu beradaptasi dengan tren pasar. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 17:53 WIB

Muak, Muda, dan Miskin di Bandung

Bandung berlari cepat sementara kita tertinggal.
Kawasan pemukiman padat di Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Sabtu 15 Februari 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 14:34 WIB

Nostalgia Kaulinan Urang Sunda Zaman Baheula

Beberapa permainan anak di zaman dulu memiliki banyak manfaat untuk melatih daya sensorik dan motorik juga membangun kerjasama dan strategi.
Siswa mengikuti kegiatan permainan tradisional di SDN 164 Karangpawulang, Jalan Karawitan, Kota Bandung, Kamis 5 Desember 2024. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 18 Sep 2025, 13:18 WIB

Sejarah Bandung dari Kinderkerkhof sampai Parijs van Java

Tak banyak yang tahu, sejarah Bandung pernah identik dengan kuburan anak-anak Belanda. Lalu bagaimana ia bisa disebut Parijs van Java?
Lukisan Situ Patenggang Ciwidey di Kabupaten Bandung karya Franz Wilhelm Junghuhn tahun 1856. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 12:35 WIB

Someah, Seunggah, jeung Bangkawarah

Yang paling seunggah saat menerima tamu, terutama geugeuden, ingin  menghidangkan bakakak, padahal waktunya mendadak. Alih-alih sidak!
Kirab Budaya Hari Jadi Ke-80 Provinsi Jawa Barat ini diikuti sedikitnya 250 peserta dari 27 kabupaten/kota. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 12:35 WIB

Peran Jaket Riding Saat Motoran, Bukan Hanya Cegah Masuk Angin

Jaket riding adalah perlengkapan penting bagi pengendara motor yang dirancang khusus untuk memberikan perlindungan sekaligus kenyamanan selama berkendara. Fungsinya tidak hanya sebagai penahan angin
Ilustrasi Jaket Riding. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 10:17 WIB

Si Cantik Boemi Tirta, Kain Lukis Asal Bandung yang Menembus Dunia

Boemi Tirta berdiri atas gagasan Enneu Herliani (52), seorang perempuan yang menyalurkan hobi melukis menjadi bisnis kreatif. Sebelum meluncurkan merek ini, Enneu lebih dulu dikenal lewat Rumah Sandal
Produk Kain Lukis Boemi Tirta. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 09:34 WIB

Kedai Mochilok, Tempat Jajan Cilok Kekinian yang Bikin Kamu Ketagihan

Di Bandung ada banyak tempat makan unik, salah satunya Mochilok. Kedai ini merupakan sebuah tempat yang menyajikan cilok versi modern.
Makanan Tradisional Cilok (Foto: Freepik)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 09:03 WIB

Pentingnya Revitalisasi Sekolah demi Peningkatan Layanan Pendidikan

Menindaklanjuti pelaksanaan revitalisasi sekolah, yang merupakan prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen)
Menindaklanjuti pelaksanaan revitalisasi sekolah, yang merupakan prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). (Sumber: Unsplash/Husniati Salma)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 20:02 WIB

Elipsis ... Cara Pakai Tiga Titik sebagai Tanda Baca

Elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik (...) yang digunakan untuk menunjukkan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan.
Elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik (...) yang digunakan untuk menunjukkan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan. (Sumber: Pexels/Suzy Hazelwood)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 18:14 WIB

Sejarah Julukan Garut Swiss van Java, Benarkah dari Charlie Chaplin?

Dari Charlie Chaplin sampai fotografer Thilly Weissenborn, banyak dituding pencetus Swiss van Java. Tapi siapa yang sebenarnya?
Foto Cipanas Garut dengan view Gunung Guntur yang diambil Thilly Weissenborn. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 18:12 WIB

Jejak Rasa Kota Kembang: Menyelami Sejarah dan Tantangan Kuliner Legendaris Bandung

Bicara Bandung bukan hanya udara sejuk dan panorama pegunungan yang memikat, tapi juga salah satu pusat kreativitas dunia kuliner yang tumbuh subur.
Setiap jajanan legendaris Bandung menyimpan jejak sejarah, budaya, dan perjuangan para pelaku UMKM. (Sumber: Instagram @batagor_riri)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 16:26 WIB

Berdaya di Tengah Derita, Cara Santi Safitri Menulis Ulang Takdir Masyarakat Jalanan

Kepedulian tak mengenal batas ruang dan waktu. Ia bisa tumbuh dari kejenuhan, dari ketidakpastian, bahkan dari rasa tak berdaya.
Kegiatan para anggota dari Komunitas Perempuan Mandiri (KPM) Dewi Sartika dalam usaha konveksinya. (Sumber: Dok. KPM Dewi Sartika)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 16:07 WIB

Kadedemes, dari Krisis Pangan menuju Hidangan Penuh Makna

Kadedemes adalah olahan makanan yang berasal dari kulit singkong.
Kadedemes Kuliner Warisan Suku Sunda (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 15:13 WIB

Dari Simbol Status ke Ruang Ekspresi Diri, Generasi Muda Kini Menyerbu Lapangan Golf

Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif.
Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 14:06 WIB

Lamsijan, Mang Kabayan, dan Langkanya Ilustrator Karakter Kesundaan

Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. 
Komik Lamsijan. Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. (Sumber: Istimewa | Foto: Istimewa)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 12:36 WIB

Sejarah Stadion Si Jalak Harupat Bandung, Rumah Bersama Persib dan Persikab

Stadion kabupaten yang diresmikan 2005 ini kini jadi simbol Bandung. Rumah Persib, Persikab, Bobotoh, dan bagian dari sejarah sepak bola.
Stadion Si Jalak Harupat di Soreang yang jadi markas Persib Bandung dan Persikab. (Sumber: Pemkab Bandung)