Di era serba digital seperti sekarang, media sosial menjadi ruang ekspresi bagi semua orang. Namun, di balik kemudahan itu, masih banyak yang belum menyadari bahaya perundungan dunia maya atau cyberbullying. Fenomena ini bisa berdampak serius pada kesehatan mental dan hubungan sosial, terutama di kalangan remaja.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, mahasiswa Telkom University mengadakan kegiatan sosialisasi tentang bahaya cyberbullying di SMA Negeri 25 Bandung pada 27 Oktober 2025. Acara ini bertujuan untuk mengedukasi para siswa agar lebih peka, berempati, dan bijak dalam menggunakan media digital.
Melalui kegiatan bertema “Stop Cyberbullying, Start Empathy”, para mahasiswa menghadirkan sesi pemaparan materi, diskusi interaktif, serta sesi tanya jawab yang berlangsung dengan antusias. Para siswa tampak aktif memberikan pendapat, berbagi pengalaman, dan menanyakan hal-hal yang sering mereka temui di dunia maya.
“Kami ingin mengajak generasi muda untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Cyberbullying bukan sekadar candaan di dunia maya, tapi bisa berdampak nyata pada psikologis seseorang,” ujar salah satu pemateri dari Telkom University.
Selain memberikan penjelasan tentang bentuk dan dampak cyberbullying, para pemateri juga mengajak peserta memahami cara mencegah dan menanggapi perundungan online, seperti tidak ikut menyebarkan ujaran kebencian, menjaga empati, serta berani melapor jika menjadi korban atau menyaksikan kasus serupa.
Kegiatan ini diakhiri dengan sesi refleksi ringan yang mengajak siswa untuk berpikir ulang sebelum mengirim komentar, pesan, atau unggahan di media sosial. Pesan yang disampaikan sederhana tapi kuat: “Gunakan internet untuk hal positif dan membangun, bukan menyakiti.”
“Kadang satu komentar bisa kita anggap sepele, tapi buat orang lain bisa sangat menyakitkan. Itulah kenapa penting buat kita belajar etika di dunia digital,” ungkap salah satu peserta seusai kegiatan.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa Telkom University berharap para pelajar dapat menjadi generasi yang cerdas secara digital, tidak hanya melek teknologi, tapi juga memiliki empati dan tanggung jawab dalam setiap jejak digital yang mereka tinggalkan. (*)
