Menyalakan Kembali Lentera Peradaban

Yudaningsih
Ditulis oleh Yudaningsih diterbitkan Senin 03 Nov 2025, 11:32 WIB
Lentera dengan karya seni Islam. (Sumber: Pexels/Ahmed Aqtai)

Lentera dengan karya seni Islam. (Sumber: Pexels/Ahmed Aqtai)

Ada kalimat sederhana namun menggetarkan hati yang pernah diungkapkan Kiai Ahmad Dahlan: ā€œHidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.ā€ Kalimat itu bukan sekadar pesan etis, melainkan napas spiritual yang menyalakan bara perjuangan umat hingga kini. Ketika Muhammadiyah pada 18 November 2025 genap berusia 113 tahun, bara itu tetap menyala menjadi cahaya yang menuntun langkah bangsa menuju kesejahteraan lahir dan batin.

Milad ke-113 Muhammadiyah tahun ini mengusung tema besar ā€œMemajukan Kesejahteraan Bangsa.ā€ Tema yang terasa relevan, menukik, dan meneguhkan kembali misi luhur gerakan Islam berkemajuan: menghadirkan Islam yang tidak hanya menuntun ke surga, tetapi juga menebar rahmat di bumi.

Tahun ini, Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung) dipercaya menjadi tuan rumah peringatan nasional. Sebuah kehormatan sekaligus simbol yang indah karena Bandung, kota yang dikenal dengan semangat intelektual dan rasionalitasnya, pernah menjadi saksi sejarah Muktamar ke-36 tahun 1965, dan menandai arah baru gerakan pembaruan.

Kini, di usia yang kian matang, Muhammadiyah kembali ke Bandung untuk meneguhkan satu pesan penting: bahwa kesejahteraan bangsa bukan sekadar cita, tetapi amanah peradaban.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menjelaskan bahwa tema milad tahun ini memiliki dua tujuan besar. Pertama, Muhammadiyah bertekad memperkuat dan memperluas gerakannya dalam memajukan kesejahteraan masyarakat yang berorientasi pada kesejahteraan sosial-ekonomi, dengan tumpuan pada kesejahteraan rohaniah. Kesejahteraan yang diidamkan bukan hanya makmur dalam ukuran materi, tetapi juga tenteram dalam moral dan spiritualitas.
Kedua, Muhammadiyah mendorong dan mendukung kebijakan pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan umum sebagaimana amanat konstitusi UUD 1945 dan sila kelima Pancasila: ā€œKeadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.ā€

Haedar menegaskan, kesejahteraan bangsa bukan hanya tanggung jawab negara, tetapi juga kesadaran kolektif umat. Dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disebutkan bahwa masyarakat sejahtera hanya dapat terwujud di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan, dan gotong royong yang berpijak pada hukum Allah, bukan pada nafsu dan kepentingan.

Kesejahteraan juga menjadi fondasi dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH), yang menegaskan bahwa Islam menjamin kesejahteraan hidup material dan spiritual, duniawi dan ukhrawi. Dengan demikian, kesejahteraan bagi Muhammadiyah bukan sekadar agenda sosial, tetapi wujud nyata dari keimanan yang beramal.

Rektor UM Bandung, Prof. Herry Suhardiyanto, menyebut penunjukan kampusnya sebagai tuan rumah Milad ke-113 sebagai kehormatan sekaligus tantangan moral. Menurutnya, milad bukan hanya seremoni, melainkan momentum untuk memperkuat peran Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah berkemajuan dan mensejahterakan.

Kota Bandung sendiri memiliki ikatan sejarah dengan Muhammadiyah. Di sinilah semangat intelektual, modernisme Islam, dan gerakan sosial tumbuh subur. Sejak masa kolonial, Bandung telah dikenal sebagai kota pendidikan dan laboratorium ide-ide pembaruan Islam. Dari sinilah banyak tokoh Muhammadiyah lahir, berdiskusi, dan mengabdikan diri untuk umat.

Kini, dengan hadirnya Universitas Muhammadiyah Bandung di jantung kota, semangat itu menemukan bentuk baru: menggabungkan iman dan ilmu, mengintegrasikan riset dan nilai, serta menghidupkan kembali spirit Islam Berkemajuan dalam konteks digital dan urban.

Bandung yang dikenal kreatif dan dinamis, berpadu dengan etos Muhammadiyah yang rasional, terbuka, dan berkeadaban. Keduanya mencerminkan wajah Islam yang hidup di tengah zaman: berpikir maju, berbuat nyata, dan menatap masa depan dengan cahaya ilmu.

Sejarah mencatat, Bandung pernah menjadi tuan rumah Muktamar Muhammadiyah tahun 1965, masa ketika bangsa baru memasuki era Orde Baru dan Muhammadiyah berupaya menegaskan jati dirinya di tengah arus modernisasi nasional. Muktamar itu menegaskan pentingnya pendidikan, dakwah, dan amal sosial sebagai pilar gerakan. Dari Bandung, semangat ilmiah dan praksis Muhammadiyah dipertegas, meneguhkan posisinya sebagai mitra strategis pemerintah sekaligus penjaga moral bangsa.

Kini, enam puluh tahun kemudian, Muhammadiyah kembali ke Bandung dengan semangat yang sama, tetapi dalam lanskap zaman yang berbeda. Dunia digital, krisis ekologi, dan ketimpangan ekonomi menjadi tantangan baru yang menuntut gerakan Islam tampil solutif.
Islam Berkemajuan bukan lagi sekadar ide, tetapi harus menjelma menjadi ekosistem kesejahteraan: ekonomi umat yang mandiri, pendidikan yang mencerdaskan, dan kebijakan publik yang berpihak pada keadilan sosial.

Inilah bentuk baru jihad sosial Muhammadiyah, jihad yang tidak membawa pedang, tetapi ilmu, solidaritas, dan pengabdian.

Baca Juga: Pasar Syariah Belum Kompetitif? Begini Tantangan dan Solusi Investasi Islam di Indonesia

Seratus tiga belas tahun perjalanan Muhammadiyah adalah bukti nyata bahwa kerja ikhlas, bukan retorika, yang melahirkan peradaban. Dari sekolah, rumah sakit, panti asuhan, hingga universitas, Muhammadiyah telah menghadirkan Islam yang menyejahterakan tanpa banyak bicara.

Namun tantangan hari ini menuntut sesuatu yang lebih: keberanian untuk terus berinovasi tanpa kehilangan arah spiritual. Dalam konteks inilah, Milad ke-113 menjadi ajakan moral bagi seluruh warga bangsa bahwa kesejahteraan tidak mungkin tumbuh di atas ketimpangan, dan kemajuan tidak akan bermakna tanpa keadilan.

Bandung, dengan sejarah dan semangatnya, kembali menjadi saksi. Dari kota ini, api pencerahan yang dinyalakan Kiai Dahlan lebih dari seabad lalu kembali menyala menyapa generasi baru yang haus akan makna. Dan seperti cahaya matahari Muhammadiyah yang tak pernah padam, semoga para kader Muhammadiyah terus menjadi bagian dari perjalanan panjang itu:menjadi umat yang beriman, berilmu, dan beramal untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Wallohu a’lam.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Yudaningsih
Tentang Yudaningsih
Yudaningsih, akademisi Tel-U & aktivis keterbukaan informasi, Tenaga Ahli KI Jabar, eks Komisioner KPU Bandung & KI Jabar, kini S3 SAA UIN SGD.
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Jelajah 19 Des 2025, 19:15 WIB

Sejarah Jatinangor, Perkebunan Kolonial yang jadi Pabrik Sarjana di Timur Bandung

Jatinangor pernah hidup dari teh dan karet sebelum menjelma kawasan pendidikan terbesar di timur Bandung.
Jatinangor. (Sumber: sumedangkab.go.id)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 18:09 WIB

Abah, Buku Bekas, dan Denyut Intelektual

Mahasiswa lintas angkatan mengenalnya cukup dengan satu panggilan Abah. Bukan dosen, staf, bukan pula pustakawan kampus.
Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 16:01 WIB

Maribaya Natural Hotspring Resort: Wisata Alam, Relaksasi, dan Petualangan di Lembang

Maribaya Natural Hotspring Resort menawarkan pengalaman wisata alam dan relaksasi di tengah kesejukan Lembang.
Maribaya Lembang. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 15:13 WIB

Bukit Pasir sebagai Benteng Alami dari Hempasan TsunamiĀ 

Sand dune yang terbentuk oleh proses angin dan gelombang dapat mengurangi efek tsunami.
Teluk dengan pantai di selatan Jawa Barat yang landai, berpotensi terdampak hempasan maut tsunami. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T. Bachtiar)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 14:22 WIB

Jualan setelah Maghrib Pulang Dinihari, Mi Goreng ā€˜Mas Sam’ Cari Orang Lapar di Malam Hari

Mengapa mesti nasi goreng ā€œMas Iputā€? Orangnya ramah.
SAM adalah nama sebenarnya, tapi para pelanggannya telanjur menyebutnya ā€œMas Iputā€. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 14:12 WIB

5 Hidden Gem Makanan Manis di Pasar Cihapit, Wajib Dicoba Saat Main ke Bandung!

Semuanya bisa ditemukan dalam satu area sambil menikmati suasana Pasar Cihapit.
Salah satu tempat dessert di Pasar Cihapit, yang menjadi tujuan berburu makanan manis bagi pengunjung. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 12:57 WIB

Twig CafƩ Maribaya: Tempat Singgah Tenang dengan Pemandangan Air Terjun yang Menyegarkan Mata

Suasana Cafe yang sangat memanjakan mata dan pikiran lewat pemandangan nyata air terjun yang langsung hadir di depan mata.
Air terjun yang langsung terlihat dari kafe. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 11:46 WIB

Program CSR sebagai Alat Penembusan dosa

CSR harus dikembalikan ke inti, yaitu komitmen moral untuk mencegah kerusakan ekosistem sejak awal
Ilustrasi kayu hasil penebangan. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 10:21 WIB

Keberlangsungan Suatu Negara dalam Bayang-Bayang Deformasi Kekuasaan

Sering kali ada pengaruh buruk dalam jalannya suatu pemerintahan yang dikenal dengan istilah deformasi kekuasaan.
 (Sumber: Gemini AI)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 09:24 WIB

Kota Bandung: Hak Trotoar, Pejalan Kaki, dan PKL

Antara hak pejalan kaki dan pedagang kaki lima yang harus diseimbangkan pemerintah Kota Bandung
Pejalan kaki harus melintas di jalan yang diisi oleh para pedagang di trotoar Lengkong Street Food, Kamis, 4 Desember 2025. (Sumber: Dokumentasi pribadi | Foto: Taqiyya Tamrin Tamam)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 09:13 WIB

Cibaduyut: Sentra Sepatu yang Berubah Menjadi Sentra Kemacetan

Cibaduyut tidak hanya menjadi pusat penjualan sepatu di Kota Bandung, tapi juga sebagai salah satu pusat kemacetan di kota ini.
Tampak jalanan yang dipenuhi kendaraan di Jln. Cibaduyut, Kota Bandung (04/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yudhistira Rangga Eka Putra)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 21:16 WIB

Sambel Pecel Braga: Rumah bagi Lidah Nusantara

Sejak berdiri pada 2019, Sambel Pecel Braga telah menjadi destinasi kuliner yang berbeda dari hiruk- pikuk kota.
Sambel Pecel Braga di tengah hiruk pikuk perkotaan Bandung. (Foto: Fathiya Salsabila)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:42 WIB

Strategi Bersaing Membangun Bisnis Dessert di Tengah Tren yang Beragam

Di Tengah banyaknya tren yang cepat sekali berganti, hal ini merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi pengusaha dessert untuk terus mengikuti tren dan terus mengembangkan kreatifitas.
Dubai Truffle Mochi dan Pistabite Cookies. Menu favorite yang merupakan kreasi dari owner Bonsy Bites. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:08 WIB

Harapan Baru untuk Taman Tegallega sebagai Ruang Publik di Kota Bandung

Taman Tegallega makin ramai usai revitalisasi, namun kerusakan fasilitas,keamanan,dan pungli masih terjadi.
Area tribun Taman Tegalega terlihat sunyi pada Jumat, 5 Desember 2025, berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata, Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ruth Sestovia Purba)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 19:38 WIB

Mengenal Gedung Sate, Ikon Arsitektur dan Sejarah Kota Bandung

Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat.
Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 18:30 WIB

Kondisi Kebersihan Pasar Induk Caringin makin Parah, Pencemaran Lingkungan di Depan Mata

Pasar Induk Caringin sangat kotor, banyak sampah menumpuk, bau menyengat, dan saluran air yang tidak terawat, penyebab pencemaran lingkungan.
Pasar Induk Caringin mengalami penumpukan sampah pada area saluran air yang berlokasi di Jln. Soekarno-Hatta, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung, pada awal Desember 2025 (Foto : Ratu Ghurofiljp)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:53 WIB

100 Tahun Pram, Apakah Sastra Masih Relevan?

Karya sastra Pramoedya yang akan selalu relevan dengan kondisi Indonesia yang kian memburuk.
Pramoedya Ananta Toer. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Lontar Foundation)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 17:42 WIB

Hikayat Jejak Kopi Jawa di Balik Bahasa Pemrograman Java

Bahasa pemrograman Java lahir dari budaya kopi dan kerja insinyur Sun Microsystems dengan jejak tak langsung Pulau Jawa.
Proses pemilahan bijih kopi dengan mulut di Priangan tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:21 WIB

Komunikasi Lintas Agama di Arcamanik: Merawat Harmoni di Tengah Tantangan

Komunikasi lintas agama menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas dan keharmonisan sosial di kawasan ini.
Monitoring para stakeholder di Kecamatan Arcamanik (Foto: Deni)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 16:40 WIB

Eksotisme Gunung Papandayan dalam Imajinasi Wisata Kolonial

Bagi pelancong Eropa Papandayan bukan gunung keramat melainkan pengalaman visual tanjakan berat dan kawah beracun yang memesona
Gunung Papandayan tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)