Pesantren, Wajah Islam Damai

Ibn Ghifarie
Ditulis oleh Ibn Ghifarie diterbitkan Selasa 14 Okt 2025, 17:02 WIB
Lomba cerdas cermat, pidato, mewarnai, kaligrafi dan fashion show, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024 yang mengambil tema Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Lomba cerdas cermat, pidato, mewarnai, kaligrafi dan fashion show, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024 yang mengambil tema Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Munculnya tagar #BoikotTrans7 yang menjadi trending topic merupakan bukti nyata kecintaan para santri (dan alumni) terhadap pesantren. Ini menjadi ikhtiar bersama dalam menjaga citra Islam yang damai, sejuk, indah dan menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan (ukhuwah Islamiyah), semangat untuk membela lembaga keislaman (pesantren) demi menjaga keutuhan Indonesia.

Meskipun sistem pondok pesantren terkadang mendapat framing negatif. Selama ini media (baik cetak maupun elektronik) kerap menampilkan Islam seolah identik dengan kekerasan, aksi main hakim sendiri, bom bunuh diri, dan mengaitkan dunia pondok pesantren (ponpes) sebagai sarang kelompok radikal dan teroris.

Gerakan boikot ini muncul setelah setelah Trans7 menayangkan salah satu episode program XPOSE dengan judul yang dianggap provokatif yakni “Santrinya minum susu aja kudu jongkok, emang gini kehidupan di pondok?” (Sumber: www.mui.or.id | Foto: MUI Digital)
Gerakan boikot ini muncul setelah setelah Trans7 menayangkan salah satu episode program XPOSE dengan judul yang dianggap provokatif yakni “Santrinya minum susu aja kudu jongkok, emang gini kehidupan di pondok?” (Sumber: www.mui.or.id | Foto: MUI Digital)

Kontribusi Pesantren

Padahal peran Pesantren untuk NKRI ini sangat besar kontribusinya. Dalam catatan sejarah kita mengenal dua tipe besar pola pesantren ini sebagai respons terhadap tuntutan zaman; kelompok salaf (murni mengkaji kitab-kitab klasik) dan khalaf (mengadaptasi kurikulum umum dengan sistem madrasah, sekolah). Dengan dua tipe ini, pesantren memupuk daya tahan terhadap segala perubahan. Jumlahnya pun meningkat.

Tahun 1942, jumlah pesantren di Jawa dan Madura menurut catatan Shumubu hanya 1.871. Jumlah ini meningkat menjadi 7.616 pada tahun 1998, melonjak menjadi 21.521 pada 2008, dan melesat menembus 28.000 pada 2011. Fakta ini menunjukkan bukan saja pesantren mendapatkan tempat di kalangan masyarakat modern, tetapi pengakuan terhadap eksistensi pesantren sebagai penghasil tokoh-tokoh masyarakat dan pemimpin nasional.

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai "pesantren besar" tidak terbilang kontribusinya terhadap Indonesia dalam seluruh cakupan aspek dan dimensinya. NU terlibat dalam merebut, mempertahankan, mengawal dan mengisi kemerdekaan dengan kiprah pergerakan yang menonjol meski tidak semuanya ditulis oleh tinta emas sejarah. NU terlibat aktif merebut kemerdekaan dan mengusir penjajah dengan membantuk laskar Sabilillah-Hizbullah.

Dalam proses awal pendirian negara, NU melalui KH A. Wahid Hasyim ikut serta merumuskan adar dan sendi-sendi negara Pancasila yang mengakui kebhinekaan. Resolusi Jihad yang dikumandangkan Rais Akbar NU, Hadratus Syekh KH. M. Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945 adalah minyak yang mengorbankan api jihad para pahlawan yang berjuang mempertahankan kemerdekaan.

NU terus berkiprah mengawal NKRI dan ideologi Pancasila dengan memberi gelar Presiden Sukarno sebagai waliyyul amri al-dlaruri bi al-syaukah pada 1953, yang merupakan bentuk pengukuhan keabsahan pemimpin negara nasional dari rongrongan gerakan DI/TII. Sebagai wujud pengakuan terhadap negara demokratis yang berdasarkan Pancasila, NU membentuk partai politik dan menyemarakkan Pemilu 1955 sebagai jawara ketiga setelah PNI dan Masyumi.

Bersama Tentara Nasional Indonesia, NU ikut merampas G30S/PKI yang hendak mengubah dasar dan ideologi negara Pancasila pada 1965. Pada masa Orde Baru, NU adalah organisasi kemasyarakatan Islam pertama yang memelopori Pancasila sebagai satu-satunya asas sekaligus menegaskan NKRI sebagai bentuk final negara (al-mu'ahadah al-wathaniyyah) dalam Muktamar NU 27 di Situbondo tahun 1984.

Masjid Pesantren Cijawura, Saksi Bisu Syiar Islam dan Gugurnya 200 Pejuang (Sumber: ayobandung.com | Foto: Muslim Yanuar)
Masjid Pesantren Cijawura, Saksi Bisu Syiar Islam dan Gugurnya 200 Pejuang (Sumber: ayobandung.com | Foto: Muslim Yanuar)

Santri Pewaris Kebangkitan

Jika memahami Islam dan Islamisasi Nusantara tidak bisa mengabaikan peran perjuangan di kalangan pesantren, begitu juga mustahil memahami sejarah Indonesia tanpa mempertimbangkan NU. Alhasil, pesantren sebagai "NU kecil" berjasa dalam proses Islamisasi Nusantara, NU sebagai "pesantren besar" berkontribusi terhadap berdiri dan berlangsungnya NKRI. Karena itu, sebagai salah satu pemegang saham mayoritas, sudah sepantasnya pesantren dan NU memperoleh "deviden" yang adil dan wajar pula.

Ihwal gerakan yang diinisiasi PBNU "Kembali ke Pesantren" sangat tepat. Pasalnya mengandung tiga pesan utama; Pertama, bangsa Indonesia harus kembali kepada jalur Islam Aswaja sebagaimana dikembangkan NU melalui pesantren. Ini penting di tengah menguatnya gerakan radikalisme agama dengan ideologi yang "diimpor" dari Timur Tengah. Kedua, pengakuan terhadap sumbangan pesantren dan feed back yang pantas atas keberadaanya melalui dukungan memihak seluruh regulasi dan kebijakan. Ketiga, kembali kepada etos moral di tengah merosotnya akhlak bangsa atas menguatnya materialisme. Korupsi dan gaya hidup hedonis adalah turunan dari materialisme, paham kebendaan yang mengagungkan dunia, yang oleh Rasul dinyatakan terlarang.

Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas muslim yang mampu menyandingkan Islam dan demokrasi dalam satu wadah. Mengingat mayoritas muslim Indonesia adalah moderat, yang membuat Islam bisa bergandengan dengan demokrasi dan nasionalisme dalam satu keranjang besar NKRI. Indonesia adalah satu dari sedikit negara yang mempu mencapai dan menciptakan apa yang oleh Leonard Binder disebut sebagai "sintesis yang tidak mudah" (uneasy synthesis) antara Islam dan nation-state.

Inilah modal besar bangsa Indonesia untuk menyongsong kebangkitannya. Ketika Nusantara bangkit, pesantren harus menjadi pelaku dan penerima manfaatnya karena pesantren adalah pewaris sah dari semangat kebangkitan.

Pesantren adalah pewaris autentik dari khazanah keilmuan di era keemasan Islam pada abad ke-7 hingga 13 M.

Pesantren merupakan penerus tradisi berpikir ulama yang menghasilkan berjilid-jilid kitab dan buku yang bukan hanya di bidang ilmu-ilmu keagamaan seperti tafsir, hadis, fikih, kalam, tapi juga filsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan umum.

Khazanah intelektual Islam peninggalan abad keemasan Islam yang diakrabi pesantren merupakan modal intelektual yang sangat berharga, sehingga berpeluang menempatkan santri sebagai pewaris yang sah dari kebangkitan Islam masa depan sebagaimana diramalkan oleh Cak Nur. Sebagai pewaris dari khazanah keilmuwan di abad keemasan Islam, pesantren sebenarnya tidak mendikotomi ilmu-ilmu dunia dan akhirat, ilmu-ilmu agama dan umum, sebab tradisi para ulama tempo dulu adalah sekaligus ahli ilmu-ilmu umum. (Ali Masykur Musa,2014:272-276).

Sejumlah siswa kelas 1-6 di MI Al-Mujtahidin, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, saat ikuti lomba cerdas cermat, pidato, mewarnai, kaligrafi dan fashion show, Selasa 22 Oktober 2024, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024 yang mengambil tema Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Sejumlah siswa kelas 1-6 di MI Al-Mujtahidin, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, saat ikuti lomba cerdas cermat, pidato, mewarnai, kaligrafi dan fashion show, Selasa 22 Oktober 2024, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024 yang mengambil tema Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Ruh Cinta Tanah Air

Ihwal pentingnya membangun persaudaraan di tengah-tengah menguatnya sikap tertutup dan tidak percaya kepada pemimpin (ulama, umaro). Sebagai organisasi besar, NU memiliki kapasitas kebudayaan yang besar juga. Wawasan kebangsaan NU yang pluralistis tercermin dalam trilogi persaudaraan: ukhuwah Islamiyah, persaudaraan dalam Islam dan sesama Islam; ukhuwah wathoniyah, persaudaraan sesama bangsa (Indonesia); dan ukhuwah insaniyah/basariyah, persaudaraan sesama manusia. Melalui persaudaraan ini, maka Islam rahmat lil alamin (rahmat bagi semesta alam) dapat diwujudkan.

Sepeninggal Gus Dur, organisasi Besar ini seharusnya dapat menjadi lokomotif bagi arah kebangsaan di masa depan. Seharusnya NU juga memiliki korelasi positif dengan demokrasi dan dapat dibuat demikian karena hanya NU di kalangan masyarakat sipil kita yang memiliki jalur komando yang begitu tegas seperti tentara. Atas perintah kyai di semua pesantren, NU bisa berubah menjadi kekuatan apa saja: demokratis, akomodatif, pelindung dan toleransi.

NU patut merasa bangga atas sumbangsihnya yang diberikan oleh ibadahnya kepada bangsa dan negara. Di bawah para pemimpin barunya, NU diperhadapkan pada kewajiban besar dan berat untuk memperbesar kontribusinya kepada bangsa dan negara ini dan kepada umat manusia. (Mohamad Sobary, 2010:134-135)

Persaudaraan sebangsa dan senegara (ukhuwah wathaniyyah) merupakan ruh bagi cinta tanah air. Para Kyai pesantren menyadari bahwa bangsa Indonesia berasal dari berbagai suku, bhasa, adat-istiadat dan agama serta kepercayaan dan meskipun berbeda-beda, mereka semuanya bersaudara. Sebagai saudara sebangsa, kalangan pesantren tidak memusuhi perbedaan atau mereka yang dipandang berbeda, karena bangsa ini dibangun secara bersama-sama. Pesantren pun menunjukkan kecintaan terhadap tanah air dengan turut serta dalam perjuangan meraih kemerdekaan dan pembangunan Indonesia. (Lanny Octavia & Ibi Syatibi [Editor], 2014:33)

Dengan demikian, usaha membangun persaudaraan sesama muslim, sebangsa dan senegara sekaligus membangkitkan ruh umat Islam dan cinta tanah air ini harus dimulai dari kalangan Pesantren dengan diberikan ruang terbuka untuk menghadirkan Islam yang ramah, sejuk, indah. Inilah pesantren wajah damai Islam yang menjadi cita-cita bersama dalam membangun kehidupan bangsa dan negara yang adil, sejahtera dan beradab ini. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Ibn Ghifarie
Tentang Ibn Ghifarie
Pegiat kajian agama dan media di Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung.
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Filsafat Seni Islam

Ayo Netizen 18 Sep 2025, 20:01 WIB
Filsafat Seni Islam

News Update

Ayo Netizen 14 Okt 2025, 20:07 WIB

Tragedi Ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny, Cermin Tanggung Jawab Kita Semua

Duka mendalam atas tragedi ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny memberikan kita banyak pelajaran.
Data sementara menunjukkan, 67 orang tewas dalam ambruknya gedung Ponpes Ponpes Al Khoziny. (Sumber: BNPB | Foto: Danung Arifin)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 18:02 WIB

Budaya, Agama, dan Sepak Bola Arab Saudi

Terlepas pada beredar  pro kontranya, namun kalau melihat pada perkembangan sepak bola Arab Saudi begitu pesat. 
King Saud University Stadium di Riyadh, Arab Saudi. (Sumber: Wikimedia Commons/Alina.chiorean)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 17:30 WIB

Modernisme Linguistik

Elemen bahasa adalah zat sederhana yang berisi pengidentifikasian bahasa yang dibagi menjadi dua bagain yaitu elemen bentuk dan elemen makna.
Ilustrasi seorang pria membaca buku. (Sumber: Pexels/Daniel Lee)
Ayo Biz 14 Okt 2025, 17:20 WIB

Naik Gunung Demi Gengsi: FOMO Generasi Muda yang Menghidupkan Industri Outdoor

Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas, bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial.
Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas. Bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial. (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 17:02 WIB

Pesantren, Wajah Islam Damai

Inilah pesantren wajah damai Islam yang menjadi cita-cita bersama dalam membangun kehidupan bangsa dan negara yang adil, sejahtera dan beradab ini.
Lomba cerdas cermat, pidato, mewarnai, kaligrafi dan fashion show, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024 yang mengambil tema Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 16:11 WIB

Sebuah Refleksi Kritis tentang 'Penyebaran Agama' dan Kebebasan Beragama

Pertemuan agama dunia dan lokal selalu perlu dibicarakan ulang, antara hak untuk percaya dan hak untuk dibiarkan dengan keyakinannya.
Kebebasan beragama sejati berarti memiliki kedua hak itu sekaligus, hak untuk berubah, dan hak untuk tidak diubah. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Biz 14 Okt 2025, 15:56 WIB

Ruang Tunggu yang Tak Lagi Menunggu: Gerakan Warga Menghidupkan Halte Bandung

Komunitas ini percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota.
Komunitas Rindu Menanti percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 15:00 WIB

Budaya Mistis yang Menghambat Pemulihan Kasus Skizofernia

Budaya mistis masih mendahulukan pengobatan mental dengan datang ke dukun ketimbang langsung datang ke ahli kesehatan.
Jika merujuk dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, diperkirakan sekitar 450 ribu masyarakat Indonesia merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat. (Sumber: Pexels/Kodi Baines)
Ayo Jelajah 14 Okt 2025, 14:42 WIB

Wabah TBC di Jantung Bandung: Cerita dari Pelindung Hewan, Kampung Padat yang Dikepung Bakteri

Wabah TBC menyerang 62 warga Pelindung Hewan, Bandung. Rumah padat dan sanitasi buruk jadi ladang subur penularan penyakit menular ini.
Walikota Bandung Muhammad Farhan mengunjungi Kelurahan Pelindung Hewan yang 62 warganya positif TBC.
Ayo Biz 14 Okt 2025, 14:26 WIB

Menyemai Juara: Ekosistem Futsal Indonesia dan Regenerasi Atlet Muda

Futsal pelajar di Indonesia kini bukan sekadar ajang kompetisi antar sekolah namun telah tumbuh menjadi ekosistem pembinaan atlet muda yang menjanjikan.
Futsal pelajar di Indonesia kini bukan sekadar ajang kompetisi antar sekolah namun telah tumbuh menjadi ekosistem pembinaan atlet muda yang menjanjikan. (Foto: Ist)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 13:33 WIB

Belajar Itu Laku, Bukan Jadwal: Dari Nilai Menuju Makna

Belajar tidak selalu tentang nilai dan kelas. Bandung menjaga semangat mereka mencari ilmu.
Esensi belajar bukan terletak pada jadwal, tapi pada kesadaran untuk tumbuh. (Sumber: Pexels/Husniati Salma)
Ayo Jelajah 14 Okt 2025, 10:53 WIB

Sejarah Pacuan Kuda Tegallega Bandung, Panggung Ratu Wilhelmina yang Jadi Sarang Judi dan Selingkuh Tuan Eropa

Dahulu Lapangan Tegallega jadi arena pacuan kuda termewah di Bandung. Tempat pesta, judi, dan perselingkuhan kaum Eropa pada era kolonial.
Tribun Pacuan Kuda Tegallega Bandung tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 10:13 WIB

Orang yang Luwes dalam Beragama, Apakah Otomatis Liberal?

Dalam keluwesan itu, agama menjadi ruang yang menentramkan, bukan menakutkan.
Dalam keluwesan itu, agama menjadi ruang yang menentramkan, bukan menakutkan. (Sumber: Pexels/Pok Rie)
Beranda 14 Okt 2025, 10:07 WIB

Seabad Lebih Tanpa Nasi, Kampung Cireundeu Pertahankan Kemandirian dan Ketahanan Pangan Lokal Lewat Singkong

Tradisi ini terus dijaga oleh sekitar 60 kepala keluarga di kampung itu, yang menurunkannya dari generasi ke generasi sebagai wujud swasembada pangan yang khas dan mandiri.
Selama lebih dari satu abad, Warga Kampung Adat Cireundeu sudah terbiasa mengonsumsi rasi atau beras yang diolah dari singkong. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 07:58 WIB

Mimpi-Mimpi Tak Terjamah dari Buku 'Orang Miskin Dilarang Sekolah'

Melalui novel ini kita belajar bahwa pendidikan bukan hak istimewa tapi hak setiap anak bangsa.
Buku Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 13 Okt 2025, 19:52 WIB

Fenomena Co-Working Space di Bandung, Ekosistem Kreatif dan Masa Depan Budaya Kerja Fleksibel

Transformasi cara kerja masyarakat urban mendorong ekosistem co-working space sebagai ruang kerja bersama yang menawarkan fleksibilitas, efisiensi, dan atmosfer kolaboratif.
Transformasi cara kerja masyarakat urban mendorong ekosistem co-working space sebagai ruang kerja bersama yang menawarkan fleksibilitas, efisiensi, dan atmosfer kolaboratif. (Foto: Freepik)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 19:02 WIB

Disinhibisi Suporter Sepakbola

Saling sindir dan serang antar suporter pun tidak bisa dihindari, seperti tawuran di media sosial saling serang pun tidak bisa dihindari. 
Suporter tim nasional Indonesia. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 13 Okt 2025, 18:33 WIB

Bandung Menguatkan Ekosistem Esports Nasional

Beberapa tahun terakhir, industri eSports berkembang dari sekadar hobi menjadi arena kompetitif yang melibatkan teknologi, komunitas, dan ekonomi kreatif.
Beberapa tahun terakhir, industri eSports berkembang dari sekadar hobi menjadi arena kompetitif yang melibatkan teknologi, komunitas, dan ekonomi kreatif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 17:33 WIB

Mengatasi Permasalahan Limbah Plastik dengan Paving Block

Sampah plastik memang menjadi masalah krusial hampir di semua negara.
Ilustrasi Paving Block (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 17:01 WIB

'Jalan Jajan' di Soreang: Kulineran di Gading Tutuka, hingga Menyeruput Kopi Gunung

Berjalan jajan di Soreang, kulineran di Gading Tutuka, Pintu Keluar Tol Soroja, hingga menyeruput secangkir kopi di Kopi Gunung.
Berjalan jajan di Soreang, kulineran di Gading Tutuka, Pintu Keluar Tol Soroja, hingga menyeruput secangkir kopi di Kopi Gunung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dudung Ridwan)