Hijrah Menuju Masyarakat Beradab

Ibn Ghifarie
Ditulis oleh Ibn Ghifarie diterbitkan Minggu 29 Jun 2025, 13:46 WIB
Masjid Hijrah BJTB atau akronim dari Bawah Jembatan Tol Buahbatu. (Sumber: AyoBandung | Foto: Mildan Abdalloh)

Masjid Hijrah BJTB atau akronim dari Bawah Jembatan Tol Buahbatu. (Sumber: AyoBandung | Foto: Mildan Abdalloh)

Sejatinya, kehadiran 1 Muharam 1447 H yang jatuh pada tanggal 27 Juni 2025 menjadi momentum awal untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Saat yang tepat untuk meneguhkan kembali keteladanan dalam kehidupan sehari-hari dan membangun masyarakat yang beradab.

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah bukan sekadar perpindahan secara geografis, melainkan tonggak besar dalam sejarah transformasi peradaban.

Dari masyarakat yang keras, jahil, dan terpecah-belah, Islam menghadirkan tatanan sosial baru yang dilandasi nilai kasih sayang, keadilan, dan penghormatan terhadap sesama.

Titik Balik Perubahan

Hijrah adalah titik balik. Setiap perubahan pasti terjadi, termasuk bagi masyarakat yang sebelumnya dilabeli “biadab.”

Di Madinah, Nabi bersama para sahabat membangun masyarakat yang plural, bermartabat, dan berkeadaban. Nilai-nilai moral ditegakkan bukan dengan kekerasan, melainkan dengan keteladanan, dialog, dan keberanian untuk berubah.

Dalam catatan sejarah, peristiwa hijriah yang diikuti Muhammad dan 200 orang pengikutnya yang secara diam-diam berhijrah mulai dari bulan Juli-September 622 M ke Madinah ini menjadi titik balik bagi keberuntungan Muhammad dan terciptanya tahapan baru dalam sejarah gerakan Islam.

Apalagi pada saat umat Islam mengambil peranan guna terbentuknya sebuah kesatuan umat bernama negara di Madinah.

Arti penting hijriah dicerminkan dalam pengambilannya sebagai awal tahun baru Islam. Kaum muslim memilih awal tahun sejarah mereka tidak berdasarkan kelahiran Muhammad atau diturunkan wahyu pertama kepadanya, tetapi dari pembentukan komunitas Islam (umat).

Umat ini sebagaimana pribadi-pribadinya menjadi kendaraan untuk mewujudkan kehendak Illahi di muka bumi. (John L. Esposito, 2004:14)

Kajian Ramadan bersama Bertahan Bertuhan di Bale Sabilulungan, Soreang, Kabupaten Bandung, Sabtu (9/6). (Sumber: AyoBandung | Foto: Fathia Uqim)
Kajian Ramadan bersama Bertahan Bertuhan di Bale Sabilulungan, Soreang, Kabupaten Bandung, Sabtu (9/6). (Sumber: AyoBandung | Foto: Fathia Uqim)

Berkat peristiwa ini, penanggalan Islam dihitung sejak Rasulullah hijrah dari Mekah ke Madinah. Rasul tiba di Madinah pada Senin, 12 Rabiul Awal, bertepatan dengan 22 September 622 M. Penentuan tahun baru Hijriah dilaksanakan pada era Khalifah Umar bin Khatab.

Ketika peristiwa tahun baru Hijriah kembali tiba untuk diperingati, sesungguhnya spirit dari sejarah nabi yang mesti diserap, khususnya oleh umat Islam, dan umumnya bangsa Indonesia. Buah dari perubahan ini bisa dirasakan oleh semua elemen bangsa dan lebih jauh masyarakat dunia. 

Konteks kesejarahan hijriah nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah memuat makna reformatif, baik menyangkut pembangunan perilaku maupun kultur. Bahkan lebih luas lagi perubahan peradaban.

Terminologi masyarakat Madani, sesungguhnya mewakili watak bangunan struktur kemasyarakatan yang universal yang di bawah kepemimpinan Muhammad. Kita merindukan kepemimpinan ala Rasulullah yang secara istiqamah adalah sikap amanah, adil, konsisten yang semuanya berorientasi rakyat. (Pikiran Rakyat, 24/10/2013).

Hikayat Kota Madinah

Sudah menjadi kewajiban kita semua untuk ikut serta ambil peran dalam usaha bersama bangsa kita mewujudkan masyarakat berperadaban, (madani, civil society) di negeri kita tercinta, Republik Indonesia.

Karena terbentuknya masyarakat madani adalah bagian mutlak dari wujud cita-cita kenegaraan, yaitu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Nabi Muhammad yang memberi teladan kepada umat manusia kearah pembentukan masyarakat berperadaban. Setelah belasan tahun berjuang di kota Makkah tanpa hasil yang terlalu menggembirakan. Allah memberikannya petunjuk untuk hijrah ke Yatsrib, kota wahah (oase) yang subur sekitar 400 km sebelah utara Makah. 

Sesampai di Yatsrib, setelah perjalanan berhari-hari yang amat melelahkan dan penuh kerahasiaan, nabi disambut oleh penduduk kota itu dan para gadisnya menyanyikan lagu Thalaa al-badru alayna (bulan purnama telah menyingsing di atas kita), untaian syair dan lagu yang kelak menjadi amat terkenal di seluruh dunia.

Setelah mapan dalam kota hijrah itu, Nabi ubah nama Yatsrib menjadi al-Madinah artinya kota. Sering dilengkapi menjadi Madinat al-Nabiy (Kota Nabi)

Secara konvensional perkataan Madinah memang diartikan sebagai kota. Tapi secara ilmu kebahasaan, perkataan itu mengandung makna peradaban. Dalam bahasa Arab, peradaban memang dinyatakan kata-kata madaniyah (tamaddun, hadlarah).

Karena itu tindakan Nabi mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah, pada hakikatnya adalah sebuah pernyataan niat (proklamasi), bahwa Rasulullah bersama para penduduknya yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar hendak mendirikan dan membangun masyarakat beradab. 

Tak lama setelah menetap di Madinah itulah, Nabi bersama semua unsur penduduk Madinah secara kongkret meletakkan dasar-dasar masyarakat Madani dengan menggariskan ketentuan hidup bersama dalam satu dokumen yang dikenal sebagai Piagam madinah (Mistaq al-Madinah).

Dalam dokumen itulah umat manusia untuk pertama kalinya diperkenalkan antara lain kepada wawasan kebangsaan, terutama di bidang agama dan ekonomi, serta tanggung jawab sosial dan politik, khususnya pertahanan, secara bersama. 

Di Madinah itu pula, sebagai pembelaan kepada masyarakat Madani, Nabi dan kaum beriman diizinkan mengangkat senjata, perang membela diri menghadapi musuh-musuh peradaban.  

Dengan kalender Hijriah ini pula, kaum muslimin di sepanjang masa terus terhubung dengan akar sejarah dan identitas mereka sebagai umat Nabi Muhammad saw. (Sumber: Pexels/Soner Arkan)
Dengan kalender Hijriah ini pula, kaum muslimin di sepanjang masa terus terhubung dengan akar sejarah dan identitas mereka sebagai umat Nabi Muhammad saw. (Sumber: Pexels/Soner Arkan)

Keberhasilan Nabi dalam membangun masyarakat berbudi luhur, berakhlak mulia itulah membuat terkagum-kagum Robert N. Bellah, seorang sosiologi agama terkemuka, disebut masyarakat yang untuk zaman dan tempatnya sangat modern, bahkan terlalu modern, sehingga setelah Nabi sendiri wafat tidak bertahan lama.

Timur Tengah dan umat manusia saat itu belum siap dengan prasarana sosial yang diperlukan untuk menopang suatu tatanan yang modern, seperti dirintis Nabi. 

Setelah wafat Nabi, masyarakat Madani warisan Nabi itu, yang antar lain bercirikan egalitarianisme, berdasarkan prestasi, (bukan prestise seperti keturunan, kesukuan, ras), keterbukaan, partisipasi seluruh anggota masyarakat dan penentuan kepemimpinan melalui pemilihan, bukan berdasarkan keturunan hanya berlangsung selama tigapuluh tahun masa Khulafaur Rasidin.

Sesudah itu, sistem sosial Madani digantikan dengan sistem yang lebih banyak kesukuan (tribalisme Arab pra-Islam) yang dikukuhkan dengan sistem dinasti keturunan (geneologis). 

Dalam menegakan masyarakat Madani Nabi tidak pernah membedakan antara orang atas orang bawah ataupun keluarga sendiri. Nabi pernah menegaskan hancurnya bangsa-bangsa di masa lalu dikarenakan orang atas melakukan kejahatan dibiarkan, tetapi orang bawah melakukannya pasti dihukum.

Karena itu Nabi pun menegaskan, seandainya Fatimah itu melakukan kejahatan maka akan diberi hukuman sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 

Masyarakat berperadaban tak akan terwujud jika hukum tidak ditegakkan dengan adil, yang dimulai dengan ketulusan komitmen pribadi. Masyarakat berperadaban melakukan adanya pribadi-pribadi dengan tulus mengikatkan jiwanya kepada wawasan keadilan. (Jurnal Ulumul Quran No 2 VII/1996: 51-53)

Memupuk Semangat Hijrah

Bagi Cak Nur, pelajaran terpenting dari peristiwa Hijrah adalah memperingati pergantian nama Kota Yatsrib menjadi Madinah. “Pergantian itu melambangkan peningkatan tata hidup yang ber-madaniyah, bersivilisasi, beradab, dan berbudaya. Dan itulah memang yang dibangun Nabi Saw. Setelah Hijrah.”

Usaha membangun masyarakat yang berperadaban itulah yang Rasulullah Saw. lakukan selama sepuluh tahun di Madinah. Dan umat Islam bisa berefleksi tentang tantangan modernitas  dari pengalaman Nabi di masa klasik ini. (Nurcholish Madjid, 1994:113 dan Budhy Munawar-Rachman, 2007:138)

Semangat hijrah adalah nilai yang selalu relevan sepanjang zaman. Di tengah krisis moral, derasnya arus informasi, dan ancaman dehumanisasi di era digital, kita semakin membutuhkan semangat hijrah. Keberanian untuk meninggalkan kebiasaan yang merusak, menuju kehidupan yang lebih adil, manusiawi, dan berkeadaban.

Masyarakat beradab tidak tercipta dalam semalam. Namun terlahir dari tekad bersama untuk bergerak dari keburukan menuju kebaikan, dari kebodohan menuju pengetahuan, dan dari kekerasan menuju kelembutan. Tentunya semua itu berawal dari satu langkah hijrah, perubahan dalam diri sendiri.

Dengan demikian, tahun baru Islam adalah momentum penting untuk meneguhkan cita-cita membangun peradaban. Bukan peradaban yang biadab, bahkan barbar di tengah berbagai krisis, melainkan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai moral, toleransi, dan kemanusiaan.

Mari kita meneladani Rasulullah SAW dalam membangun peradaban yang berkeadilan dan berkeadaban. Mudah-mudahan 1 Muharam 1447 H menjadi awal baru bagi perubahan diri dan masyarakat ke arah yang lebih baik. Selamat Tahun Baru Islam 1447 Hijriah. (*)

Ibn Ghifarie
Tentang Ibn Ghifarie
Pegiat kajian agama dan media di Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung.
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 29 Jun 2025, 20:33 WIB

Menjalani Masa Tua dengan Bahagia

Setiap orang yang mendapat anugerah usia panjang, pasti dia akan mengalami yang namanya proses penuaan.
Kegiatan bersepeda yang biasa saya lakukan di pagi hari (Foto: Sam)
Beranda 29 Jun 2025, 14:14 WIB

Perluasan Wilayah Cimahi Diganjal Bandung Barat

Dari wacana perluasan jadi ajakan merger. Cimahi dan Bandung Barat seperti sinetron daerah edisi tapal batas.
Tampak udara suasana Jl. Jend. H. Amir Machmud Kota Cimahi. (Sumber: Pemkot Cimahi)
Ayo Netizen 29 Jun 2025, 13:46 WIB

Hijrah Menuju Masyarakat Beradab

Saat yang tepat untuk meneguhkan kembali keteladanan dalam kehidupan sehari-hari dan membangun masyarakat yang beradab.
Masjid Hijrah BJTB atau akronim dari Bawah Jembatan Tol Buahbatu. (Sumber: AyoBandung | Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Netizen 29 Jun 2025, 09:34 WIB

Bubur Kampiun, Dessert Minangkabau yang Gugah Selera

Bubur Kampiun merupakan makanan khas dari Minangkabau yang memiliki sejarah unik dan bercita rasa menarik.
Bubur Kampiun, Gang Selera Cibadak, Kamis, 26 Juni 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Beranda 28 Jun 2025, 19:50 WIB

Kolam Retensi Ciporeat, Di Antara Harapan dan Keraguan Warga Bandung Timur

Pengalamannya melihat kolam retensi Gedebage yang tidak optimal pun menambah keraguannya pada kolam Ciporeat.
Kolam retensi Ciporeat memiliki misi penting dari pemerintah, yaitu mengantisipasi banjir di kawasan tersebut. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Biz 28 Jun 2025, 18:45 WIB

Dari Kaki Lima ke Restoran Andalan: Kisah Anita dan Ikan Bakar Sambal Pesisir

“Ikan Bakar Sambal Pesisir”, wujud kecintaan pada rempah dan laut Nusantara yang menyatu dalam sepiring hidangan.
“Ikan Bakar Sambal Pesisir”, wujud kecintaan pada rempah dan laut Nusantara yang menyatu dalam sepiring hidangan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 28 Jun 2025, 16:59 WIB

Gang Blok Kupat dan Janur yang Menenun Hidup

Gang Blok Kupat ialah nadi tradisi yang menenun ketekunan, warisan, dan janur yang menjadi sumber kehidupan.
Gang Blok Kupat ialah nadi tradisi yang menenun ketekunan, warisan, dan janur yang menjadi sumber kehidupan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 28 Jun 2025, 15:43 WIB

Buruh Angkut Jadi Pebisnis Fashion, Begini Perjalanan Ahmad Soheh Bangun Brand Lokal

Dari Buruh Angkut Jadi Pebisnis Fashion, Begini Perjalanan Ahmad Soheh Bangun Brand Lokal Hingga Tembus Pasar ASEAN
Ahmad Soheh dan sang istri (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Biz 28 Jun 2025, 13:01 WIB

Sentra Kerudung Cicalengka, Industri Rumahan yang Moncer dari Bandung Timur

Cicalengka dikenal luas sebagai salah satu pusat produksi kerudung di Bandung. Tak hanya industri besar, pelaku usaha kecil menengah pun turut berkembang di kawasan timur Bandung ini.
Produk sentra industri kerudung Cicalengka di Kabupaten Bandung. (Foto: GMAPS)
Beranda 28 Jun 2025, 06:58 WIB

Ikan Cirata Terkontaminasi Logam Berat, Pembudidaya Minta Solusi Nyata Bukan Sekadar Peringatan

Ia menambahkan bahwa program revitalisasi Citarum yang selama ini digaungkan pemerintah belum menunjukkan dampak signifikan bagi perbaikan kualitas air di Cirata.
Kawasan Waduk Cirata. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha Sauqi)
Beranda 27 Jun 2025, 16:09 WIB

Konflik di Hulu Sungai Citarum: Petani Pacet Tolak Pipanisasi PDAM karena Dinilai Mengancam Lumbung Pangan

Para petani meyakini, pengambilan air dalam jumlah besar akan mengurangi pasokan irigasi, yang berdampak langsung pada hasil pertanian.
Petani Pacet khawatir pengambilan air dari hulu Citarum dalam jumlah besar akan mengurangi pasokan irigasi. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Mildan Abdalloh)
Beranda 27 Jun 2025, 12:31 WIB

Nyawa dan Keselamatan Dipertaruhkan Gara-gara Jalan Rusak, Warga Bandung Barat Tagih Janji Pembangunan Infrastruktur

Saat kampanye pilbup lalu, Jeje dan Asep menawarkan misi besar yaitu mempercepat pembangunan infrastruktur layanan dasar dan lingkungan hidup.
Jalan di Desa Bojongsalam, Kecamatan Rongga, Bandung Barat menjadi cerminan infrastruktur yang belum layak. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha Sauqi)
Ayo Biz 27 Jun 2025, 11:48 WIB

Bolen Unyil Kareueus, Oleh-oleh Bandung yang Mulai Dilirik Pelancong

Di tengah maraknya oleh-oleh kekinian, satu nama mulai mencuri perhatian para pecinta kuliner Bandung adalah Bolen Unyil Kareueus. Inovasi camilan mungil ini lahir dari tangan terampil Eneng Yuli
Bolen Unyil Kareueus oleh-oleh dari Bandung (Foto: Ist)
Ayo Biz 27 Jun 2025, 10:37 WIB

Sentra Keramik Kiaracondong, Berusaha Mempertahankan Eksistensi Lintas Waktu

Industri keramik di kawasan Kiaracondong, Kota Bandung, masih menunjukkan denyut kehidupan walaupun tak banyak orang yang tahu. Meski tak lagi sepopuler dulu, perajin setempat tetap setia membentuk
Produk dari sentra keramik Kiaracondong (Foto: GMAPS)
Ayo Netizen 26 Jun 2025, 19:43 WIB

Pengimbasan Mitigasi Bencana Alam Saat Geowisata

Upaya mitigasi ini memerlukan dukungan otoritas Negara dan pengelola wisata dalam membangun destinasi wisata.
Geowisata di kawasan gunung api, harus mengetahui kapan dapat mendekat, dan kapan harus segera menjauh. Gunung Papandayan. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)
Ayo Netizen 26 Jun 2025, 17:21 WIB

Meluruskan Sejarah Kalender Hijriah

Rasanya masih banyak yang belum mengenal dengan benar sejarah penanggalan kalender Hijriah ini.
Dengan kalender Hijriah ini pula, kaum muslimin di sepanjang masa terus terhubung dengan akar sejarah dan identitas mereka sebagai umat Nabi Muhammad saw. (Sumber: Pexels/Soner Arkan)
Ayo Biz 26 Jun 2025, 16:52 WIB

Lebih dari Sekadar Seduhan, Filosofi di Balik Kopi Specialty

Kurnia Danumiharja atau yang biasa dipanggil “Abah” menghidupkan filosofi melalui setiap butiran kopi specialty yang ia hasilkan.
Penyeduhan dan pengenalan filosofi di balik kopi specialty. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Beranda 26 Jun 2025, 16:33 WIB

Bandara Husein Setia Terbilang, Lima Penumpang Datang dan Hilang

Bandara Husein Sastranegara Bandung kini hanya melayani lima penumpang per hari. Reaktivasi diperdebatkan, sementara Kertajati terus digadang sebagai masa depan Jawa Barat.
Penumpang di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, kini semakin sepi. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 26 Jun 2025, 15:58 WIB

AI, Neraka, dan Konten Viral: Kreatif atau Blunder?

“Hari Pertama di Neraka” menjadi contoh ketika AI, humor, dan agama bertabrakan di dunia digital.
Video viral hasil rekayasa AI "Hari Pertama di Neraka". (Sumber: TikTok @veo3sesat)
Ayo Biz 26 Jun 2025, 13:03 WIB

Gwoods, Jejak Hijau dari Antapani yang Menggema hingga Australia

Gwoods, tumbuh pelan-pelan, dalam diam, menyematkan filosofi kehutanan ke dalam satu lingkar kayu yang melingkar di pergelangan tangan.
Gwoods, tumbuh pelan-pelan, dalam diam, menyematkan filosofi kehutanan ke dalam satu lingkar kayu yang melingkar di pergelangan tangan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)