Drama Pelarian Macan Tutul Lembang, dari Desa di Kuningan ke Hotel Sukasari

Hengky Sulaksono Restu Nugraha Sauqi
Ditulis oleh Hengky Sulaksono , Restu Nugraha Sauqi diterbitkan Selasa 07 Okt 2025, 11:48 WIB
Macan tutul di Hotel Sukasari Bandung yang diduga merupakan satwa kabur dari Lembang Park & Zoo.

Macan tutul di Hotel Sukasari Bandung yang diduga merupakan satwa kabur dari Lembang Park & Zoo.

AYOBANDUNG.ID - Pelarian seekor macan tutul Jawa dari Lembang Park and Zoo berubah jadi kisah panjang yang menegangkan. Bermula dari proses karantina yang seharusnya sementara, satwa itu justru menjebol kandang dan menghilang di tengah pagi buta. Rencana konservasi itu berubah menjadi drama pencarian panjang, penuh teka-teki, dan diakhiri dengan kejadian nyaris tak masuk akal. Predator hutan tersebut ditemukan di sebuah hotel di tengah Kota Bandung.

Semua bermula dari Kuningan, Kabupaten di timur Jawa Barat, tempat macan tutul ini pertama kali muncul ke permukaan. Pada pertengahan Agustus, warga Desa Kutamandarakan di Kecamatan Maleber geger karena seekor macan tutul masuk ke balai desa. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat turun tangan. Dengan prosedur yang hati-hati, satwa itu ditangkap hidup-hidup untuk kemudian dievaluasi kondisinya.

Karena rencana awal pelepasliaran di Gunung Ciremai memerlukan observasi medis, BBKSDA memutuskan menempatkannya sementara di Lembang Park and Zoo, tempat yang dianggap paling siap karena fasilitas dan dokter hewan yang lengkap.

Macan tutul yang kemudian diketahui sebagai Panthera pardus melas, subspesies langka yang dilindungi, diamankan untuk observasi. BBKSDA memutuskan menitipkannya ke Lembang Park and Zoo pada malam 26 Agustus 2025. Tujuannya sederhana: karantina selama tiga hari sebelum dilepasliarkan ke habitat alaminya di Taman Nasional Gunung Ciremai.

Pemilihan Lembang Park and Zoo bukan tanpa alasan. Kebun binatang itu memiliki fasilitas lengkap dan dokter hewan berpengalaman, sementara opsi sebelumnya di Garut dibatalkan karena keterbatasan sumber daya. Namun keputusan yang tampak rasional itu justru menjadi awal dari insiden besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di kawasan wisata pegunungan tersebut.

Baca Juga: Revitalisasi Trotoar di Kota Bandung, Menjawab Kebutuhan Pejalan Kaki atau Pedagang Kecil?

Dua hari setelah penempatan, suasana berubah. Diduga stres akibat lingkungan baru, macan tutul itu menjadi gelisah dan agresif. Sekitar pukul 05:30 WIB pada Kamis, 28 Agustus 2025, hewan itu berhasil menjebol bagian atas kandang karantina. Ketika petugas mengecek pukul 06:00, kandang sudah kosong. Padahal, pemeriksaan terakhir pada 04:30 WIB menunjukkan satwa itu masih di tempatnya.

Kabar pelarian langsung menyebar cepat lewat media sosial dan grup WhatsApp warga. Di Cisarua dan Parongpong, dua wilayah padat penduduk di sekitar kebun binatang, orang tua mulai melarang anak-anak keluar rumah.

Tak lama setelah itu, suasana Lembang berubah tegang. Petugas keamanan kebun binatang menutup sebagian area wisata, sementara aparat kepolisian dan BKSDA membentuk tiga tim pencari. Mereka menyisir area dalam dan luar kebun binatang hanya satu jam setelah pelarian dilaporkan.

Kepolisian langsung bergerak menurunkan Sat Sabhara dan unit K9 ke lapangan. Teknologi drone thermal untuk melacak suhu tubuh macan juga digunakan dalam pencarian.

"Semalam sampai subuh tim telah melakukan patrol dan pemantauan Udara menggunakan drone thermal," kata Humas BBKSDA Jabar Eri Mildrayana, 29 Agustus. Meski sudah dilengkapi teknologi, hasilnya nihil. Insting alami macan tutul—predator soliter yang cenderung menghindari manusia—membuatnya sulit ditangkap.

Hingga awal September, macan tutul itu diyakini masih berkeliaran di sekitar Lembang Park and Zoo. Tim gabungan terus memasang jebakan, menyiapkan senjata bius, dan memperluas pencarian hingga radius satu kilometer. Namun tanda-tanda kehadirannya makin samar.

Kepala BBKSDA Jawa Barat, Agus Arianto, akhirnya menyatakan pada 3 September bahwa jejak terakhir satwa itu mengarah ke kawasan hutan Tangkuban Parahu, habitat alami macan tutul Jawa. Ia menduga hewan tersebut sudah kembali ke alam. “Kita hentikan pencarian karena indikasinya sudah masuk kawasan hutan,” katanya.

Baca Juga: Keracunan MBG di Bandung Barat, Kronik Tragedi Hidangan Basi di Balik Santapan Bergizi

"Kemungkinan, dia sudah keluar dari area Lembang Park and Zoo dan bergerak ke arah hutan itu. Kenapa kita bisa bilang begitu? Karena sejauh ini tidak ada laporan dari masyarakat mengenai keberadaannya,” kata Agus.

Selang beberapa hari, muncul keputusan untuk menghentikan pencarian satwa liar tersebut lantaran dianggap sudah berada di habitat hutan Tangkubanparahu.

"Pencarian dihentikan tapi kami tetap mencari dan melakukan pemantauan. Karena satwa di luar kawasan itu tanggung jawab kami. Tim tidak akan dibubarkan," kata Humas BBKSDA Jabar, Eri Mildrayana.

Penghntian pencarianbini juga berdampak pada operasional kebun binatang. Setelah hampir dua minggu ditutup, Lembang Park and Zoo kembali dibuka untuk umum pada 10 September 2025. Wakil Bupati Bandung Barat, Asep Ismail, menegaskan bahwa pembukaan itu dilakukan setelah memastikan tidak ada lagi ancaman.

Tapi, ketenangan itu hanya sementara. Dua minggu kemudian, media sosial kembali geger. Akun Instagram @infobdgbaratcimahi mengunggah foto jejak hewan di kebun warga dekat sekolah di Lembang. Banyak yang menduga itu milik macan tutul kabur. Warga panik lagi, apalagi lokasi itu kerap dilalui anak-anak sekolah. Setelah diverifikasi, BBKSDA memastikan jejak tersebut milik anjing.

Belum sempat publik benar-benar melupakan peristiwa itu, sebuah kejadian mengejutkan muncul di Kota Bandung. Senin pagi, 6 Oktober 2025, sekitar pukul 07:00 WIB, penghuni Hotel Anugerah di Jalan Padasaluyu, Sukasari, dikejutkan oleh suara gaduh dari koridor lantai dua. Saat salah satu staf memeriksa, seekor macan tutul terlihat berdiri di depan pintu kamar. Hewan itu menggeram, memperlihatkan taring, dan tampak siap menyerang.

Video berdurasi 15 detik yang diunggah ke media sosial memperlihatkan detik-detik menegangkan itu. Warga berkerumun di luar hotel, sementara tim kepolisian dan pemadam kebakaran bergegas datang.

Evakuasi macan tutul di Hotel Sukasari Bandung yang diduga merupakan satwa kabur dari Lembang Park & Zoo. (Sumber: Ayobandung | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Evakuasi macan tutul di Hotel Sukasari Bandung yang diduga merupakan satwa kabur dari Lembang Park & Zoo. (Sumber: Ayobandung | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

Proses evakuasi berlangsung hampir tiga jam. Petugas menembakkan peluru bius dua kali sambil mempersempit ruang gerak hewan yang terjebak di sudut lorong hotel. Sekitar pukul 09:50 WIB, macan tutul akhirnya tumbang dan berhasil dimasukkan ke kandang jebak. Ia kemudian dibawa turun ke lantai dasar sebelum dievakuasi ke Lembang Park and Zoo. Tak ada korban jiwa, hanya kepanikan dan rasa tak percaya yang tertinggal. Kondisi satwa itu tampak lemah dan stres berat.

Macan tutul itu kemudian dibawa ke Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) di Sukabumi untuk rehabilitasi. Pemeriksaan fisik menunjukkan hewan tersebut berjenis kelamin jantan, usia sekitar tiga tahun, dengan kondisi tubuh sesuai dengan yang sebelumnya kabur dari Lembang Park and Zoo. Meski BBKSDA belum mengonfirmasi secara resmi, besar kemungkinan inilah individu yang sama.

Bagi warga, penemuan itu menimbulkan rasa lega sekaligus heran. Bagaimana seekor macan tutul bisa bertahan hidup sebulan di wilayah urban tanpa tertangkap atau memakan korban?

Baca Juga: Hikayat Urban Legend Rumah Gurita Bandung, Geger Disebut Tempat Pemujaan Setan?

Macan tutul yang dulu dianggap simbol kekuatan alam Priangan kini menjadi pengingat tentang rapuhnya batas antara dunia liar dan manusia. Ia muncul di desa, lalu di kebun binatang, dan akhirnya di hotel kota. Sebuah perjalanan panjang yang tidak hanya mengguncang publik, tapi juga menunjukkan betapa tipisnya sekat antara hutan dan beton di masa kini.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 07 Okt 2025, 12:21 WIB

Program MBG, antara Harapan dan Kenyataan

Makanan Bergizi Gratis pada pelaksanaanya masih mengandung banyak kendala yang dihadapi.
Program makan bergizi gratis (MBG). (Sumber: kebumenkab.go.id)
Ayo Jelajah 07 Okt 2025, 11:48 WIB

Drama Pelarian Macan Tutul Lembang, dari Desa di Kuningan ke Hotel Sukasari

Macan tutul kabur dari Lembang Park and Zoo bikin geger Bandung. Dari pelarian misterius hingga penangkapan dramatis di hotel Sukasari.
Macan tutul di Hotel Sukasari Bandung yang diduga merupakan satwa kabur dari Lembang Park & Zoo.
Ayo Netizen 07 Okt 2025, 10:28 WIB

'Lintas Agama' ala Sunda

Kata-kata ini membangun jembatan antara gagasan global dan kearifan lokal.
Lukisan Tembok di Joglo Keadilan, YSK, Bogor (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 07 Okt 2025, 08:20 WIB

Simbol Perlawanan, Kebebasan, serta Kritik Sosial dari Buku Perempuan di Titik NOL

Perempuan di Titik Nol adalah karya Nawal El-Sadawi seorang dokter dari negara Mesir.
Perempuan di Titik Nol Karya Nawal El-Sadawi | 176 Halaman (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 06 Okt 2025, 20:33 WIB

Bandros Bandung, Wisata Kota yang Menghidupkan Cerita dan Ekonomi Lokal

Bandros bukan hanya kendaraan, tapi juga simbol kreativitas dan keramahan Bandung sebagai kota wisata.
Bandros, bus wisata keliling kota yang sejak pertama kali hadir, selalu membawa cerita dan keceriaan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 06 Okt 2025, 19:18 WIB

Bandung, Futsal, dan Masa Depan Sport Tourism Nasional

Di tengah geliat komunitas dan kampus, futsal bukan sekadar olahraga, tapi sudah menjelma jadi gerakan sosial dan peluang ekonomi baru.
Di tengah geliat komunitas dan kampus, futsal bukan sekadar olahraga, tapi sudah menjelma jadi gerakan sosial dan peluang ekonomi baru. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 06 Okt 2025, 18:36 WIB

Pasar Properti Bandung 2025: Celah Investasi di Tengah Lonjakan Permintaan

Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi lokal, pembangunan infrastruktur, dan migrasi urban menjadikan Bandung sebagai magnet baru bagi bisnis hunian.
Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi lokal, pembangunan infrastruktur, dan migrasi urban dari kota-kota sekitar menjadikan Bandung sebagai magnet baru bagi bisnis hunian. (Sumber: dok. Summarecon)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 18:18 WIB

Partisipasi Publik yang Hilang dalam Proses Kebijakan

Partisipasi publik adalah ruh demokrasi.
Pekerja Pariwisata Unjukrasa di Gedung Sate Tuntut Cabut Larangan Study Tour. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 17:02 WIB

10 Netizen Terpilih September 2025: Karya Berkualitas tentang Bandung

Hari ini Ayobandung.id merilis daftar 10 penulis terpilih yang memberikan kontribusi luar biasa di kanal AYO NETIZEN selama September 2025.
AYO NETIZEN merupakan kanal yang menampung tulisan para pembaca Ayobandung.id. (Sumber: Lisa from Pexels)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 15:42 WIB

12 Agama yang Membentuk Hidup Kita

Agama membantu kita untuk berpikir ulang tentang eksistensi.
Menerima Kitab Yang Empat Konghucu (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Salah Seorang Kawan Penulis)
Ayo Jelajah 06 Okt 2025, 14:18 WIB

Sejarah Julukan Bandung Parijs van Java, dari Sindiran Jadi Kebanggaan

Iklan seorang pedagang Belanda tahun 1920 melahirkan julukan “Parijs van Java”. Kini, Bandung dikenal sebagai kota fesyen dan kreatif.
Persimpangan Jalan Braga dan Jalan Naripan tahun 1910-an. (Sumber: kitlv)
Ayo Jelajah 06 Okt 2025, 13:15 WIB

Hikayat Urban Legend Rumah Gurita Bandung, Geger Disebut Tempat Pemujaan Setan?

Urban legend Rumah Gurita bukan hanya cerita horor, tapi cermin budaya urban Bandung yang kaya imajinasi dan sejarah arsitektur kreatif.
Potret Rumah Gurita di kawasan Sukajadi, Kota Bandung.
Beranda 06 Okt 2025, 10:50 WIB

Jejak Panjang Harry Suliztiarto Merintis Panjat Tebing Indonesia

Sebagai seorang perupa, ia terbiasa menciptakan sesuatu dari keterbatasan. Maka ketika belum ada peralatan panjat di Indonesia, Harry membuat semuanya sendiri.
Harry Suliztiarto orang yang pertama kali memperkenalkan olah raga panjat
tebing ke Indonesia. (Sumber: IG sultan_tanah_tinggi)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 10:12 WIB

Pangsi, Iket, dan Ki Sunda

Inilah salah satu cara kita untuk ngamumule budaya Sunda. Jika bukan kita yang melakukannya, lalu siapa lagi?
Pesilat dari Paguron Gajah Putih Baleendah menampilkan gerakan pencak silat pada gelaran Bandung Lautan Pangsi, Selasa 11 Juli 2023. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 07:51 WIB

Pelukan Metodologi Pembelajaran yang tidak Bersentuhan dengan Realitas

Fakta pendidikan di Indonesia, salah satunya metodologi pembelajaran yang tidak dekat dengan realitas.
Buku Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Eko Prasetyo Milik Perpustakaan Salman ITB (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 20:20 WIB

Suara Pembebasan dan Agama-Agama yang Jarang Diceritakan

Di balik agama-agama mapan, banyak tradisi yang lahir dari keresahan sosial dan keberanian menantang ketidakadilan.
Toko Bernama "Religion" (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 15:01 WIB

Jain dan Sunda di Restoran 'Hijau' Bandung

Di Kota Bandung, ada restoran bernama Kehidupan Tidak Pernah Berakhir yang unik.
Salah Satu Sudut di Restoran "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir" di Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 13:26 WIB

Mitigasi Gempa Bumi bila Patahan Baribis Bergoyang

Memahami pentingnya mitigasi dalam segala hal, bukan sekedar apel kesiagaan.
Singkapan patahan di Desa Cibuluh, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 12:00 WIB

HAM Omong Kosong di Kota Kreatif: Kasus Bandung Zoo dan Hak Masyarakat atas Ruang Publik

Bandung Zoo bukan hanya tempat rekreasi murah meriah. Ia adalah ruang edukasi lingkungan bagi sekolah, mahasiswa, dan keluarga.
Suasana Kebun Seni saat ini yang satu amparan dengan Kebun Binatang (Foto: Dokumen pribadi)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 11:10 WIB

Shinto, Sunda, dan Saikeirei: Sejarah Agama dan Kekuasaan

Saikeirei selama pendudukan Rezim Militer Jepang menyingkap benturan antara iman, kekuasaan, dan identitas lokal.
Sketsa Saikeirei (Sumber: Gambar Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)