AYOBANDUNG.ID - Pelarian seekor macan tutul Jawa dari Lembang Park and Zoo berubah jadi kisah panjang yang menegangkan. Bermula dari proses karantina yang seharusnya sementara, satwa itu justru menjebol kandang dan menghilang di tengah pagi buta. Rencana konservasi itu berubah menjadi drama pencarian panjang, penuh teka-teki, dan diakhiri dengan kejadian nyaris tak masuk akal. Predator hutan tersebut ditemukan di sebuah hotel di tengah Kota Bandung.
Semua bermula dari Kuningan, Kabupaten di timur Jawa Barat, tempat macan tutul ini pertama kali muncul ke permukaan. Pada pertengahan Agustus, warga Desa Kutamandarakan di Kecamatan Maleber geger karena seekor macan tutul masuk ke balai desa. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat turun tangan. Dengan prosedur yang hati-hati, satwa itu ditangkap hidup-hidup untuk kemudian dievaluasi kondisinya.
Karena rencana awal pelepasliaran di Gunung Ciremai memerlukan observasi medis, BBKSDA memutuskan menempatkannya sementara di Lembang Park and Zoo, tempat yang dianggap paling siap karena fasilitas dan dokter hewan yang lengkap.
Macan tutul yang kemudian diketahui sebagai Panthera pardus melas, subspesies langka yang dilindungi, diamankan untuk observasi. BBKSDA memutuskan menitipkannya ke Lembang Park and Zoo pada malam 26 Agustus 2025. Tujuannya sederhana: karantina selama tiga hari sebelum dilepasliarkan ke habitat alaminya di Taman Nasional Gunung Ciremai.
Pemilihan Lembang Park and Zoo bukan tanpa alasan. Kebun binatang itu memiliki fasilitas lengkap dan dokter hewan berpengalaman, sementara opsi sebelumnya di Garut dibatalkan karena keterbatasan sumber daya. Namun keputusan yang tampak rasional itu justru menjadi awal dari insiden besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di kawasan wisata pegunungan tersebut.
Baca Juga: Revitalisasi Trotoar di Kota Bandung, Menjawab Kebutuhan Pejalan Kaki atau Pedagang Kecil?
Dua hari setelah penempatan, suasana berubah. Diduga stres akibat lingkungan baru, macan tutul itu menjadi gelisah dan agresif. Sekitar pukul 05:30 WIB pada Kamis, 28 Agustus 2025, hewan itu berhasil menjebol bagian atas kandang karantina. Ketika petugas mengecek pukul 06:00, kandang sudah kosong. Padahal, pemeriksaan terakhir pada 04:30 WIB menunjukkan satwa itu masih di tempatnya.
Kabar pelarian langsung menyebar cepat lewat media sosial dan grup WhatsApp warga. Di Cisarua dan Parongpong, dua wilayah padat penduduk di sekitar kebun binatang, orang tua mulai melarang anak-anak keluar rumah.
Tak lama setelah itu, suasana Lembang berubah tegang. Petugas keamanan kebun binatang menutup sebagian area wisata, sementara aparat kepolisian dan BKSDA membentuk tiga tim pencari. Mereka menyisir area dalam dan luar kebun binatang hanya satu jam setelah pelarian dilaporkan.
Kepolisian langsung bergerak menurunkan Sat Sabhara dan unit K9 ke lapangan. Teknologi drone thermal untuk melacak suhu tubuh macan juga digunakan dalam pencarian.
"Semalam sampai subuh tim telah melakukan patrol dan pemantauan Udara menggunakan drone thermal," kata Humas BBKSDA Jabar Eri Mildrayana, 29 Agustus. Meski sudah dilengkapi teknologi, hasilnya nihil. Insting alami macan tutul—predator soliter yang cenderung menghindari manusia—membuatnya sulit ditangkap.
Hingga awal September, macan tutul itu diyakini masih berkeliaran di sekitar Lembang Park and Zoo. Tim gabungan terus memasang jebakan, menyiapkan senjata bius, dan memperluas pencarian hingga radius satu kilometer. Namun tanda-tanda kehadirannya makin samar.
Kepala BBKSDA Jawa Barat, Agus Arianto, akhirnya menyatakan pada 3 September bahwa jejak terakhir satwa itu mengarah ke kawasan hutan Tangkuban Parahu, habitat alami macan tutul Jawa. Ia menduga hewan tersebut sudah kembali ke alam. “Kita hentikan pencarian karena indikasinya sudah masuk kawasan hutan,” katanya.
Baca Juga: Keracunan MBG di Bandung Barat, Kronik Tragedi Hidangan Basi di Balik Santapan Bergizi
"Kemungkinan, dia sudah keluar dari area Lembang Park and Zoo dan bergerak ke arah hutan itu. Kenapa kita bisa bilang begitu? Karena sejauh ini tidak ada laporan dari masyarakat mengenai keberadaannya,” kata Agus.
Selang beberapa hari, muncul keputusan untuk menghentikan pencarian satwa liar tersebut lantaran dianggap sudah berada di habitat hutan Tangkubanparahu.
"Pencarian dihentikan tapi kami tetap mencari dan melakukan pemantauan. Karena satwa di luar kawasan itu tanggung jawab kami. Tim tidak akan dibubarkan," kata Humas BBKSDA Jabar, Eri Mildrayana.
Penghntian pencarianbini juga berdampak pada operasional kebun binatang. Setelah hampir dua minggu ditutup, Lembang Park and Zoo kembali dibuka untuk umum pada 10 September 2025. Wakil Bupati Bandung Barat, Asep Ismail, menegaskan bahwa pembukaan itu dilakukan setelah memastikan tidak ada lagi ancaman.
Tapi, ketenangan itu hanya sementara. Dua minggu kemudian, media sosial kembali geger. Akun Instagram @infobdgbaratcimahi mengunggah foto jejak hewan di kebun warga dekat sekolah di Lembang. Banyak yang menduga itu milik macan tutul kabur. Warga panik lagi, apalagi lokasi itu kerap dilalui anak-anak sekolah. Setelah diverifikasi, BBKSDA memastikan jejak tersebut milik anjing.
Belum sempat publik benar-benar melupakan peristiwa itu, sebuah kejadian mengejutkan muncul di Kota Bandung. Senin pagi, 6 Oktober 2025, sekitar pukul 07:00 WIB, penghuni Hotel Anugerah di Jalan Padasaluyu, Sukasari, dikejutkan oleh suara gaduh dari koridor lantai dua. Saat salah satu staf memeriksa, seekor macan tutul terlihat berdiri di depan pintu kamar. Hewan itu menggeram, memperlihatkan taring, dan tampak siap menyerang.
Video berdurasi 15 detik yang diunggah ke media sosial memperlihatkan detik-detik menegangkan itu. Warga berkerumun di luar hotel, sementara tim kepolisian dan pemadam kebakaran bergegas datang.

Proses evakuasi berlangsung hampir tiga jam. Petugas menembakkan peluru bius dua kali sambil mempersempit ruang gerak hewan yang terjebak di sudut lorong hotel. Sekitar pukul 09:50 WIB, macan tutul akhirnya tumbang dan berhasil dimasukkan ke kandang jebak. Ia kemudian dibawa turun ke lantai dasar sebelum dievakuasi ke Lembang Park and Zoo. Tak ada korban jiwa, hanya kepanikan dan rasa tak percaya yang tertinggal. Kondisi satwa itu tampak lemah dan stres berat.
Macan tutul itu kemudian dibawa ke Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) di Sukabumi untuk rehabilitasi. Pemeriksaan fisik menunjukkan hewan tersebut berjenis kelamin jantan, usia sekitar tiga tahun, dengan kondisi tubuh sesuai dengan yang sebelumnya kabur dari Lembang Park and Zoo. Meski BBKSDA belum mengonfirmasi secara resmi, besar kemungkinan inilah individu yang sama.
Bagi warga, penemuan itu menimbulkan rasa lega sekaligus heran. Bagaimana seekor macan tutul bisa bertahan hidup sebulan di wilayah urban tanpa tertangkap atau memakan korban?
Baca Juga: Hikayat Urban Legend Rumah Gurita Bandung, Geger Disebut Tempat Pemujaan Setan?
Macan tutul yang dulu dianggap simbol kekuatan alam Priangan kini menjadi pengingat tentang rapuhnya batas antara dunia liar dan manusia. Ia muncul di desa, lalu di kebun binatang, dan akhirnya di hotel kota. Sebuah perjalanan panjang yang tidak hanya mengguncang publik, tapi juga menunjukkan betapa tipisnya sekat antara hutan dan beton di masa kini.