Pangsi, Iket, dan Ki Sunda

Ibn Ghifarie
Ditulis oleh Ibn Ghifarie diterbitkan Senin 06 Okt 2025, 10:12 WIB
Pesilat dari Paguron Gajah Putih Baleendah menampilkan gerakan pencak silat pada gelaran Bandung Lautan Pangsi, Selasa 11 Juli 2023. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Pesilat dari Paguron Gajah Putih Baleendah menampilkan gerakan pencak silat pada gelaran Bandung Lautan Pangsi, Selasa 11 Juli 2023. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Sore yang mendung menggantung di langit. Saat tengah asyik membaca Pikiran Rakyat. Tiba-tiba istriku berseru dari dalam kamar, “Bah, pangsi jeung iket di mana?”

Ku menjawab santai, tanpa mengalihkan pandangan dari bacaan urang Jabar: “Eta di lomari!”

Perempuan yang menginjak kepala empat itu kembali menyahut, “Itu mah nu heubeul, lain nu anyar dibeli!

Setiap hari Rabu, kita menyaksikan para siswa mengenakan pakaian adat, pangsi lengkap dengan iket Sunda bagi laki-laki, kebaya bagi perempuan. Ini merujuk pada Peraturan Daerah (Perda) tentang Kebudayaan Sunda dan penggunaan bahasa ibu (bahasa Sunda) setiap hari Rabu.

Semua itu merupakan bukti nyata dari upaya menjaga, memelihara, dan melestarikan khazanah budaya Ki Sunda yang berakar pada kearifan lokal.

Pasalnya, seluruh khazanah kearifan lokal merupakan bagian tak terpisahkan dari konstruksi kebudayaan dan suatu bangsa dianggap besar apabila turut memelihara, melestarikan, dan merasa bangga atas jati dirinya.

Pesilat dari Paguron Gajah Putih Baleendah menampilkan gerakan pencak silat pada gelaran Bandung Lautan Pangsi di halaman Pendopo Alun-Alun Bandung, Jalan Dalem Kaum, Kota Bandung, Selasa 11 Juli 2023. Gelaran yang bertema "Pangsi Pusaka Karuhun Nusantara" diinisiasi oleh Jaga Lembur dan Pakarang Adat dalam rangka melestarikan atau ngamumule budaya Sunda. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Pesilat dari Paguron Gajah Putih Baleendah menampilkan gerakan pencak silat pada gelaran Bandung Lautan Pangsi di halaman Pendopo Alun-Alun Bandung, Jalan Dalem Kaum, Kota Bandung, Selasa 11 Juli 2023. Gelaran yang bertema "Pangsi Pusaka Karuhun Nusantara" diinisiasi oleh Jaga Lembur dan Pakarang Adat dalam rangka melestarikan atau ngamumule budaya Sunda. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Merawat Kearifan Lokal

Dalam pandangan Jonh Haba kearifan lokal mengacu kepada berbagai kekayaan budaya yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah masyarakat dikenal, dipercayai dan diakui sebagai elemen-elemen penting yang mampu mempertebal kohesi sosial, diantar warga masyarakat.

Jika kita menginventarisasi definisi Haba setidaknya ada enam signifikansi, fungsi sebuah kearifan lokal bila hendak dimanfaatkan sebagai salah satu bentuk pendekatan dalam konflik; Pertama, sebagai penanda sebuah identitas. Kedua, elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, kepercayaan, keagamaan. Ketiga, kearifan lokal tidak memaksa (top down) tetapi sebuah unsur kultural yang ada dan hidup dalam masyarakat karena itu daya ikatnya lebih mengena dan bertahan.

Keempat, kearifan lokal memberikan kebersamaan bagi sebuah komunitas. Kelima, lokal wisdom akan mengubah pola pikir dan hubungan timbal balik individu dan kelompok, dengan meletakkannya di atas coom ground (kebudayaan yang dimiliki). Keenam, kearifan lokal dapat berfungsi mendorongnya kebersamaan, apresiasi sekaligus sebagai sebuah mekanisme bersama untuk menepis berbagai kemungkinan yang mereduksi, bahkan merusak solidaritas komunal yang dipercaya berasal dan tumbuh di atas kesadaran bersama, dari sebuah komunitas terintegrasi.

Untuk itu, keenam fungsi kearifan lokal yang diuraikan menjadikan pentingnya nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) sebagai sumber-sumber budaya sekaligus menjadi penanda identitas bagi kelangsungan hidup, sebuah kelompok maupun aliran kepercayaan. (Haba, 2007: 11 dan 34-35, Irwan Abdullah, Ibnu Mujib dan M. Iqbal Ahnaf, 2008:7-8)

Festival Permainan Rakyat Jawa Barat di Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat, Kota Bandung, Rabu 25 Juni 2025. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Festival Permainan Rakyat Jawa Barat di Teater Tertutup Taman Budaya Jawa Barat, Kota Bandung, Rabu 25 Juni 2025. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Ngamumule Budaya Sunda

Salah satu usaha melestarikan identitas lokal itu dengan memakai iket, menggunakan kebaya dan bahasa Sunda. Bagi Mochhamad Asep Hadian Adipradja, Pimpinan Komunitas Pulasara iket menjelaskan Iket (totopong) merupakan kekayaan budaya tutup kepala paling tua di tatar Sunda.

Secara bahasa iket berasal dari kata saiket (satu ikatan), sauyunan dalam satu kesatuan (perkumpulan) hidup. Ibarat lidi, jika sehelai tidak mempunyai fungsi apa-apa, tapi bila dibentuk menjadi satu ikatan sapu, maka akan mampu membersihkan apapun. Begitu pula dengan manusia yang hidup sendiri, tentu berat menghadapi suatu masalah. Berbeda jika dilakukan bersama. Iket juga menandakan agar pemakainya tidak ingkah (lepas) dari jati diri Kasundaan.

Kepala merupakan subjek yang diikatnya, dan persoalan yang datang dari luar dan dalam dirinya merupakan objek yang harus dihadapi. Agar hidup senantiasa siap menghadapi segala situasi dan kondisi (caringcing pegeuh kancing, saringset pageuh iket).

Iket dibagi menjadi tiga bagian, yakni bahan, model (motif) dan bentuk iket. Lebih bagus bahan dan bergam motif batik dari satu iket, lebih mahal harganya. Biasanya yang punya kalangan menak, sebagai contoh motif rereng dan gamir saketi. Sebaliknya, bila iketnya polos--bagai wulung di Kampung Dukuh dan putih di Baduy Dalam--atau jika hanya ada motif batik pinggirnya semata (iket sisina), harganya lebih murah dan yang menggunakannya pun berasal dari golonga rakyat kecil. Sedangkan bentuk iket ada dua bagian, yaitu persegi dan segitiga. Sebernarnya semua bentuk iket persegi, menjadi segitiga karena dilipat atau dipotong dari bentuk asli untuk mempermudah pemakaian.

Motif dalam iket dibagi menjadi empat bagian, yaitu pager, modang, waruga, dan juru. Pager adalah motif yang ada di sekeliling iket. Modang, bentuk kotak pada bagian tengah iket. Waruga, bagian tengah iket yang polos. Serta juru merupakan motif yang ada di setiap sudut iket. Sedangkan bentuk iket ada dua bagian, yaitu persegi dan segitiga. Sebenarnya semua bentuk iket persegi, menjadi segitiga karena dilipat atau dipotong dari bentuk asli untuk mempermudah pemakaian.

Dua bentuk ini mempunyai falsafah hidup. Bentuk persegi menunjukkan hidup masagi/sempurna dalam arti pemikiran, dengan siloka opat kalima pancer atau opat pancer kalima diri urang. Pancer menunjukkan empat madhab/arah (utara, selatan, timur, barat) dan bahan yang menjadi dasar kehidupan (tanah, air, angin, api).

Bentuk persegi juga terdapat di tengah motif (modang), yang selalu berlawanan dengan bentuk iket (diagonal), untuk membedakan dengan kain lain yang sejenis. Jika iket dilipat jadi segitiga, bentuk modang ini akan lurus (horizontal). Hal ini menunjukkan kapancegan (konsistensi) pandangan hidup. Dan bentuk segitiga sendiri adalah kesamaan konsep tritangtu (ratu, rama, resi) yang harus dimaknai secara luas.

Rupa iket awalnya hanya dikenal tujuh bentuk pemakaian. Tapi, seiring dengan kreatifitas masyarakatnya, rupa iket semakin bervariasi, antaranya barangbang semplak, parékos/paros (parékos/paros nangka, jéngkol, gedang), koncér/paitén, julang ngapak, lohén, ki parana, udeng, pa tua, kolé nyangsang, porténg, dll.

Pesilat dari Paguron Gajah Putih Baleendah menampilkan gerakan pencak silat pada gelaran Bandung Lautan Pangsi di halaman Pendopo Alun-Alun Bandung, Jalan Dalem Kaum, Kota Bandung, Selasa 11 Juli 2023. Gelaran yang bertema "Pangsi Pusaka Karuhun Nusantara" diinisiasi oleh Jaga Lembur dan Pakarang Adat dalam rangka melestarikan atau ngamumule budaya Sunda. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Pesilat dari Paguron Gajah Putih Baleendah menampilkan gerakan pencak silat pada gelaran Bandung Lautan Pangsi di halaman Pendopo Alun-Alun Bandung, Jalan Dalem Kaum, Kota Bandung, Selasa 11 Juli 2023. Gelaran yang bertema "Pangsi Pusaka Karuhun Nusantara" diinisiasi oleh Jaga Lembur dan Pakarang Adat dalam rangka melestarikan atau ngamumule budaya Sunda. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Melihat fenomena yang muncul kini, iket semakin tren di kalangan anak muda. Dengan berbagai motif dan gaya pemakaian. Bisa jadi dilatarbelakangi oleh kerinduan terhadap nilai tradisional yang semakin tergerus oleh modernisasi. Atau hanya sekedar pencitraan identitas tanpa pemaknaan. Meskipun demikian, harus jadi kebanggaan bersama dengan diarahkan pertanggungjawabannya. Bahwa mengenal dan memaknai kembali kebudayaan Sunda tidak harus secara paksa. Tapi, diawali dengan kesadaran kecintaan melalui iket. (Cupumanik No 91 Tahun VIII No. 7 Pebruari 2011:32-35 dan Galamedia, 28/3/2013).

Di mata Ahmad Gibson Al-Bustomi, dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung, persoalan iket yang gemar dipakai anak muda biarkan saja. Pasalnya, mereka tengah mencari hal-hal yang baru dan pencarian jati diri. Sedangkan jika di antara para pejabat ada yang mau memakai, maka pakailah iket, tidak usah menakan urang lain dengan aturan supaya memakai iket. Jangan-jangan jika sekarang memaki iket sering dianggap aneh ini dikarenakan kita sering dilabeli istilah "miara jeung ngamumule budaya Sunda". (Cupumanik No 91 Tahun VIII No. 7 Pebruari 2011:38).

Pangsi, iket, dan figur Ki Sunda bukan sekadar simbol, melainkan bagian penting dari upaya ngamumule (melestarikan) budaya Sunda. Ketiganya mencerminkan identitas, nilai, dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui pelestarian unsur-unsur budaya ini, kita tidak hanya menjaga warisan leluhur, justru ingin menanamkan rasa bangga terhadap jati diri sebagai urang Sunda.

Tentunya, dalam melestarikan khazanah kesundaan, perlu diberikan ruang yang lebih luas, misalnya melalui pengayaan mata kuliah Bahasa Sunda, penggunaan bahasa lokal dalam dakwah, penelitian terhadap naskah-naskah kuna yang kini keberadaannya sangat mengkhawatirkan.

Dengan demikian, keterlibatan semua unsur sangat dinantikan. Peradaban, kebudayaan suatu bangsa akan terus tumbuh dan berkembang, tetap terpelihara, lestari, dan menjadi sumber kebanggaan apabila kita semua ikut menjaga dan melestarikannya. Inilah salah satu cara kita untuk ngamumule budaya Sunda. Jika bukan kita yang melakukannya, lalu siapa lagi? (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Ibn Ghifarie
Tentang Ibn Ghifarie
Pegiat kajian agama dan media di Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung.
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 06 Okt 2025, 20:33 WIB

Bandros Bandung, Wisata Kota yang Menghidupkan Cerita dan Ekonomi Lokal

Bandros bukan hanya kendaraan, tapi juga simbol kreativitas dan keramahan Bandung sebagai kota wisata.
Bandros, bus wisata keliling kota yang sejak pertama kali hadir, selalu membawa cerita dan keceriaan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 06 Okt 2025, 19:18 WIB

Bandung, Futsal, dan Masa Depan Sport Tourism Nasional

Di tengah geliat komunitas dan kampus, futsal bukan sekadar olahraga, tapi sudah menjelma jadi gerakan sosial dan peluang ekonomi baru.
Di tengah geliat komunitas dan kampus, futsal bukan sekadar olahraga, tapi sudah menjelma jadi gerakan sosial dan peluang ekonomi baru. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 06 Okt 2025, 18:36 WIB

Pasar Properti Bandung 2025: Celah Investasi di Tengah Lonjakan Permintaan

Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi lokal, pembangunan infrastruktur, dan migrasi urban menjadikan Bandung sebagai magnet baru bagi bisnis hunian.
Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi lokal, pembangunan infrastruktur, dan migrasi urban dari kota-kota sekitar menjadikan Bandung sebagai magnet baru bagi bisnis hunian. (Sumber: dok. Summarecon)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 18:18 WIB

Partisipasi Publik yang Hilang dalam Proses Kebijakan

Partisipasi publik adalah ruh demokrasi.
Pekerja Pariwisata Unjukrasa di Gedung Sate Tuntut Cabut Larangan Study Tour. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 17:02 WIB

10 Netizen Terpilih September 2025: Karya Berkualitas tentang Bandung

Hari ini Ayobandung.id merilis daftar 10 penulis terpilih yang memberikan kontribusi luar biasa di kanal AYO NETIZEN selama September 2025.
AYO NETIZEN merupakan kanal yang menampung tulisan para pembaca Ayobandung.id. (Sumber: Lisa from Pexels)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 15:42 WIB

12 Agama yang Membentuk Hidup Kita

Agama membantu kita untuk berpikir ulang tentang eksistensi.
Menerima Kitab Yang Empat Konghucu (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Salah Seorang Kawan Penulis)
Ayo Jelajah 06 Okt 2025, 14:18 WIB

Sejarah Julukan Bandung Parijs van Java, dari Sindiran Jadi Kebanggaan

Iklan seorang pedagang Belanda tahun 1920 melahirkan julukan “Parijs van Java”. Kini, Bandung dikenal sebagai kota fesyen dan kreatif.
Persimpangan Jalan Braga dan Jalan Naripan tahun 1910-an. (Sumber: kitlv)
Ayo Jelajah 06 Okt 2025, 13:15 WIB

Hikayat Urban Legend Rumah Gurita Bandung, Geger Disebut Tempat Pemujaan Setan?

Urban legend Rumah Gurita bukan hanya cerita horor, tapi cermin budaya urban Bandung yang kaya imajinasi dan sejarah arsitektur kreatif.
Potret Rumah Gurita di kawasan Sukajadi, Kota Bandung.
Beranda 06 Okt 2025, 10:50 WIB

Jejak Panjang Harry Suliztiarto Merintis Panjat Tebing Indonesia

Sebagai seorang perupa, ia terbiasa menciptakan sesuatu dari keterbatasan. Maka ketika belum ada peralatan panjat di Indonesia, Harry membuat semuanya sendiri.
Harry Suliztiarto orang yang pertama kali memperkenalkan olah raga panjat
tebing ke Indonesia. (Sumber: IG sultan_tanah_tinggi)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 10:12 WIB

Pangsi, Iket, dan Ki Sunda

Inilah salah satu cara kita untuk ngamumule budaya Sunda. Jika bukan kita yang melakukannya, lalu siapa lagi?
Pesilat dari Paguron Gajah Putih Baleendah menampilkan gerakan pencak silat pada gelaran Bandung Lautan Pangsi, Selasa 11 Juli 2023. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 07:51 WIB

Pelukan Metodologi Pembelajaran yang tidak Bersentuhan dengan Realitas

Fakta pendidikan di Indonesia, salah satunya metodologi pembelajaran yang tidak dekat dengan realitas.
Buku Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Eko Prasetyo Milik Perpustakaan Salman ITB (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 20:20 WIB

Suara Pembebasan dan Agama-Agama yang Jarang Diceritakan

Di balik agama-agama mapan, banyak tradisi yang lahir dari keresahan sosial dan keberanian menantang ketidakadilan.
Toko Bernama "Religion" (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 15:01 WIB

Jain dan Sunda di Restoran 'Hijau' Bandung

Di Kota Bandung, ada restoran bernama Kehidupan Tidak Pernah Berakhir yang unik.
Salah Satu Sudut di Restoran "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir" di Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 13:26 WIB

Mitigasi Gempa Bumi bila Patahan Baribis Bergoyang

Memahami pentingnya mitigasi dalam segala hal, bukan sekedar apel kesiagaan.
Singkapan patahan di Desa Cibuluh, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 12:00 WIB

HAM Omong Kosong di Kota Kreatif: Kasus Bandung Zoo dan Hak Masyarakat atas Ruang Publik

Bandung Zoo bukan hanya tempat rekreasi murah meriah. Ia adalah ruang edukasi lingkungan bagi sekolah, mahasiswa, dan keluarga.
Suasana Kebun Seni saat ini yang satu amparan dengan Kebun Binatang (Foto: Dokumen pribadi)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 11:10 WIB

Shinto, Sunda, dan Saikeirei: Sejarah Agama dan Kekuasaan

Saikeirei selama pendudukan Rezim Militer Jepang menyingkap benturan antara iman, kekuasaan, dan identitas lokal.
Sketsa Saikeirei (Sumber: Gambar Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 10:03 WIB

Berkelana sembari Membangun Rumah Belajar bersama Bookstagram Alwi

Perjalanan seorang pegiat literasi bernama Alwi Johan Yogatama.
Perjalanan Alwijo Nebeng ke NTT untuk Bangun Rumah Belajar (Sumber: Instagram | alwijo)
Ayo Jelajah 05 Okt 2025, 08:05 WIB

Sejarah Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung, Wariskan Beban Gunungan Utang ke China

Jepang bawa Shinkansen, Tiongkok bawa pinjaman. Sejarah proyek kereta cepat Jakarta–Bandung sarat persaingan dan beban utang.
Proses pembangunan jalur Kereta Cepat Whoosh yang juga berdampak terhadap sejumlah lahan warga. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 04 Okt 2025, 17:34 WIB

Bisnis Sport Tourism di Bandung Makin Bergairah Berkat Tren Padel

Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor.
Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)
Ayo Biz 04 Okt 2025, 15:37 WIB

Harga Tiket Masuk dan Wahana di Skyward Project: Wisata Tematik Baru di Bandung

Berlokasi di kawasan Pasir Kaliki, Skyward Project bukan sekadar tempat bermain tapi juga ruang belajar, eksplorasi, dan nostalgia yang dirancang untuk semua kalangan.
Mengusung konsep edutainment, Skyward Project membangun narasi dari sejarah lokal yang nyaris terlupakan. (Sumber: dok. Skyward Project)