Jejak Panjang Harry Suliztiarto Merintis Panjat Tebing Indonesia

Mildan Abdalloh
Ditulis oleh Mildan Abdalloh diterbitkan Senin 06 Okt 2025, 10:50 WIB
Harry Suliztiarto orang yang pertama kali memperkenalkan olah raga panjat
tebing ke Indonesia. (Sumber: IG sultan_tanah_tinggi)

Harry Suliztiarto orang yang pertama kali memperkenalkan olah raga panjat tebing ke Indonesia. (Sumber: IG sultan_tanah_tinggi)

AYOBANDUNG.ID – Di sebuah rumah di Surabaya pada tahun 1960-an, seorang remaja terpaku pada gambar hitam putih di halaman ensiklopedia Britannica. Seorang pendaki tampak menggantung di tebing, bertali di pinggang. Gambar sederhana itu mengubah hidupnya. Bagi remaja bernama Harry Suliztiarto, gambar itu bukan sekadar ilustrasi—melainkan panggilan hidup.

“Saya buka-buka tapi (gambarnya) hitam putih kan. Terus saya buka salah satu ada tulisannya mountaineering gitu. Saya lihat ada gambar orang kayak mendaki gunung tapi kok pakai tali gitu,” kenang Harry. Dari rasa penasaran itu, lahirlah perjalanan panjang memperkenalkan olahraga panjat tebing ke Indonesia—dari Citatah hingga Eiger di Swiss.

Sejak SMP dan SMA, Harry sudah sering bertualang di alam, mendaki gunung demi gunung. Tapi satu pertanyaan terus menghantuinya: bagaimana caranya mendaki dengan tali seperti di gambar itu? Keyakinannya sederhana—Bandung pasti punya jawabannya. Ia pun berangkat ke Kota Kembang setelah lulus SMA, dengan harapan menemukan komunitas pendaki yang memahami apa yang disebutnya sebagai “memanjat tebing dengan tali.”

Namun, Bandung di tahun 1970-an belum mengenal panjat tebing. Bahkan di kampus sebesar ITB sekalipun, belum ada yang tahu apa itu rock climbing. Harry lalu berkelana dari satu buku ke buku lain, mencari istilah, gambar, dan referensi yang bisa menjelaskan apa yang ia lihat di ensiklopedia masa kecilnya.

“Saya tanya kawan-kawan, ternyata mereka juga tidak tahu. Tapi kata teman-teman di Citatah ada tempat latihan tentara di 48. Dulu belum tahu kalau tempat itu dinamakan Citatah,” katanya.

Harry Suliztiarto, dikenal sebagai Bapak Panjat Tebing Indonesia, masih aktif berbagi semangat dan ilmu di usianya yang ke-70 tahun. (Sumber: Eiger)
Harry Suliztiarto, dikenal sebagai Bapak Panjat Tebing Indonesia, masih aktif berbagi semangat dan ilmu di usianya yang ke-70 tahun. (Sumber: Eiger)

Di sanalah semuanya dimulai. Citatah, yang kala itu hanya tebing batu kapur tempat latihan tentara, menjadi “kelas” pertama Harry. Dengan sepeda motor, ia menempuh 20 kilometer dari ITB menuju lokasi itu. Di sana, ia memandang tebing menjulang dengan rasa takjub dan tekad yang bulat: ia akan belajar memanjat.

Berbekal tali tambang plastik besar—yang ternyata jenis tali statik, bukan dinamik seperti yang digunakan dalam panjat profesional—Harry mulai berlatih.

“Tidak tahu kalau tali itu ada yang statik dan dinamik. Untuk kegiatan memanjat itu seharusnya tali dinamik. Sementara tali polipropelin (tali plastik) itu statik,” ujarnya.

Hasilnya bisa ditebak: setiap jatuh, tubuhnya memar dan sakit-sakit. Tapi rasa penasaran jauh lebih kuat dari rasa sakit.

Sebagai seorang perupa, ia terbiasa menciptakan sesuatu dari keterbatasan. Maka ketika belum ada peralatan panjat di Indonesia, Harry membuat semuanya sendiri. “Kebetulan kan saya itu perupa, jadi saat melihat gambar pasak. Dikira-kira saja ukurannya berapa, bentuknya bagaimana kemudian membuat sendiri,” ungkapnya.

Namun menjadi pelopor berarti melangkah sendirian. Tidak ada yang tahu caranya menjadi belayer—orang yang memegang tali pengaman. Kadang Harry mengajak warga sekitar Citatah, hanya untuk membantu menahan tali bila ia terpeleset.

“Saya berpikir, harus melatih orang. Tujuannya agar tidak kesepian, jadi kalau banyak orang yang tahu dan bisa, saya tidak akan manjat sendirian. Akan banyak teman,” katanya sambil tertawa.

Dari gagasan itu, lahirlah Skygers, kelompok panjat tebing pertama di Indonesia. Dari komunitas kecil yang hanya ingin punya teman memanjat, Skygers berkembang menjadi pelopor gerakan panjat tebing nasional. Tahun 1985, mereka berani bermimpi lebih besar: menaklukkan tebing utara Eiger di Swiss—salah satu tebing paling berbahaya di dunia.

Ekspedisi pertama gagal karena badai salju. Tapi setahun kemudian, Harry dan timnya kembali. Kali ini mereka berhasil menaklukkan Eiger Utara. Keberhasilan itu bukan sekadar pencapaian teknis—itu tonggak sejarah. Anak-anak muda Indonesia yang baru belajar memanjat beberapa tahun sebelumnya berhasil berdiri di tempat yang menelan banyak nyawa pendaki dunia.

Dari keberhasilan itu, gairah panjat tebing meledak di Indonesia. Komunitas bermunculan, tebing-tebing baru ditemukan, dan generasi pemanjat muda mulai lahir. Dari Citatah, tebing Lembah Harau, hingga dinding buatan di kota-kota besar—semuanya bisa ditarik ke satu nama: Harry Suliztiarto.

Kini, di usianya yang menginjak 70 tahun, semangat itu belum padam. Ia masih memanjat—bukan lagi untuk ekspedisi, melainkan untuk kemanusiaan. Ia terlibat dalam berbagai operasi penyelamatan dan pelatihan rescue berbasis teknik panjat.

Harry Suliztiarto bukan hanya Bapak Panjat Tebing Indonesia—ia adalah simbol bagaimana rasa ingin tahu bisa membawa seseorang menaklukkan dunia.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 06 Okt 2025, 20:33 WIB

Bandros Bandung, Wisata Kota yang Menghidupkan Cerita dan Ekonomi Lokal

Bandros bukan hanya kendaraan, tapi juga simbol kreativitas dan keramahan Bandung sebagai kota wisata.
Bandros, bus wisata keliling kota yang sejak pertama kali hadir, selalu membawa cerita dan keceriaan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 06 Okt 2025, 19:18 WIB

Bandung, Futsal, dan Masa Depan Sport Tourism Nasional

Di tengah geliat komunitas dan kampus, futsal bukan sekadar olahraga, tapi sudah menjelma jadi gerakan sosial dan peluang ekonomi baru.
Di tengah geliat komunitas dan kampus, futsal bukan sekadar olahraga, tapi sudah menjelma jadi gerakan sosial dan peluang ekonomi baru. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 06 Okt 2025, 18:36 WIB

Pasar Properti Bandung 2025: Celah Investasi di Tengah Lonjakan Permintaan

Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi lokal, pembangunan infrastruktur, dan migrasi urban menjadikan Bandung sebagai magnet baru bagi bisnis hunian.
Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi lokal, pembangunan infrastruktur, dan migrasi urban dari kota-kota sekitar menjadikan Bandung sebagai magnet baru bagi bisnis hunian. (Sumber: dok. Summarecon)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 18:18 WIB

Partisipasi Publik yang Hilang dalam Proses Kebijakan

Partisipasi publik adalah ruh demokrasi.
Pekerja Pariwisata Unjukrasa di Gedung Sate Tuntut Cabut Larangan Study Tour. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 17:02 WIB

10 Netizen Terpilih September 2025: Karya Berkualitas tentang Bandung

Hari ini Ayobandung.id merilis daftar 10 penulis terpilih yang memberikan kontribusi luar biasa di kanal AYO NETIZEN selama September 2025.
AYO NETIZEN merupakan kanal yang menampung tulisan para pembaca Ayobandung.id. (Sumber: Lisa from Pexels)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 15:42 WIB

12 Agama yang Membentuk Hidup Kita

Agama membantu kita untuk berpikir ulang tentang eksistensi.
Menerima Kitab Yang Empat Konghucu (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Salah Seorang Kawan Penulis)
Ayo Jelajah 06 Okt 2025, 14:18 WIB

Sejarah Julukan Bandung Parijs van Java, dari Sindiran Jadi Kebanggaan

Iklan seorang pedagang Belanda tahun 1920 melahirkan julukan “Parijs van Java”. Kini, Bandung dikenal sebagai kota fesyen dan kreatif.
Persimpangan Jalan Braga dan Jalan Naripan tahun 1910-an. (Sumber: kitlv)
Ayo Jelajah 06 Okt 2025, 13:15 WIB

Hikayat Urban Legend Rumah Gurita Bandung, Geger Disebut Tempat Pemujaan Setan?

Urban legend Rumah Gurita bukan hanya cerita horor, tapi cermin budaya urban Bandung yang kaya imajinasi dan sejarah arsitektur kreatif.
Potret Rumah Gurita di kawasan Sukajadi, Kota Bandung.
Beranda 06 Okt 2025, 10:50 WIB

Jejak Panjang Harry Suliztiarto Merintis Panjat Tebing Indonesia

Sebagai seorang perupa, ia terbiasa menciptakan sesuatu dari keterbatasan. Maka ketika belum ada peralatan panjat di Indonesia, Harry membuat semuanya sendiri.
Harry Suliztiarto orang yang pertama kali memperkenalkan olah raga panjat
tebing ke Indonesia. (Sumber: IG sultan_tanah_tinggi)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 10:12 WIB

Pangsi, Iket, dan Ki Sunda

Inilah salah satu cara kita untuk ngamumule budaya Sunda. Jika bukan kita yang melakukannya, lalu siapa lagi?
Pesilat dari Paguron Gajah Putih Baleendah menampilkan gerakan pencak silat pada gelaran Bandung Lautan Pangsi, Selasa 11 Juli 2023. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 06 Okt 2025, 07:51 WIB

Pelukan Metodologi Pembelajaran yang tidak Bersentuhan dengan Realitas

Fakta pendidikan di Indonesia, salah satunya metodologi pembelajaran yang tidak dekat dengan realitas.
Buku Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Eko Prasetyo Milik Perpustakaan Salman ITB (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 20:20 WIB

Suara Pembebasan dan Agama-Agama yang Jarang Diceritakan

Di balik agama-agama mapan, banyak tradisi yang lahir dari keresahan sosial dan keberanian menantang ketidakadilan.
Toko Bernama "Religion" (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 15:01 WIB

Jain dan Sunda di Restoran 'Hijau' Bandung

Di Kota Bandung, ada restoran bernama Kehidupan Tidak Pernah Berakhir yang unik.
Salah Satu Sudut di Restoran "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir" di Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 13:26 WIB

Mitigasi Gempa Bumi bila Patahan Baribis Bergoyang

Memahami pentingnya mitigasi dalam segala hal, bukan sekedar apel kesiagaan.
Singkapan patahan di Desa Cibuluh, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 12:00 WIB

HAM Omong Kosong di Kota Kreatif: Kasus Bandung Zoo dan Hak Masyarakat atas Ruang Publik

Bandung Zoo bukan hanya tempat rekreasi murah meriah. Ia adalah ruang edukasi lingkungan bagi sekolah, mahasiswa, dan keluarga.
Suasana Kebun Seni saat ini yang satu amparan dengan Kebun Binatang (Foto: Dokumen pribadi)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 11:10 WIB

Shinto, Sunda, dan Saikeirei: Sejarah Agama dan Kekuasaan

Saikeirei selama pendudukan Rezim Militer Jepang menyingkap benturan antara iman, kekuasaan, dan identitas lokal.
Sketsa Saikeirei (Sumber: Gambar Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 05 Okt 2025, 10:03 WIB

Berkelana sembari Membangun Rumah Belajar bersama Bookstagram Alwi

Perjalanan seorang pegiat literasi bernama Alwi Johan Yogatama.
Perjalanan Alwijo Nebeng ke NTT untuk Bangun Rumah Belajar (Sumber: Instagram | alwijo)
Ayo Jelajah 05 Okt 2025, 08:05 WIB

Sejarah Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung, Wariskan Beban Gunungan Utang ke China

Jepang bawa Shinkansen, Tiongkok bawa pinjaman. Sejarah proyek kereta cepat Jakarta–Bandung sarat persaingan dan beban utang.
Proses pembangunan jalur Kereta Cepat Whoosh yang juga berdampak terhadap sejumlah lahan warga. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 04 Okt 2025, 17:34 WIB

Bisnis Sport Tourism di Bandung Makin Bergairah Berkat Tren Padel

Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor.
Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)
Ayo Biz 04 Okt 2025, 15:37 WIB

Harga Tiket Masuk dan Wahana di Skyward Project: Wisata Tematik Baru di Bandung

Berlokasi di kawasan Pasir Kaliki, Skyward Project bukan sekadar tempat bermain tapi juga ruang belajar, eksplorasi, dan nostalgia yang dirancang untuk semua kalangan.
Mengusung konsep edutainment, Skyward Project membangun narasi dari sejarah lokal yang nyaris terlupakan. (Sumber: dok. Skyward Project)