Pengalaman Pemuda Asal Cimahi, dari Telur Rebus di Kawah Tangkubanparahu Hingga Menjejakkan Kaki di Puncak Everest

Mildan Abdalloh
Ditulis oleh Mildan Abdalloh diterbitkan Minggu 21 Sep 2025, 15:32 WIB
Sofyan Arif Fesa dan ketiga temannya di Camp III Gunung Everest di ketinggian 7.300 meter di atas permukaan laut. (Sumber: Dokumen pribadi Sofyan Arif Fesa.)

Sofyan Arif Fesa dan ketiga temannya di Camp III Gunung Everest di ketinggian 7.300 meter di atas permukaan laut. (Sumber: Dokumen pribadi Sofyan Arif Fesa.)

AYOBANDUNG.ID – Perjalanan menuju puncak dunia tidak selalu dimulai dari rencana besar. Kadang, ia berawal dari rasa penasaran sederhana seorang bocah yang ingin membuktikan cerita teman sebaya. Itulah yang dialami Sofyan Arif Fesa, atau yang akrab disapa Ian, pendaki asal Cimahi yang berhasil menorehkan namanya dalam sejarah pendakian Indonesia sebagai salah satu dari sepuluh orang yang menaklukkan 7 Summits.

Ian mengenang kembali momen kecil yang mengubah jalan hidupnya. Saat duduk di kelas 4 SD, ia mendaki Gunung Tangkubanparahu melalui jalur Ciater. Bukan untuk berkemah, apalagi mencari sensasi, melainkan membuktikan kabar bahwa kawah Tangkubanparahu bisa merebus telur hingga matang.

“Pertama kali mendaki itu kelas 4 SD. Mendaki Gunung Tangkubanparahu. Di atas masak telur sampai matang, turun lagi. Hanya menghabiskan rasa penasaran,” tutur Ian sambil tersenyum.

Sofyan Arif Fesa menorehkan namanya dalam sejarah pendakian Indonesia sebagai salah satu dari sepuluh orang yang menaklukkan 7 Summits. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Mildan Abdalloh)
Sofyan Arif Fesa menorehkan namanya dalam sejarah pendakian Indonesia sebagai salah satu dari sepuluh orang yang menaklukkan 7 Summits. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Mildan Abdalloh)

Namun siapa sangka, rasa penasaran itu menumbuhkan kecanduan baru. Sejak saat itu, Ian mulai rutin mendaki setiap akhir pekan. Beruntung, Bandung dan sekitarnya memiliki banyak gunung yang bisa dijajal. Semakin lama, kegiatan itu bukan sekadar iseng, tetapi menjadi bagian dari gaya hidupnya.

Saat menginjak SMP, Ian mulai terbiasa berkemah di puncak gunung. Hobi itu terus berlanjut hingga SMA, hingga akhirnya ia melanjutkan pendidikan di Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Di kampus inilah, jalannya semakin jelas ketika ia bergabung dengan Mahitala, unit kegiatan pecinta alam.

“Sejak tahun 2005-an saya serius menekuni pendakian. Waktu itu saya sudah mendaki Rinjani, Argopuro, dan bahkan Calvatar di Nepal,” katanya.

Mahitala memberinya bekal ilmu tentang navigasi, manajemen tim, hingga survival. Dukungan komunitas itu pula yang mendorong Ian untuk menatap tantangan yang lebih besar: menaklukkan 7 puncak tertinggi di 7 benua dunia.

Tahun 2009 menjadi langkah awal. Ian menjejakkan kaki di Puncak Carstensz Pyramid, Papua, sebagai pintu gerbang menuju 7 Summits. Setahun kemudian, ia menapaki Gunung Kilimanjaro di Afrika, lalu melanjutkan ke Gunung Elbrus di Rusia.

Sofyan Arif Fesa bersama kawan-kawannya menaklukan puncak Elbrus dengan membuat jalur sendiri dan dinamakan Indonesian Route. (Sumber: Dokumen pribadi Sofyan Arif Fesa.)
Sofyan Arif Fesa bersama kawan-kawannya menaklukan puncak Elbrus dengan membuat jalur sendiri dan dinamakan Indonesian Route. (Sumber: Dokumen pribadi Sofyan Arif Fesa.)

“2009 ke Cartenz. Pulang dulu ke Indonesia, kuliah. Desember 2010 ke Antartika Kutub Selatan, dilanjutkan ke Argentina,” ujar pria kelahiran 1983 itu.

Rangkaian ekspedisi terus berlanjut. Di Kutub Selatan, ia mendaki Vinson Massif, kemudian melanjutkan ke Aconcagua, Argentina. Setiap pendakian meninggalkan cerita, baik tentang medan yang berat, persahabatan dengan tim, hingga perjumpaan dengan masyarakat setempat.

“Banyak yang bisa diambil dari pendakian, tapi bagi saya kerjasama di lapangan sangat penting. Selain karena saya ditunjuk sebagai leader, saya belajar banyak soal manajemen dan kepemimpinan. Saya juga belajar budaya, bahasa negara lain, dan berdiskusi dengan penduduk setempat,” jelas Ian.

Namun dari semua gunung yang ia taklukkan, Everest tetap menjadi ujian terberat. Pada Maret 2011, ia memulai pendakian dengan persiapan fisik dan mental yang matang. Nyatanya, tantangan di gunung tertinggi dunia jauh melampaui bayangannya.

“Butuh waktu dua bulan di base camp Everest. Kondisi mental dan fisik benar-benar drop. Dan waktu mendaki puncak, kami berempat terkena Kumbhu Cough, batuk darah karena ketinggian. Semakin tinggi, batuknya semakin parah,” kisahnya.

Selain penyakit khas Himalaya itu, suhu ekstrem hingga minus 30 derajat Celcius membuat perjuangan makin berat. Oksigen tipis membuat setiap langkah terasa begitu lambat. Hanya lima hari terakhir menuju puncak yang menentukan segalanya.

“Setiap pendakian pasti ada yang menegangkan, tapi yang paling menegangkan ya waktu di Everest. Perjuangannya luar biasa,” ujarnya.

Pada akhirnya, semua kerja keras itu terbayar lunas. Ian berhasil menapakkan kaki di puncak Everest, 8.848 meter di atas permukaan laut. Momen itu masih membekas kuat di hatinya.

“Rasanya terharu, bangga, dan menangis. Waktu di puncak Everest kita bisa melihat gunung setinggi 8.000 meter lain terlihat kecil. Selama 45 menit di sana, kita mengibarkan Merah Putih, foto-foto, dan menelepon ke Sekretariat Mahitala di Bandung,” kata Ian penuh emosi.

Setelah Everest, perjalanannya belum usai. Juli 2011, ia menutup ekspedisi dengan menaklukkan Denali di Amerika Utara. Dengan itu, ia resmi menuntaskan 7 Summits hanya dalam waktu dua tahun.

Tim ISSEMU yang terdiri dari Sofyan Arief Fesa, Xaverius Frans, Broery Andrew Sihombing, dan Janatan Ginting di puncak Gunung Denali, Alaska. (Sumber: Dokumen pribadi Sofyan Arif Fesa.)
Tim ISSEMU yang terdiri dari Sofyan Arief Fesa, Xaverius Frans, Broery Andrew Sihombing, dan Janatan Ginting di puncak Gunung Denali, Alaska. (Sumber: Dokumen pribadi Sofyan Arif Fesa.)

Kini, Ian masih aktif mendaki, baik di Indonesia maupun luar negeri. Meski telah mencatatkan prestasi besar, semangatnya tidak pernah padam. Baginya, mendaki bukan hanya soal menaklukkan puncak, melainkan menaklukkan diri sendiri.

“Bagi saya, mendaki itu bukan sekadar sampai di puncak. Yang terpenting adalah perjalanan, pengalaman, dan pelajaran yang bisa kita bawa pulang,” ujarnya.

Dari sekadar merebus telur di kawah Tangkubanparahu, hingga mengibarkan Merah Putih di atap dunia, perjalanan Ian adalah bukti bahwa langkah kecil bisa membawa seseorang menuju capaian besar, asalkan dijalani dengan konsistensi, kerjasama, dan tekad yang kuat.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 17:02 WIB

Mewujudkan Kota Bandung yang Ramah bagi Wisata Pedestrian

Trotoar-trotoar yang seharusnya diperuntukkan bagi pedestrian beralih fungsi menjadi tempat parkir kendaraan, khususnya roda dua.
Pengerjaan revitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Lombok Kota Bandung pada Jumat, 26 September 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:43 WIB

Sanghyang Kenit: Surga Wisata Alam Bandung Barat, Tawarkan Banyak Wahana dalam Satu Destinasi

Salah satu destinasi yang semakin populer adalah Sanghyang Kenit, sebuah kawasan wisata alam yang terletak di Cisameng, Kecamatan Cipatat.
tebing batu unik di Sanghyang Kenit yang dialiri arus sungai deras, menciptakan pemandangan alam yang khas dan menarik perhatian pengunjung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Nada Ratu Nazzala)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:55 WIB

Wayang Golek Sindu Parwata Gaungkan Pelestarian Budaya Sunda di Manjahlega

Pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata di Manjahlega gaungkan pelestarian budaya Sunda dan dorong generasi muda untuk mencintai budaya lokal sunda.
Suasana pagelaran Wayang Golek di Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jumat (5/9/2025), di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Ayu Amanda Gabriela)