AYOBANDUNG.ID - “Kalau aku dan di lingkungan sekitar aku, sih, gak ada yang memandang kalau ini ranah pria”, ucap Ais (29), salah seorang peserta Generation Girl Bandung – organisasi pemberdayaan perempuan di bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) saat ditanya oleh kami terkait pandangannya bergabung di dunia STEM.
Pandangan percaya diri Ais adalah representasi generasi perempuan yang telah melampaui stereotip STEM. Namun, realitanya masih banyak perempuan muda yang berjuang melawan stigma dan keraguan diri di bidang teknologi.
Generation Girl Bandung hadir sebagai katalis yang sangat dibutuhkan. Organisasi ini secara proaktif menciptakan dan menguatkan generasi perempuan yang self-confident, memastikan mereka siap mengambil kendali penuh atas narasi dan inovasi di dunia STEM.
“Pas lulus kuliah 2019 itu, start up terlihat begitu seksi. Jadi nya, aku tertarik mendalami dan tertarik bekerja di bidang ini, walaupun anak soshum”, tambahnya kepada kami.
Dinda (21) dan Maitsaa (19), pengurus Generation Girl Bandung menjelaskan pentingnya belajar STEM karena itu merupakan prospek lapangan kerja dan ekonomi di masa depan.
Mematahkan anggapan bahwa belajar STEM itu sulit. Selain itu, anggapan perempuan hanya bisa mengeksplorasi bidang non-tech adalah keliru.
“Masih banyak yang berpikir kalau belajar STEM itu sulit dan perlu pelatihan yang mahal. Padahal, bisa dimulai dari sini. Kita suka ngadain pelatihan, kayak kemarin yang Web Development itu. Beberapa mentor nya kemarin, contohnya dari Astra. Dan kita gratis”, jelas Dinda.
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran, Preciosa Alnashava Janitra, sekaligus Peneliti Pusat Studi Komunikasi, Media, Budaya dan Sistem Informasi (CMCI) menyebutkan media punya potensi untuk mengamplifikasi isu gender. Sekaligus berperan untuk membuat pergerakan literasi gender yang tidak diajarkan di sekolah.
“Cara kita membangun aliansi dengan orang yang punya concern yang sama menjadi langkah kita untuk mengubah anggapan-anggapan yang keliru terkait gender. Media arus utama harus digandeng. Dan kita harus tahu cara membangun media relation, agar isu terkait gender ini lebih dikenal,” jelasnya.
Lebih lanjut, Preciosa atau yang akrab disapa Shava menjelaskan narasi terkait ketimpangan gender ini mulai berubah karena adanya upaya yang terus dilakukan oleh inisiator, salah satunya organisasi.
"Saya sangat mengapresiasi”, katanya.
Generation Girl Bandung sebagai organisasi pemberdayaan perempuan di bidang STEM berani untuk melawan stereotip itu dengan menghadirkan ruang untuk belajar dan bertumbuh di bidang teknologi bagi perempuan. Beberapa program unggulan yang dimiliki oleh Generation Girl Bandung ini, di antaranya seperti pelatihan Web Development, UI/UX, Data Analyst, dan Product Manager.
Ais menjelaskan selama kurang dari 1 tahun berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Generation Girl ia mendapat banyak skill baru. “Dapat skill, latihan, praktik, jadi lebih terlatih. Ilmunya tidak eksklusif dan gratis. Dapat data set nya juga”, pungkas dia.
