Jomlo Menggugat: Saat Urusan Personal Berubah Jadi Persoalan Sosial

Halwa Raudhatul
Ditulis oleh Halwa Raudhatul diterbitkan Rabu 10 Des 2025, 09:42 WIB
Ilustrasi (Sumber: Pixabay | Foto: congerdesign)

Ilustrasi (Sumber: Pixabay | Foto: congerdesign)

AYOBANDUNG.ID - Tekanan sosial pada perempuan kerap datang dari arah yang tak terduga—mulai dari keluarga, lingkungan sekitar, hingga aturan-aturan tak tertulis yang sudah lama hidup di masyarakat. Berbagai pengalaman menunjukkan bagaimana tuntutan tersebut dapat membentuk kecemasan, memunculkan banyak pertanyaan, bahkan memengaruhi arah hidup seseorang. Tapi, di banyak sudut kota, ruang-ruang diskusi kecil mulai tumbuh, menghadirkan percakapan yang perlahan menantang cara pandang lama yang sudah terlalu lama dianggap wajar.

Jessica Muthmaina adalah salah satu menyebut dirinya sebagai sosok dengan beban “standar empat”: perempuan, anak bungsu, memiliki disabilitas mental, dan berasal dari kabupaten kecil namun berani melangkah sendiri hingga ke luar negeri. Di usia 25 tahun, ia telah menempuh pendidikan Fisika di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan kini melanjutkan studi S2 Astrofisika di Padova University, Italia.

Selepas lulus S1, ia sempat berada dalam masa jeda yang justru dipenuhi desakan untuk segera menikah. Keluarganya mempertanyakan rencananya melanjutkan studi ke Italia—menganggap anak perempuan bungsu seharusnya tidak pergi jauh dan mesti selalu ada yang mengurus. Namun Jessica tetap melanjutkan langkahnya, memilih perjalanan akademik yang ia yakini.

Keputusan Jessica sebenarnya menggambarkan pandangan sebagian masyarakat: bahwa ukuran keberhasilan perempuan sering kali bukan dilihat dari usaha, ambisi, atau prestasinya, tapi dari status relasionalnya—apakah sudah menikah atau punya pasangan—yang dianggap lebih penting dari apa pun.

Kondisi seperti ini bukan hanya dialami satu dua orang perempuan. Di berbagai fase hidupnya, perempuan tetap saja berhadapan dengan ekspektasi sosial yang meminta mereka mengikuti nilai-nilai yang sudah lama tertanam. Nilai sosial itu berisi aturan, sifat, dan harapan yang diberikan kepada setiap individu—baik laki-laki maupun perempuan. Namun realitasnya, perempuan cenderung menanggung beban yang lebih besar, termasuk batasan-batasan sosial yang mengatur setiap pilihan hidup mereka.

Nilai-nilai sosial tersebut tentu tidak terbentuk dalam waktu singkat. Ia lahir dari proses panjang internalisasi yang berlangsung lintas generasi. Karena itu, perubahan cara pandang tidak bisa terjadi begitu saja atau menyentuh semua lapisan masyarakat secara cepat. Dibutuhkan kesadaran kolektif—dari individu, kelompok, hingga pemerintah—untuk perlahan mengikis stereotip lama yang sudah terlalu lama menempel.

Narasi ini mengemuka dalam Diskusi Zine Jomlo Menggugat: Lajang Bukan Berarti Tak Berjuang, yang diinisiasi Toko Buku Pelagia bersama para penulis Bandung Bergerak: Tofan Aditya, Yogi Esa, Laila Nursaliha, dan Nida Nurhamidah pada Sabtu, 8 November 2025 di Toko Buku Pelagia, Komplek Luxor, Bandung.

Zine sendiri merupakan media alternatif berbentuk booklet kecil yang diterbitkan secara mandiri, berisi tulisan atau gambar sarat aspirasi dan kritik sosial.

Tofan (26), salah satu penulis Jomlo Menggugat, membahas bagaimana negara, sistem ekonomi, dan norma sosial justru memperberat posisi orang yang lajang. Jika sebelumnya sudah berat, setelah ditambah berbagai faktor itu, beban tersebut menjadi jauh lebih besar.

“Asmara, status, dan sebagainya tuh kadang jadi persoalan personal yang gak muncul ke permukaan. Padahal mungkin sekarang karena personal is political gitu. Nah, makanya yang personal itu jangan-jangan juga jadi sifat politis. Nah, makanya bikin si jomlo ini,” ujarnya saat diminta menjelaskan alasan mengangkat topik ini.

Tofan menjelaskan bahwa semua berawal dari rasa iseng, dari sering mendengar cerita teman, termasuk pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari diri sendiri. Belum lagi minimnya wadah pengorganisiran berbasis gerakan sosial yang membahas persoalan status relasional seperti ini di ruang publik.

“Tadi sih pengen bawa isu personal tuh bisa dilihat secara politik gitu. Misalnya kayak bisa jadi apa yang terjadi pada hari ini tuh bukannya cuma takdir doang. Tapi ada kaitannya dengan kondisi di luar diri kita gitu. Tapi kalau teman-teman lain memang tujuannya beda-beda,” tambahnya.

Rifki Fajar Ramdhani, pengelola Toko Buku Pelagia sekaligus inisiator diskusi, menjelaskan bahwa setiap orang seharusnya punya hak untuk merasakan ruang aman dan nyaman. Namun kenyataannya, banyak yang tidak mendapatkannya karena terkendala ekonomi atau urusan administrasi. Toko Buku Pelagia mencoba menghadirkan ruang aman alternatif tersebut.

Dampak Klinis Tekanan Sosial dan Validasi Diri

Dosen Sosiologi UIN Bandung, Chisa Belinda Harahap, menyebut akar dari stereotip dan standar ganda ini tidak terlepas dari budaya patriarki.

“Sebagian masyarakat masih memiliki interpretasi kodrat yang keliru. Padahal, kodrat perempuan hanya menstruasi, melahirkan, dan menyusui. Mengurus keluarga dan kewajiban domestik merupakan tanggung jawab bersama. Hal itu disebabkan dari paradigma internalisasi konsep patriarki yang bertahun-tahun. Sehingga mematahkan sistem patriarki memang begitu sulit, karena dilanggengkan oleh struktur sosial yang ada,” jelasnya.

Dosen Sosiologi UIN Bandung, Chisa Belinda Harahap. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Dosen Sosiologi UIN Bandung, Chisa Belinda Harahap. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)

Ia menambahkan bahwa status pernikahan masih dianggap sebagai pencapaian utama bagi perempuan. Belum lagi narasi tentang kesuburan yang dibatasi oleh biological clock, sehingga perempuan sering dituntut untuk menikah lebih cepat. Cara pandang semacam ini ikut memengaruhi bagaimana masyarakat melihat perempuan yang memilih atau masih berada dalam status lajang.

Pandangan itu sejalan dengan apa yang disampaikan Issara Rizkya, adult clinical psychologist dari ibunda.id. Ia menyebut 70% kliennya adalah perempuan—baik lajang maupun sudah menikah—dan banyak dari mereka mengalami tekanan sosial dari lingkungan.

“Ada perasaan merasa tidak cukup, khawatir, dan takut mengecewakan dari diri perempuan jika dia tidak memenuhi standar sosial yang ada. Hal ini mempengaruhi self esteem dan mengakibatkan perempuan tidak yakin pada pilihannya. Tidak merasa berharga dan crisis identity,” jelasnya.

Perspektif Komparatif dan Solusi Personal

Kondisi ini menimbulkan banyak pertanyaan bagi perempuan: bagaimana cara menghadapi tekanan sosial tanpa terjebak self doubt, tanpa memicu konflik, dan tanpa menyakiti diri sendiri. Issara menjelaskan bahwa langkah awalnya adalah menyadari bahwa nilai diri seseorang tidak ditentukan oleh status hubungan. Perempuan perlu menumbuhkan kepercayaan diri, yakin pada pilihan pribadi, mencari support system yang tepat, dan fokus pada hidup yang ingin dijalani—atau yang ia sebut sebagai meaningful life.

Nida (25), salah satu penulis Zine Jomlo Menggugat, menambahkan bahwa sistem sosial memang sering menempatkan perempuan dalam posisi inferior. Perempuan dibuat percaya bahwa mereka hanya pantas menjalankan peran-peran subordinat.

Nida Nurhamidah. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Nida Nurhamidah. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)

“Mungkin saja hal-hal yang membuat perempuan insecure itu bukan disebabkan oleh dirinya sendiri, bukan karena make up kamu yang kurang cantik. Atau misalnya, skincare kamu yang kurang mahal, pakaian kamu yang kurang modis atau bahkan sikapmu yang nggak bisa friendly agar diterima. Tapi di situ, ada hal yang bisa kubilang – patriarki yang kawin dengan kapitalisme yang menyebabkan dirimu (merasa) demikian. Jadi, kekuranganmu bukan salahmu. Berhenti menyalahkan diri sendiri, ya,” tegasnya.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 10 Des 2025, 21:09 WIB

Minat Baca Warga Bandung Masih Rendah meski Fasilitas Mencukupi, Catatan untuk Wali Kota

Menyoroti masalah rendahnya minat baca di Bandung meski fasilitas memadai.
Sebuah Street Library tampak lengang dengan buku-buku yang mulai berdebu di samping Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Jumat (05/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Adellia Ramadhani)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 20:16 WIB

Bubur Mang Amir, Bubur Ayam Termurah se-Dunia Seporsi Cuma Rp5.000

Pengakuan Mang Amir, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun.
Pengakuan Mang Amir, penjual bubur seporsi Rp5.000, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 20:02 WIB

Bandung untuk Mobil Pribadi atau Bandung untuk Warga?

Kota yang terlalu banyak bergantung pada kendaraan adalah kota yang rentan.
Warga bersepeda di kawasan Alun-alun Bandung. (Sumber: Arsip pribadi | Foto: Djoko Subinarto)
Ayo Biz 10 Des 2025, 20:02 WIB

Ketika Pekerja Kehilangan Rasa Aman: PHK Menguak Luka Sosial yang Jarang Terlihat

Fenomena pemutusan hubungan kerja atau PHK semakin menjadi sorotan publik karena dampaknya yang luas terhadap kehidupan pekerja, pencari kerja, dan dinamika hubungan industrial.
Fenomena pemutusan hubungan kerja atau PHK semakin menjadi sorotan publik karena dampaknya yang luas terhadap kehidupan pekerja, pencari kerja, dan dinamika hubungan industrial. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 19:51 WIB

Karya Anak Muda Bandung yang Hadirkan Identitas dalam Brand Fashion Berjiwa Bebas

Brand lokal ini membawa semangat bebas dan berani, mewakili suara anak muda Bandung lewat desain streetwear yang penuh karakter.
Tim urbodycount menata koleksi kaos edisi terbaru di atas mobil sebagai bagian dari proses pemotretan produk di Buahbatu Square Jl.Apel 1 NO.18, Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/11/2025) (Sumber: Rahma Dewi | Foto: Rahma Dewi)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 18:19 WIB

Soerat Imadjiner oentoek Maurenbrecher

Sebuah inspirasi unutk Wali Kota Bandung dan wakilnya, demi kemajuan Bandung.
Suasana Jalan Asia Afrika (Groote Postweg) Kota Bandung zaman kolonial Belanda. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 17:34 WIB

Sibuk Romantisasi Tak Kunjung Revitalisasi, Angkot Kota Bandung 'Setengah Buntung'

Kritik dan Saran terhadap Wali Kota Bandung terkait revitalisasi angkot Bandung.
Angkot Kota Bandung yang mulai sepi peminat di Dipatiukur, (7/12/2025). (Foto: Andrea Keira)
Ayo Jelajah 10 Des 2025, 17:03 WIB

Hikayat Terminal Cicaheum, Gerbang Perantau Bandung yang jadi Sarang Preman Pensiun

Sejarah Terminal Cicaheum sebagai pintu perantau Bandung. Terminal ini hidup abadi lewat budaya populer Preman Pensiun saat fungsi aslinya perlahan menyusut.
Suasana Terminal Cicaheum, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 16:26 WIB

Untuk Siapa Sebenarnya Sidewalk Diperuntukkan?

Keberadaan trotoar yang layak dan aman dapat mendorong masyarakat untuk lebih banyak berjalan kaki serta mengurangi kemacetan dan polusi.
Trotoar di Jalan Braga yang dipenuhi PKL. (Foto: Author)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 14:30 WIB

Sarana Bus Trans Metro Jabar Terus Meningkat, Halte Terbengkalai Tak Diperhatikan Wali Kota Bandung?

Di balik itu Metro Jabar Trans banyak disukai warga, beberapa halte malah dibiarkan terbengkalai.
Prasarana halte di daerah Mohamad Toha yang terlihat banyak coretan dan kerusakan tak terurus menyebabkan ketidaknyamanan bagi penumpang, pada 30 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nufairi Shabrina)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 14:13 WIB

Penumpukan Sampah di Ujung Berung Sudah Tidak Terkendali, Warga Mulai Kewalahan

Artikel ini membahas tentang kondisi kebersihan yang ada di Kota Bandung terutama di Ujung Berung.
Penumpukan sampah terlihat berserakan di di Jalan Cilengkrang, Kawasan Ujung Berung, pada Senin, 1 Desember 2025 pukul 07.30 WIB. (Foto: Sumber Muhamad Paisal). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Muhamad Paisal)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 12:37 WIB

Masa Depan Bandung Antara Julukan Kota Kreatif dan Problematika Urban

Kota Bandung telah lama dikenal sebagai kota kreatif atau dengan julukan Prestisius (Unesco City of Design).
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk tapi juga ruang hidup yang terus berdenyut dengan  semangat pluralisme dan kreativitas. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Titania Zalsyabila Hidayatullah)
Beranda 10 Des 2025, 12:37 WIB

Belasan Jurnalis Dalami Fungsi AI untuk Mendukung Kerja Redaksi

Inisiatif ini ditujukan untuk memperkuat kemampuan jurnalis Indonesia, khususnya dalam verifikasi digital lanjutan, investigasi, serta pemanfaatan berbagai teknologi AI generatif.
Training of Trainers (ToT) "AI for Journalists".
di Hotel Mercure Cikini, Jakarta.
Ayo Netizen 10 Des 2025, 12:22 WIB

Cager, Bager, Bener: Filosofi Sopir Online Bandung di Jalanan Kota

Mengutamakan profesionalisme serta nilai-nilai saling menghormati agar perjalanan tetap nyaman dan aman setiap hari.
Seorang driver online tengah tersenyum ramah menunggu penumpangnya di tengah keramaian jalanan, menerapkan nilai cageur, bager, bener dalam layanan transportasi – Bandung, Sabtu (01/11/2025) (Foto: Bunga Kemuning A.D)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 10:29 WIB

Batagor dan Baso Cuankie Serayu, Kuliner Sederhana yang Selalu Ramai di Cihapit

Batagor dan Cuankie Serayu masih mempertahankan daya tariknya hingga kini.
Suasana Antre Batagor dan Baso Cuankie Serayu (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Miya Siti Nurimah)
Beranda 10 Des 2025, 09:42 WIB

Jomlo Menggugat: Saat Urusan Personal Berubah Jadi Persoalan Sosial

Di berbagai fase hidupnya, perempuan tetap saja berhadapan dengan ekspektasi sosial yang meminta mereka mengikuti nilai-nilai yang sudah lama tertanam.
Ilustrasi (Sumber: Pixabay | Foto: congerdesign)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 08:44 WIB

Akhir Pekan di Bandung Bukan Wisata, tetapi Ujian Kesabaran di Tengah Arus Padat

Kota Bandung kini dikenal sebagai kota yang kaya akan destinasi wisata. Namun, kemacetan yang parah menjadi masalah di setiap akhir pekan
Kota Bandung kini dikenal sebagai kota yang kaya akan destinasi wisata. Namun, kemacetan yang parah menjadi masalah di setiap akhir pekan. (Dok. Penulis)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 07:41 WIB

Knalpot Bising: Dari Keluhan Masyarakat hingga Harapan Kota Tenang

Knalpot bising masih mengganggu warga Bandung. Razia yang tidak konsisten membuat pelanggar mudah lolos.
Suara bising nan kencang memantul di jalanan hingga membuat kita tak terasa tenang. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 09 Des 2025, 20:00 WIB

Beban Hidup Mencekik dan Tingginya Pengangguran Bukti Kegagalan Wali Kota Bandung?

Kenaikan biaya hidup dan syarat kerja tidak masuk akal memperparah 100 ribu pengangguran di Bandung.
Tingginya angka pengangguran memaksa warga Bandung beralih menjadi pekerja serabutan. (Sabtu, 06 Desember 2025). (Sumber: Penulis | Foto: Vishia Afiath)
Ayo Netizen 09 Des 2025, 19:53 WIB

Tanggapan Wisatawan tentang Kualitas Fasilitas Bandros di Bandung

Kritik serta saran mengenai fasilitas bandros yang ada di Kota Bandung.
Bandros di Kota Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis)