Fashion bukan sekadar pakaian yang melekat di tubuh. Ia adalah bahasa visual yang berbicara tanpa suara cara seseorang memperkenalkan diri kepada dunia.
Setiap pilihan busana, warna, hingga aksesori yang dikenakan seseorang menyimpan cerita tentang siapa dirinya, bagaimana ia ingin dilihat, dan nilai-nilai apa yang ia junjung.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali menilai seseorang dari penampilannya. Memang tidak sepenuhnya benar untuk menilai isi hati dari pakaian, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa fashion menjadi refleksi kepribadian dan suasana hati.
Seseorang yang memilih gaya minimalis, misalnya, sering kali mencerminkan pribadi yang sederhana dan teratur. Sebaliknya, mereka yang senang tampil mencolok bisa menunjukkan sifat percaya diri dan terbuka terhadap dunia luar.
Di era digital, fashion juga telah menjadi alat komunikasi sosial. Media sosial seperti Instagram dan TikTok menjadikan fashion lebih dari sekadar kebutuhan, melainkan bagian dari identitas digital. Banyak anak muda yang berusaha mengikuti tren agar dianggap “up to date” dan diterima oleh lingkungannya.
Namun, di sisi lain, tekanan sosial ini kadang membuat seseorang kehilangan jati dirinya. Mereka berpakaian bukan lagi karena suka, tetapi karena takut tertinggal tren.
Padahal, esensi sejati fashion bukanlah tentang siapa yang paling modis, tetapi siapa yang paling jujur terhadap dirinya sendiri. Gaya berpakaian yang autentik muncul ketika seseorang mengenal dirinya dengan baik tahu apa yang membuatnya nyaman, apa yang sesuai dengan karakternya, dan apa yang ingin ia sampaikan lewat penampilannya.
Fashion juga mencerminkan perjalanan hidup seseorang. Gaya berpakaian bisa berubah seiring bertambahnya usia, pengalaman, bahkan kondisi emosional. Di masa remaja mungkin kita senang tampil berani, sementara ketika dewasa mulai memilih busana yang lebih tenang dan elegan. Semua perubahan itu adalah bagian dari proses mengenali diri dan mengekspresikan perkembangan kepribadian.
Namun, perlu diingat bahwa fashion bukan ukuran nilai manusia. Seseorang yang berpakaian sederhana bukan berarti tidak punya selera, dan yang tampil modis bukan berarti dangkal. Keindahan sejati terletak pada keselarasan antara penampilan luar dan kepribadian dalam.
Ketika fashion digunakan sebagai bentuk penghargaan terhadap diri sendiri, bukan sekadar ajang pamer, maka di situlah fashion mencapai makna yang sebenarnya.
Pada akhirnya, berpakaian adalah seni seni memahami diri, menghargai perbedaan, dan mengekspresikan keunikan yang kita miliki. Dunia boleh terus berubah dengan tren baru setiap musim, tapi gaya yang paling menawan adalah ketika seseorang berani menjadi dirinya sendiri. (*)
