Kematian 7 Satwa di Bandung Zoo, Kisruh Internal dan Bayangan Kasus Kardit yang Belum Hilang

Gilang Fathu Romadhan
Ditulis oleh Gilang Fathu Romadhan diterbitkan Jumat 04 Jul 2025, 13:04 WIB
Salah satu satwa di Kebun Binatang Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

Salah satu satwa di Kebun Binatang Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

AYOBANDUNG.ID - Di tengah rimbun pepohonan dan suara bising kendaraan di Jalan Tamansari, kabar duka kembali merayap keluar dari balik pagar Kebun Binatang Bandung. Tujuh satwa dilaporkan mati dalam tiga bulan terakhir. Bukan satu jenis, tapi tujuh makhluk berbeda yang bernasib sama: nyawanya tak tertolong.

Bandung Zoo, yang dulunya dikenal sebagai Kebun Binatang Bandung, lagi-lagi terseret dalam sorotan publik. Dulu karena Kardit, seekor beruang madu yang viral karena kurus kering dan makan kotorannya sendiri. Kini, giliran kematian satwa massal yang menyita perhatian.

Kisahnya bermula sejak Maret 2025. Yayasan Margasatwa Tamansari, pengelola lama kebun binatang, digantikan oleh manajemen baru bernama Taman Sari Indonesia. Pergantian itu bukan cuma soal administrasi. Menurut Sulhan Syafi’i, atau yang akrab disapa Aan, situasi di lapangan langsung berubah drastis.

“Tanggal 20 Maret (masuk). Terus tanggal 21 Maret, kurator kita, kurator itu seperti komandan lapangan yang mengatur, dinonaktifkan,” ujar Aan saat ditemui pada Kamis, 3 Juli 2025.

Sebagai mantan Humas, Aan memang sudah tidak punya jabatan resmi, tapi dia tak tinggal diam. Dalam penuturannya, penonaktifan kurator itu seperti mencabut otak dari tubuh. Tanpa komando, para petugas kebingungan. Koordinasi lumpuh. Hasilnya bisa ditebak: miskoordinasi merajalela, kebijakan tak terarah, dan hewan jadi korban.

Beberapa satwa, seperti pelikan dan siamang, dipindahkan dari kandang lama ke kandang baru secara tergesa. Bukan dengan proses bertahap sebagaimana mestinya, melainkan dalam tempo satu hari. Pelikan, yang terbiasa dengan kolam dan tempat bertengger, kini berenang di kandang baru tanpa kolam, tanpa tempat istirahat.

“Berenang (tanpa kolam) selama hampir 24 jam, akhirnya kolaps,” tutur Aan.

Siamang pun tak lebih beruntung. Dari kandang tertutup, dia dipindahkan ke ruang terbuka. Dalam keadaan stres, siamang itu tersengat listrik dan terjatuh. “Biasanya kita mengeluarkan satwa itu, kadang-kadang dua minggu baru keluar. Ini mah sehari dipaksa,” katanya. Satwa itu sempat mogok makan dua hari dan diam membisu, beruntung nyawanya masih bisa diselamatkan.

Dampak dari pergeseran manajemen ini dirasakan luas. Aan menuturkan bahwa perubahan kebijakan menyebabkan stres massal pada satwa. Satwa yang seharusnya diperlakukan dengan pendekatan ilmiah dan penuh empati, justru dipaksa beradaptasi tanpa persiapan.

Dua Versi Kematian, Cuaca atau Salah Urus?

Tentu, tak semua pihak sepakat. Di sisi lain pagar, Ully Rangkuti yang kini menjabat sebagai Humas resmi Bandung Zoo, mengemukakan penjelasan berbeda. Ia mengakui memang ada kematian tujuh satwa, namun ia membantah keras jika penyebabnya adalah salah urus.

“Itu penyebabnya sebagian besar karena usia dan cuaca,” kata Ully. Ia menyebut, kematian satwa merupakan hal yang lumrah terjadi, terlebih dalam kondisi cuaca yang tak menentu dan usia satwa yang telah renta.

Terkait penyebab lainnya, Ully menuturkan pihaknya sudah bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). “Sudah diperiksa juga oleh BKSDA. Sudah di nekropsi bersama dengan mereka, sudah ada BAP-nya,” ungkapnya.

Tapi untuk hasil lengkap dari pemeriksaan itu, Ully menyerahkan kepada BKSDA. Menurutnya, hanya lembaga tersebut yang berwenang memberi penjelasan lebih lanjut. “Kalau ingin tahu detailnya nanti soal penyelamatan satwa, bisa kita ngobrol dengan orang yang memang di bidang itu,” tukasnya.

Pernyataan dari dua kubu ini menimbulkan satu pertanyaan besar: apakah benar cuaca dan usia jadi penyebab utama, atau ada hal yang lebih dalam seperti salah urus dan konflik inteinterna

Kasus Kardit, Bayang-bayang Lama yang Tak Juga Hilang

Terlepas dari apa pun jawabannya, satu hal pasti: ini bukan pertama kalinya Bandung Zoo jadi sorotan karena persoalan satwa. Publik masih ingat betul kasus Kardit, seekor beruang madu yang viral pada 2016. Tubuhnya kurus kering, kulitnya seperti menempel langsung ke tulang. Usianya sudah 25 tahun kala itu. Kardit tertangkap kamera sedang makan kotorannya sendiri.

Video itu pertama kali diunggah oleh Yayasan Scorpion Indonesia. Judulnya pun tak tanggung-tanggung: “Very sad. Sun Bears at Bandung Zoo look very thin and starving.” Publik geger. Kecaman datang dari berbagai penjuru dunia.

Tampakan perawakan beruang di Bandung Zoo saat kasus Kardit mencuat. (Sumber: Ayobandung)
Tampakan perawakan beruang di Bandung Zoo saat kasus Kardit mencuat. (Sumber: Ayobandung)

Hasil pemeriksaan laboratorium menyebut Kardit mengidap infeksi parasit. Fesesnya mengandung larva cacing. Namun meski begitu, ia tetap dibiarkan membaur bersama beruang lain. Tak ada isolasi, tak ada karantina. Padahal ia sudah terlihat begitu lemah.

Ironisnya, ada pula kisah soal donasi yang terkumpul untuk Kardit. Seorang warga negara Amerika Serikat, Rebecca, menggalang dana di situs crowdfunding. Katanya, untuk bantu pengelolaan Kardit.

Kardit tetap tinggal di kebun binatang yang sama, dengan tubuh yang makin menua. Dan meski laboratorium menyatakan dia positif cacingan, pengelola tak juga memberinya tempat istimewa. Kardit tetap membaur dengan beruang lainnya, dan para pengunjung yang terkadang lebih suka selfie ketimbang peduli.

Dari Kardit hingga pelikan yang kolaps dan siamang yang tersetrum, kisah Bandung Zoo seolah hanya berganti bab. Isinya tetap sama: satwa-satwa yang jadi korban dari buruknya pengelolaan, konflik kepentingan, dan minimnya akuntabilitas.

Tak semua binatang bisa bicara seperti manusia. Tapi dari tubuh yang lemas, tingkah yang berubah, dan nyawa yang melayang, sesungguhnya mereka sudah berteriak.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 18 Des 2025, 18:30 WIB

Kondisi Kebersihan Pasar Induk Caringin makin Parah, Pencemaran Lingkungan di Depan Mata

Pasar Induk Caringin sangat kotor, banyak sampah menumpuk, bau menyengat, dan saluran air yang tidak terawat, penyebab pencemaran lingkungan.
Pasar Induk Caringin mengalami penumpukan sampah pada area saluran air yang berlokasi di Jln. Soekarno-Hatta, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung, pada awal Desember 2025 (Foto : Ratu Ghurofiljp)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:53 WIB

100 Tahun Pram, Apakah Sastra Masih Relevan?

Karya sastra Pramoedya yang akan selalu relevan dengan kondisi Indonesia yang kian memburuk.
Pramoedya Ananta Toer. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Lontar Foundation)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 17:42 WIB

Hikayat Jejak Kopi Jawa di Balik Bahasa Pemrograman Java

Bahasa pemrograman Java lahir dari budaya kopi dan kerja insinyur Sun Microsystems dengan jejak tak langsung Pulau Jawa.
Proses pemilahan bijih kopi dengan mulut di Priangan tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:21 WIB

Komunikasi Lintas Agama di Arcamanik: Merawat Harmoni di Tengah Tantangan

Komunikasi lintas agama menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas dan keharmonisan sosial di kawasan ini.
Monitoring para stakeholder di Kecamatan Arcamanik (Foto: Deni)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 16:40 WIB

Eksotisme Gunung Papandayan dalam Imajinasi Wisata Kolonial

Bagi pelancong Eropa Papandayan bukan gunung keramat melainkan pengalaman visual tanjakan berat dan kawah beracun yang memesona
Gunung Papandayan tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 15:16 WIB

Warisan Gerak Sunda yang Tetap Hidup di Era Modern

Jaipong merupakan jati diri perempuan Sunda yang kuat namun tetap lembut.
Gambar 1.2 Lima penari Jaipong, termasuk Yosi Anisa Basnurullah, menampilkan formasi tari dengan busana tradisional Sunda berwarna cerah dalam pertunjukan budaya di Bandung, (08/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Satria)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 14:59 WIB

Warga Cicadas Ingin Wali Kota Bandung Pindahkan TPS ke Lokasi Lebih Layak

Warga Cicadas menghadapi masalah lingkungan akibat TPS Pasar Cicadas yang penuh dan tidak tertata.
Kondisi tumpukan sampah menutupi badan jalan di kawasan Pasar Cicadas pada siang hari, (30/11/2025), sehingga mengganggu aktivitas warga dan pedagang di sekitar lokasi. (Foto: Adinda Jenny A)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 13:31 WIB

Kebijakan Kenaikan Pajak: Kebutuhan Negara Vs Beban Masyarakat

Mengulas kebijakan kenaikan pajak di Indonesia dari sudut pandang pemerintah dan sudut pandang masyarakat Indonesianya sendiri.
Ilustrasi kebutuhan negara vs beban rakyat (Sumber: gemini.ai)
Beranda 18 Des 2025, 12:57 WIB

Upaya Kreator Lokal Menjaga Alam Lewat Garis Animasi

Ketiga film animasi tersebut membangun kesadaran kolektif penonton terhadap isu eksploitasi alam serta gambaran budaya, yang dikemas melalui pendekatan visual dan narasi yang berbeda dari kebiasaan.
Screening Film Animasi dan Diskusi Bersama di ITB Press (17/12/2025). (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 12:53 WIB

Dari Ciwidey Menembus India; Menaman dan Menjaga Kualitas Kopi Robusta

Seorang petani kopi asal Ciwidey berhasil menghasilkan kopi robusta berkualitas yang mampu menembus pasar India.
Mang Yaya, petani kopi tangguh dari Desa Lebak Muncang, Ciwidey—penjaga kualitas dan tradisi kopi terbaik yang menembus hingga mancanegara. (Sumber: Cantika Putri S.)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 12:12 WIB

Merawat Kampung Toleransi tanpa Basa-basi

Kehadiran Kampung Toleransi bukan sekadar retorika, basa-basi, melainkan wujud aksi nyata dan berkelanjutan untuk merawat (merayakan) keberagaman.
Seorang warga saat akan menjalankan ibadah salat di Masjid Al Amanah, Gang Ruhana, Jalan Lengkong Kecil, Bandung. (Sumber: AyoBandung.com | Foto: Ramdhani)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 11:04 WIB

Manusia dan Tebing Citatah Bandung

Mari kita bicarakan tentang Citatah.
Salah satu tebing di wilayah Citatah. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 10:06 WIB

Satu Tangan Terakhir: Kisah Abah Alek, Pembuat Sikat Tradisional

Kampung Gudang Sikat tidak selalu identik dengan kerajinan sikat. Dahulu, kampung ini hanyalah hamparan kebun.
Abah Alek memotong papan kayu menggunakan gergaji tangan, proses awal pembuatan sikat. (Foto: Lamya Fatimatuzzahro)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 09:52 WIB

Wargi Bandung Sudah Tahu? Nomor Resmi Layanan Aduan 112

Nomor resmi aduan warga Bandung adalah 112. Layanan ini solusi cepat dan tepat hadapi situasi darurat.
Gambaran warga yang menunjukkan rasa frustasi mereka saat menunggu jawaban dari Call Center Pemkot Bandung yang tak kunjung direspons (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 07:15 WIB

Akhir Tahun di Bandung: Saat Emas bagi Industri Resort dan Pariwisata Kreatif

Menjelang Natal dan Tahun Baru 2026, lonjakan kunjungan ke Kota Bandung serta tren wisata tematik di resort membuat akhir tahun menjadi momentum emas bagi pertumbuhan industri resort dan pariwisata.
Salah satu faktor yang memperkuat posisi Bandung sebagai destinasi akhir tahun adalah kemunculan resort-resort dengan konsep menarik (Sumber: Instagram @chanaya.bandung)
Beranda 18 Des 2025, 07:09 WIB

Rumah Seni Ropiah: Bukan Hanya Tempat Memamerkan Karya Seni, tapi Ruang Hidup Nilai, Budaya, dan Sejarah Keluarga

Galeri seni lukis yang berlokasi di Jalan Braga, Kota Bandung ini menampilkan karya-karya seni yang seluruhnya merupakan hasil ciptaan keluarga besar Rumah Seni Ropih sendiri.
Puluhan lukisan yang dipamerkan dan untuk dijual di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 21:48 WIB

Dari Bunderan Cibiru hingga Cileunyi Macet Parah, Solusi Selalu Menguap di Udara

Kemacetan di Bunderan Cibiru harus segera ditangani oleh Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan.
Pengendara Mengalami Kemacetan di Bunderan Cibiru, Kota Bandung, (1/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Sufia Putrani)
Beranda 17 Des 2025, 20:27 WIB

Pemkot Bandung Klarifikasi Isu Lambatnya Respons Call Center, Tegaskan Nomor Darurat Resmi 112 Aktif 24 Jam dan Gratis

Koordinator Bandung Command Center, Yusuf Cahyadi, menegaskan bahwa layanan kegawatdaruratan resmi Pemerintah Kota Bandung adalah Call Center 112.
Layanan kegawatdaruratan resmi Pemerintah Kota Bandung adalah Call Center 112
Ayo Netizen 17 Des 2025, 20:04 WIB

Jembatan Penyebrangan Usang Satu-satunya Harus Melayani Jalan Terpanjang di Kota Bandung

Jembatan penyeberangan tunggal di Jalan Soekarno-Hatta yang seharusnya menjadi penyelamat, kini rapuh dan berkarat.
Jembatan penyebrangan Soekarno-Hatta Bandung. Soekarno-Hatta Kelurahan Sekejati, Kecamatan Buahbatu Kota Bandung (26/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Azzahra Nadhira)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 18:55 WIB

Petugas Kesal Banyak Pembuang Sampah Sembarangan di Kawasan Pasar Kiaracondong

Maraknya sampah ilegal di Pasar Kiaracondong, meskipun pengelolaan sampah sudah rutin berjalan.
Tumpukan sampah yang berada di TPS. Pasar Kiaracondong, Bandung, Sabtu 29/11/2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)