AYOBANDUNG.ID -- Cuaca yang tak menentu belakangan ini membuat banyak orang mencari pelipur dahaga sekaligus penghangat tubuh. Di tengah perubahan iklim yang kian tak bisa ditebak, minuman tradisional khas Jawa Barat kembali mencuri perhatian. Tak hanya karena rasanya yang autentik, tetapi juga karena nilai budaya yang terkandung di dalamnya.
Salah satu minuman ikonik adalah bajigur. Minuman hangat berbasis santan, gula aren, dan rempah-rempah ini telah lama menjadi teman setia masyarakat Sunda, terutama saat udara dingin menyergap. Bajigur bukan sekadar minuman, namun juga warisan rasa yang menyimpan cerita para petani yang dulu menyeduh gula aren sebelum berangkat ke ladang.
Kini, bajigur tak lagi hadir dalam bentuk klasik semata. Inovasi demi inovasi bermunculan, menjadikannya lebih relevan dengan selera masa kini. Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah bajigur durian, kreasi unik dari seorang pelaku UMKM di Bandung yang menggabungkan cita rasa tradisional dengan sentuhan tropis.
Yeni R., pemilik warung Bajigur Durian Asoy di Jalan Terusan Kopo, Katapang, Kabupaten Bandung, adalah sosok di balik minuman ini. Ia mengisahkan bahwa ide bajigur durian lahir dari kebutuhan untuk beradaptasi dengan musim.
“Sebenarnya itu ide suami. Dulu kami berjualan es kelapa muda. Namun, kurang laku saat musim hujan akhirnya memiliki ide untuk membuat bajigur durian,” ujar Yeni kepada Ayobandung.

Warung yang berdiri sejak 2009 ini tak hanya menyajikan bajigur biasa. Resepnya telah dimodifikasi agar berbeda dari produk serupa di pasaran.
“Kami pakai resep berbeda sama bajigur yang banyak dijual. Di sini ada kombinasi bajigur dan kelapa muda,” tambahnya.
Perpaduan antara legitnya bajigur, aroma khas durian, dan segarnya kelapa muda menciptakan sensasi rasa yang unik dan menggoda.
Harga yang ditawarkan pun ramah di kantong. Satu gelas bajigur durian hangat dibanderol Rp10.000, sementara versi dinginnya dijual seharga Rp20.000. Tak heran jika warung ini menjadi jujugan warga sekitar, terutama saat hujan turun atau angin dingin berembus.
Namun, bajigur bukan satu-satunya minuman tradisional yang cocok dikonsumsi saat cuaca tak menentu. Bandrek, misalnya, adalah minuman berbasis jahe dan rempah yang dipercaya mampu menghangatkan tubuh dan meningkatkan daya tahan. Ada pula es goyobod, minuman dingin berbahan santan dan agar-agar yang menyegarkan saat cuaca panas menyerang.
Jawa Barat diketahui memiliki setidaknya sepuluh jenis minuman tradisional yang layak dilestarikan. Di antaranya adalah cendol, es doger, dan es cincau, yang masing-masing memiliki karakter rasa dan sejarah tersendiri.
Pelestarian minuman tradisional ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga identitas. Di tengah gempuran minuman kekinian dan franchise global, keberadaan bajigur dan kawan-kawannya menjadi simbol perlawanan budaya. Mereka adalah bukti bahwa rasa lokal masih punya tempat di hati masyarakat.
“Bajigur itu bukan cuma minuman, tapi juga kenangan. Banyak pelanggan kami yang bilang, rasanya mengingatkan mereka pada masa kecil di kampung,” tutur Yeni.
Ia percaya bahwa inovasi harus tetap berpijak pada akar budaya. Kini, Yeni tak hanya menjual bajigur durian di warungnya. Ia juga menerima pesanan untuk acara keluarga, hajatan, hingga pengajian.
“Kami ingin bajigur ini bisa dinikmati semua orang, bukan hanya saat mampir ke warung,” ujarnya.
Semangat Yeni dalam mempertahankan dan mengembangkan bajigur adalah cerminan dari banyak pelaku usaha kecil di Jawa Barat yang berjuang menjaga warisan kuliner. Mereka tak hanya menjual produk, tetapi juga merawat tradisi. “Kalau bukan kita yang lestarikan, siapa lagi?” tutup Yeni.
Alternatif produk dan kuliner serupa: