Energi Hijau dan Oligarki: Dilema Transisi di Negeri Kaya Sumber Daya

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Jumat 10 Okt 2025, 15:56 WIB
Pengamat Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran, Yogi Suprayogi menyoroti lanskap kebijakan energi nasional. (Sumber: dok. IWEB)

Pengamat Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran, Yogi Suprayogi menyoroti lanskap kebijakan energi nasional. (Sumber: dok. IWEB)

AYOBANDUNG.ID -- Dalam lanskap kebijakan energi nasional, suara-suara kritis mulai mengemuka. Salah satunya datang dari Pengamat Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran, Yogi Suprayogi, yang menyoroti stagnasi difusi kebijakan energi baru dan terbarukan (EBT) ke daerah.

“Bicara energi, realitas kebijakannya tidak seindah angle elitis. Energi ini realitasnya kita sudah tidak bisa ngandalkan lagi energi fosil,” tegas Yogi dalam IWEB Diskusi Ekonomi (IDE) Vol.5 dengan tema 'Setahun Pemerintahan Baru, Bagaimana Kemandirian Energi Nasional?' di Bandung pada Jumat, 10 Oktorber 2025.

Indonesia memang masih bergantung pada energi fosil. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa pada 2024, sekitar 80% bauran energi nasional masih didominasi oleh batu bara, minyak bumi, dan gas alam.

Padahal, Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional menargetkan kontribusi EBT sebesar 23% pada 2025, angka yang masih jauh dari realisasi.

Yogi menyoroti bahwa selama ini belum ada difusi kebijakan yang konkret, terutama dalam menurunkan kebijakan energi ke level daerah. “Selama ini belum ada difusi kebijakan, salah satunya bagaimana menurunkan energi itu ke daerah-daerah,” ujarnya.

Hal ini mencerminkan lemahnya koordinasi antara pusat dan daerah dalam mendorong kemandirian energi berbasis lokal. Regulasi yang kompleks menjadi penghambat utama.

“Regulasi soal energi baru dan terbarukan ini masih ribet, dan kita masih susah keluar dari energi fosil,” lanjut Yogi.

Banyak daerah yang memiliki potensi energi terbarukan seperti air, angin, dan biomassa, namun terhambat oleh birokrasi dan minimnya insentif fiskal. Di sisi lain, generasi muda mulai menunjukkan preferensi terhadap energi hijau.

“Apalagi di Gen Z kini lebih ada kecenderungan untuk menggunakan energi hijau atau green energy dan sustainable,” kata Yogi.

Tren ini sejalan dengan survei Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang mencatat bahwa 67% anak muda Indonesia mendukung transisi energi bersih. Namun, pertanyaan mendasar tetap menggantung: apakah pemerintah daerah benar-benar tidak bisa mewujudkan kemandirian energi?

“Pertanyaannya sekarang, apakah betul pemerintah daerah tidak bisa melakukan kemandirian energi?” tanya Yogi.

Menurutnya, Undang-Undang Energi sebenarnya membuka ruang bagi daerah untuk mengembangkan energi lokal. “Kalau angle kebijakan, kenapa tidak ada difusinya, padahal dalam UU kebijakan energi adalah sebuah opsi atau pilihan,” tegasnya.

Sayangnya, dalam praktiknya, monopoli energi masih identik dengan fosil. “Kalau kita lihat, selama ini monopoli energi itu identik dengan fosil, dan sampai kapan pun akan seperti ini. Jadi perlu ada perhatian untuk ini,” ungkap Yogi.

Yogi menekankan bahwa pencarian alternatif energi harus menjadi prioritas. Pasalnya, potensi energi air, surya, dan panas bumi di Indonesia sangat besar. “Dan sekarang mulai ada pencarian untuk alternatif energi, dan ini yang perlu kita bahas,” ujarnya.

Menurut data ESDM, potensi energi surya Indonesia mencapai 207,8 GW, sementara energi air mencapai 75 GW. Namun, dominasi pemerintah pusat dalam pengelolaan energi justru menjadi hambatan. “Akhirnya representasi pemerintah itu terlalu hadir di masyarakat, apalagi kalau terlalu memonopoli,” kata Yogi.

Sentralisasi ini membuat daerah sulit bergerak, meskipun memiliki sumber daya dan dukungan sosial yang kuat. Sementara dalam UU Energi, daerah sebenarnya diperbolehkan mengelola energi air. “Dalam UU energi yang dibolehkan di daerah itu energi air, karena dari sisi kesosialan masyarakat kita mampu untuk menghasilkan energi mandiri,” jelas Yogi.

Beberapa daerah seperti Banjarnegara dan Enrekang telah membuktikan bahwa pembangkit listrik mikrohidro bisa menjadi solusi lokal yang efektif. Yogi juga menyoroti kebijakan mobil listrik yang dinilai belum menyentuh akar persoalan.

“Kita melihat sekarang bagaimana perkembangan mobil listrik. Tapi menariknya ketika pemerintah ingin menerapkan mobil listrik, lebih mengembangkan perangkatnya dulu bukan tenaganya dulu. Perlu diskusi untuk membahas bagaimana tata kelolanya yang baik, bagaimana dari hulu ke hilirnya,” kata Yogi.

Paradigma energi nasional, menurut Yogi, harus segera direvisi. Dia menilai, tanpa perubahan paradigma, Indonesia akan terus terjebak dalam ketergantungan dan kerentanan energi. “Apakah kita akan terus menggantungkan energi kita pada fosil atau menghasilkan energi lain?” katanya.

Ia juga mengkritisi minimnya difusi kebijakan EBT ke daerah. “Dari sisi pemerintahan untuk kebijakan EBT tidak terdifusikan ke bawah, terlalu termonopoli. Di Indonesia itu kalau kita ingin mandiri energi itu, kita akan dipersulit. Ada permainan oligarki di sini. Padahal kita Indonesia itu, punya potensi yang sangat besar,” lanjut Yogi.

Oleh karenanya, revisi regulasi menjadi solusi yang ditawarkan. Ia juga menekankan pentingnya pendekatan sosial dalam merancang kebijakan energi. “Pertanyaannya apakah kita bisa melakukan revisi regulasi energi yang anglenya ada condong ke bermanfaatan sosial? Kenapa kita gak coba untuk mendifusi kebijakan itu ke level pemerintah hingga di level daerah,” ujar Yogi.

Yogi juga mengingatkan bahwa penundaan kebijakan bisa membuka celah penyelewengan sebagai refleksi tajam atas kondisi hulu-hilir energi nasional. “Dari segi angle kebijakan kalau menurut saya, paling tidak kita harus buat revisi dari segi kebijakan energi. Dan saya harap UU kebijakan keenergian ini bisa segera terealisasi dan perlu diatur ulang," pungkasnya.

Alternati produk UMKM atau brand lokal serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/6KviBlQNtL
  2. https://s.shopee.co.id/10uBpz1kH4
  3. https://s.shopee.co.id/50QKbMCRXt
  4. https://s.shopee.co.id/gHLRPkLDC
  5. https://s.shopee.co.id/9fCA9zbsLB
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 10 Okt 2025, 19:28 WIB

Program Makan Bergizi Gratis dan Ujian Tata Kelola Birokrasi

Insiden keracunan massal pelajar di Jawa Barat mengguncang kepercayaan publik terhadap program makan bergizi gratis.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG). (Sumber: setneg.go.id)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 18:38 WIB

Bandung dalam Fiksi Sejarah

Boleh saja apabila tulisan ini diterima dengan rasa skeptis atau curiga. Karena pandangan dan pembacaan saya sangat mungkin terhalang bias selera.
Buku Melukis Jalan Astana. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yogi Esa Sukma Nugraha)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 16:04 WIB

Mengamankan Momentum Akselerasi Manajemen Talenta ASN

Momentum akselerasi manajemen talenta ASN menjadi tonggak penting transformasi birokrasi Indonesia.
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai roda penggerak jalannya pemerintahan diharuskan untuk memiliki kompetensi dan kinerja yang optimal. (Sumber: babelprov.go.id)
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:56 WIB

Energi Hijau dan Oligarki: Dilema Transisi di Negeri Kaya Sumber Daya

Banyak daerah di Indonesia memiliki potensi energi terbarukan seperti air, angin, dan biomassa, namun terhambat oleh birokrasi dan minimnya insentif fiskal.
Pengamat Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran, Yogi Suprayogi menyoroti lanskap kebijakan energi nasional. (Sumber: dok. IWEB)
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:36 WIB

Membongkar Potensi Energi Terbarukan di Jawa Barat: Antara Regulasi dan Kesadaran Sosial

Dengan lanskap bergunung-gunung, aliran sungai yang deras, dan sumber daya biomassa melimpah, Jawa Barat memiliki peluang untuk menjadi pionir dalam kemandirian energi bersih.
Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Tri Yuswidjajanto Zaenuri Mengupas potensi Jawa Barat sebagai provinsi dengan potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan.
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:21 WIB

Setahun Pemerintahan Baru: Mampukah Indonesia Mandiri Energi?

Setahun setelah pemerintahan baru berjalan, isu kemandirian energi nasional kembali menjadi sorotan.
Diskusi bertajuk “Setahun Pemerintahan Baru, Bagaimana Kemandirian Energi Nasional?” yang diselenggarakan oleh Ikatan Wartawan Ekonomi Bisnis (IWEB) di Bandung, Jumat (10/10/2025). (Sumber: dok. IWEB)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 14:51 WIB

Islam Pemerintah: Menggeliat Berpotensi Mencederai Keragaman Umat

Inilah Islam Pemerintah selalu menjadi bahasa pengakuan tentang simbol muslim “sah” yang tidak radikal-teroris, tapi juga tidak liberal.
Berbagai Pakaian Muslimah, Pakaian Warga yang Jadi Penumpang Angkot (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 13:45 WIB

Stop Membandingkan karena Setiap Anak Punya Keunikan

Film Taare Zameen Par menjadi kritikan pedas bagi dunia pendidikan dan guru yang sering mengistimewakan dan memprioritaskan anak tertentu.
Setiap anak itu istimewa dan memiliki bakat unik (Sumber: Wikipedia)
Ayo Jelajah 10 Okt 2025, 11:44 WIB

Jejak Pembunuhan Sadis Sisca Yofie, Tragedi Brutal yang Gegerkan Bandung

Kasus pembunuhan Sisca Yofie pada 2013 mengguncang publik karena kekejamannya. Dua pelaku menyeret dan membacok korban hingga tewas di Bandung.
Ilustrasi. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 11:30 WIB

Sapoe Sarebu ala Dedi Mulyadi, Gotong-royong atau Kebijakan Publik yang Perlu Pengawasan?

Gerakan Sapoe Sarebu mengajak warga menyisihkan seribu rupiah sehari untuk membantu sesama.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 10:12 WIB

Jamet Tetaplah Menyala!

Lebay, tapi manusiawi. Eksplorasi dunia rakyat pinggiran sebagai ekspresi identitas dan kreativitas.
Pemandangan Rumah Rakyat dari Balik Jendela Kereta Lokal Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 09:26 WIB

Buku dan Segala Kebermanfaatannya

Membaca adalah jendela dunia, Menulis adalah jalan untuk mengubahnya.
Membaca adalah Jendela Dunia, Menulis adalah jalan untuk mengubahnya. Dan Bangsa yang rendah dalam literasi akan selalu rendah dalam peradaban. Pramoedya Ananta Toer (Sumber: Freepik)
Beranda 10 Okt 2025, 08:17 WIB

Gerakan Warga Kota Bandung Mengubah Kebiasaan Buang Jelantah Sembarangan

Minyak yang telah berubah warna menjadi pekat itu dikenal sebagai jelantah. Banyak orang membuangnya begitu saja, tanpa menyadari dampaknya bagi tanah dan air.
Warga membuang minyak goreng bekas atau jelantah ke dalam tabung UCOllet di Gereja Katolik Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria, Buahbatu, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Biz 09 Okt 2025, 18:55 WIB

Menjaga Napas Bisnis Wisata Alam Lewat Inovasi dan Strategi Berkelanjutan

Ketika industri pariwisata bergerak cepat mengikuti selera pasar, bisnis wisata alam menghadapi tantangan tak kalah kompleks untuk tetap relevan tanpa kehilangan esensi.
Ketika industri pariwisata bergerak cepat mengikuti selera pasar, bisnis wisata alam menghadapi tantangan tak kalah kompleks untuk tetap relevan tanpa kehilangan esensi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 09 Okt 2025, 18:31 WIB

Belajar dari Nurhayati & Subakat, Bisnis bukan Tentang Viral tapi Sustainable

Bisnis bukan sekedar viral. Apalagi jika tidak memedulikan aspek keamanan pada konsumen demi kapitalisme semata.
Belajar Bisnis dari Nurhayati & Subakat (Sumber: Screenshoot | Youtube Wardah)
Ayo Biz 09 Okt 2025, 17:19 WIB

UMKM Bangkit, Ekonomi Bergerak: Festival sebagai Motor Perubahan

Bukan sekadar penggerak sektor informal, UMKM dan pelaku ekonomi kreatif adalah pionir inovasi, penjaga warisan budaya, dan pencipta lapangan kerja yang adaptif.
Bukan sekadar penggerak sektor informal, UMKM dan pelaku ekonomi kreatif adalah pionir inovasi, penjaga warisan budaya, dan pencipta lapangan kerja yang adaptif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 09 Okt 2025, 17:18 WIB

Jejak Sejarah Cimahi jadi Pusat Tentara Hindia Belanda Sejak 1896

Cimahi dikenal sebagai kota tentara sejak masa kolonial Belanda. Sejak 1896, kota ini jadi pusat militer Hindia Belanda yang strategis.
Garinsun KNIL di Cimahi tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 09 Okt 2025, 15:50 WIB

Betulkah Gunung Sunda Terlihat dari Pesisir Koromandel India?

Tentang Gunung Sunda yang ditutupi salju abadi dan terlihat dari Koromandel, India. Apa iya? 
Keadaan ronabumi seperti inilah yang dilihat oleh masyarakat, bukan Gunung Sunda yang menjulang  tinggi. (Sumber: Istimewa)
Ayo Biz 09 Okt 2025, 14:45 WIB

Bobotoh Unyu-unyu, Komunitas Perempuan yang Menyimpan Peluang Ekonomi di Dunia Suporter

Jadi warna lain yang menyapa di laga Persib, Bobotoh Unyu-unyu bukan sekadar pendukung tapi wajah baru dalam dinamika suporter sepak bola Indonesia.
Jadi warna lain yang menyapa di laga Persib, Bobotoh Unyu-unyu bukan sekadar pendukung tapi wajah baru dalam dinamika suporter sepak bola Indonesia. (Sumber: dok. Bobotoh Unyu-unyu)
Ayo Jelajah 09 Okt 2025, 13:40 WIB

Gaduh Kisah Vina Garut, Skandal Video Syur yang Bikin Geger

Kasus Vina Garut bukan sekadar skandal video mesum. Ia adalah kisah kelam tentang eksploitasi, kemiskinan, dan nafsu yang dijadikan komoditas.
Ilustrasi (Sumber: Freepik)