Jamet Tetaplah Menyala!

Arfi Pandu Dinata
Ditulis oleh Arfi Pandu Dinata diterbitkan Jumat 10 Okt 2025, 10:12 WIB
Pemandangan Rumah Rakyat dari Balik Jendela Kereta Lokal Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)

Pemandangan Rumah Rakyat dari Balik Jendela Kereta Lokal Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)

Pernah kan kita jalan-jalan di kampung atau pinggiran kota, lalu entah pikiran mulai mengoceh sendiri, serasa jijik dan ingin menyingkir. Ada yang janggal, nggak srek.

Lampu warna-warni berkedip, knalpot menggelegar, body kit dicat menyala. Motor bukan lagi sekadar kendaraan. Ia cermin ekspresi diri, cara pemiliknya menegaskan keberadaan.

Sama halnya dengan pakaian yang dikenakan. Baju yang mencolok, aksesoris yang penuh, kadang KW, dan warna yang kontras. Tampak berlebihan bagi mata orang luar, tapi bagi pemiliknya itu adalah visual yang menunjukkan identitas, keberanian, bahkan otonomi atas tubuh.

Di sinilah kita melihat rakyat tidak hanya “menghias” diri, tapi menciptakan citra yang menandai eksistensi mereka, berbeda dari orang lain, dan menuntut pengakuan yang menarik.

Kadang semua ini bukan tentang mereka, tapi soal keluarga, saudara, tetangga, dan orang-orang sekitar.

Semua sangat jelas dan akrab. Tapi tetap selera kita seolah-olah yang paling estetik. Gengsi!

Puluhan bangunan berdiri di atas rel kereta api rute Cikudapateuh-Ciwidey yang sudah tidak aktif. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Puluhan bangunan berdiri di atas rel kereta api rute Cikudapateuh-Ciwidey yang sudah tidak aktif. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Ruang sekitar juga ikut berbicara. Gang sempit yang dihiasi LED, pagar rumah dicat dengan warna silau, mural kecil di tembok. Orang-orang mengambil alih ruang yang mereka punya, mengubahnya dengan sengaja menjadi profil yang nyentrik. Kita boleh saja tidak suka, tapi di matanya, ini seni yang menyenangkan. Menolak definisi populer tentang “kumuh”.

Musik dan hiburan pun sama. Di tengah jalan hidup yang berat, utang, dan rutinitas yang melelahkan, rakyat mencari kesenangan instan. Remix lagu dangdut, karaoke yang jedag-jedug, atau suara speaker yang keras, semua cocok untuk melepaskan tekanan dan beban. Berisik adalah bahasa pikiran, sarana menambah energi, dan interupsi bagi dunia yang mengekang.

Begitu juga dengan jajanan yang disajikan. Gorengan berminyak, seblak super pedas, minuman manis giung, jajanan yang dihias penuh warna. Gurih-gurih imitasi, semua tampak tidak sehat bagi pengamat luar yang banyak duit, tapi bagi warga itu adalah sensasi sensorik sosial. Setiap rasa yang menggigit, pedas, manis, atau tampilan yang mencolok adalah cara hadiah buat lidah dan mata. Kenikmatan hidup yang masih mungkin dijangkau.

Obrolan dan bercanda kesannya menjengkelkan. Bahasa kadang campur aduk, Sunda, Indonesia, Inggris. Belum lagi typo, huruf besar kecil tak jelas, emoji menumpuk, tanda baca berantakan. Kata-kata kasar vulgar bisa meluncur tiba-tiba, tapi selalu dibungkus tawa atau plesetan. Dari gosip, olok-olok, sampai komentar nyeleneh tentang kehidupan sehari-hari, semua mengalir bebas, absurd dan lucu.

Kalau diperhatikan secara menyeluruh, semua tindakan ini punya pola yang sama. Rakyat ingin tampil menonjol, ingin dikenal dan diakui, tapi sayangnya akses terhadap simbol kelas atas sangat terbatas.

Modifikasi yang hurung (menyala) adalah cara mengambil kontrol atas diri, benda, dan ruang yang mereka miliki, sekaligus meluapkan kreativitas yang tidak bisa disalurkan di ruang formal atau elit.

Ini adalah bentuk ekspresi simbolik. Mereka menandai eksistensi dan menentang norma estetika kelas atas. Meski murahan dan rendahan melanggeng jadi stigma yang melekat pada rakyat.

Kebudayaan mereka adalah tidak pernah mau dimengerti sebagai proyeksi diri, medium untuk mengekspresikan hasrat, dan keinginan yang tidak bisa dipenuhi secara langsung. Kita mestinya sadar bahwa modifikasi ini adalah strategi kala ketimpangan jelas terjadi, cara meniru simbol elite dengan sumber daya terbatas menghasilkan dunia yang nyentrik.

Apa yang bagi orang luar tampak lebay, norak, atau kampungan, bagi mereka adalah siasat kecil yang menjadikan kehidupan sehari-hari lebih bermakna, berani, dan manusiawi. Jamet tetaplah menyala!

Satu hal yang bisa kita pelajari, jangan terlalu memaksakan diri untuk berlaga jadi orang ‘ada’. Membumilah, sebab rakyat sudah lama lepas dari jerat busuk itu. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Arfi Pandu Dinata
Menulis tentang agama, budaya, dan kehidupan orang Sunda
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

MAMPUS (Malam Minggu Puisi)

Ayo Netizen 09 Okt 2025, 11:58 WIB
MAMPUS (Malam Minggu Puisi)

News Update

Ayo Netizen 19 Des 2025, 18:09 WIB

Abah, Buku Bekas, dan Denyut Intelektual

Mahasiswa lintas angkatan mengenalnya cukup dengan satu panggilan Abah. Bukan dosen, staf, bukan pula pustakawan kampus.
Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 16:01 WIB

Maribaya Natural Hotspring Resort: Wisata Alam, Relaksasi, dan Petualangan di Lembang

Maribaya Natural Hotspring Resort menawarkan pengalaman wisata alam dan relaksasi di tengah kesejukan Lembang.
Maribaya Lembang. (Sumber: Dokumen Pribadi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 15:13 WIB

Bukit Pasir sebagai Benteng Alami dari Hempasan Tsunami 

Sand dune yang terbentuk oleh proses angin dan gelombang dapat mengurangi efek tsunami.
Teluk dengan pantai di selatan Jawa Barat yang landai, berpotensi terdampak hempasan maut tsunami. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T. Bachtiar)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 14:22 WIB

Jualan setelah Maghrib Pulang Dinihari, Mi Goreng ‘Mas Sam’ Cari Orang Lapar di Malam Hari

Mengapa mesti nasi goreng “Mas Iput”? Orangnya ramah.
SAM adalah nama sebenarnya, tapi para pelanggannya telanjur menyebutnya “Mas Iput”. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 14:12 WIB

5 Hidden Gem Makanan Manis di Pasar Cihapit, Wajib Dicoba Saat Main ke Bandung!

Semuanya bisa ditemukan dalam satu area sambil menikmati suasana Pasar Cihapit.
Salah satu tempat dessert di Pasar Cihapit, yang menjadi tujuan berburu makanan manis bagi pengunjung. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 12:57 WIB

Twig Café Maribaya: Tempat Singgah Tenang dengan Pemandangan Air Terjun yang Menyegarkan Mata

Suasana Cafe yang sangat memanjakan mata dan pikiran lewat pemandangan nyata air terjun yang langsung hadir di depan mata.
Air terjun yang langsung terlihat dari kafe. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 11:46 WIB

Program CSR sebagai Alat Penembusan dosa

CSR harus dikembalikan ke inti, yaitu komitmen moral untuk mencegah kerusakan ekosistem sejak awal
Ilustrasi kayu hasil penebangan. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 10:21 WIB

Keberlangsungan Suatu Negara dalam Bayang-Bayang Deformasi Kekuasaan

Sering kali ada pengaruh buruk dalam jalannya suatu pemerintahan yang dikenal dengan istilah deformasi kekuasaan.
 (Sumber: Gemini AI)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 09:24 WIB

Kota Bandung: Hak Trotoar, Pejalan Kaki, dan PKL

Antara hak pejalan kaki dan pedagang kaki lima yang harus diseimbangkan pemerintah Kota Bandung
Pejalan kaki harus melintas di jalan yang diisi oleh para pedagang di trotoar Lengkong Street Food, Kamis, 4 Desember 2025. (Sumber: Dokumentasi pribadi | Foto: Taqiyya Tamrin Tamam)
Ayo Netizen 19 Des 2025, 09:13 WIB

Cibaduyut: Sentra Sepatu yang Berubah Menjadi Sentra Kemacetan

Cibaduyut tidak hanya menjadi pusat penjualan sepatu di Kota Bandung, tapi juga sebagai salah satu pusat kemacetan di kota ini.
Tampak jalanan yang dipenuhi kendaraan di Jln. Cibaduyut, Kota Bandung (04/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yudhistira Rangga Eka Putra)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 21:16 WIB

Sambel Pecel Braga: Rumah bagi Lidah Nusantara

Sejak berdiri pada 2019, Sambel Pecel Braga telah menjadi destinasi kuliner yang berbeda dari hiruk- pikuk kota.
Sambel Pecel Braga di tengah hiruk pikuk perkotaan Bandung. (Foto: Fathiya Salsabila)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:42 WIB

Strategi Bersaing Membangun Bisnis Dessert di Tengah Tren yang Beragam

Di Tengah banyaknya tren yang cepat sekali berganti, hal ini merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi pengusaha dessert untuk terus mengikuti tren dan terus mengembangkan kreatifitas.
Dubai Truffle Mochi dan Pistabite Cookies. Menu favorite yang merupakan kreasi dari owner Bonsy Bites. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:08 WIB

Harapan Baru untuk Taman Tegallega sebagai Ruang Publik di Kota Bandung

Taman Tegallega makin ramai usai revitalisasi, namun kerusakan fasilitas,keamanan,dan pungli masih terjadi.
Area tribun Taman Tegalega terlihat sunyi pada Jumat, 5 Desember 2025, berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata, Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ruth Sestovia Purba)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 19:38 WIB

Mengenal Gedung Sate, Ikon Arsitektur dan Sejarah Kota Bandung

Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat.
Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 18:30 WIB

Kondisi Kebersihan Pasar Induk Caringin makin Parah, Pencemaran Lingkungan di Depan Mata

Pasar Induk Caringin sangat kotor, banyak sampah menumpuk, bau menyengat, dan saluran air yang tidak terawat, penyebab pencemaran lingkungan.
Pasar Induk Caringin mengalami penumpukan sampah pada area saluran air yang berlokasi di Jln. Soekarno-Hatta, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung, pada awal Desember 2025 (Foto : Ratu Ghurofiljp)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:53 WIB

100 Tahun Pram, Apakah Sastra Masih Relevan?

Karya sastra Pramoedya yang akan selalu relevan dengan kondisi Indonesia yang kian memburuk.
Pramoedya Ananta Toer. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Lontar Foundation)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 17:42 WIB

Hikayat Jejak Kopi Jawa di Balik Bahasa Pemrograman Java

Bahasa pemrograman Java lahir dari budaya kopi dan kerja insinyur Sun Microsystems dengan jejak tak langsung Pulau Jawa.
Proses pemilahan bijih kopi dengan mulut di Priangan tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:21 WIB

Komunikasi Lintas Agama di Arcamanik: Merawat Harmoni di Tengah Tantangan

Komunikasi lintas agama menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas dan keharmonisan sosial di kawasan ini.
Monitoring para stakeholder di Kecamatan Arcamanik (Foto: Deni)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 16:40 WIB

Eksotisme Gunung Papandayan dalam Imajinasi Wisata Kolonial

Bagi pelancong Eropa Papandayan bukan gunung keramat melainkan pengalaman visual tanjakan berat dan kawah beracun yang memesona
Gunung Papandayan tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 15:16 WIB

Warisan Gerak Sunda yang Tetap Hidup di Era Modern

Jaipong merupakan jati diri perempuan Sunda yang kuat namun tetap lembut.
Gambar 1.2 Lima penari Jaipong, termasuk Yosi Anisa Basnurullah, menampilkan formasi tari dengan busana tradisional Sunda berwarna cerah dalam pertunjukan budaya di Bandung, (08/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Satria)