MAMPUS diinisiasi sebagai ruang pengembangan kreativitas dari kelas-kelas yang sudah ada di Kirik Nguyuh seperti āKelas Sastra, Kelas Membaca Inklusif, Kelas Melukis, dan Kelas Musikā selain itu MAMPUS dalam hal ini memberikan apresiasi kepada siapun yang senantiasa ingin hadir sekalipun hanya ingin tampil saja.
MAMPUS menjadi ruang terbuka setiap malam minggu sekali, tidak hanya itu sebelum kelas dimulai ada refleksi bagi peserta yang tampil mulai sabtu pagi hingga sore dari kelas-kelas yang sudah ada.
Puisi bukan hanya menciptakan kata-kata untuk bisa dibaca, namun ia bisa menjadi deskripsi, lagu, bahkan bisa masuk ke ranah yang lebih universal. Sastra juga tidak semerta-merta menjadi bahasa yang indah, karena sastra lahir dari kajian ilmu linguistik yang didalamnya terdapat beberapa cabang seperti fonologi, semantik, pragmatik, psikolinguistik, dan masih banyak lagi.
Meskipun MAMPUS masih dalam tahap episode pertama, namun dengan sebuah komitmen dan konsistensi, kegiatan yang dibangun dengan sungguh-sungguh kedepannya akan terus bertahan. Nama MAMPUS (Malam Minggu Puisi) tercipta dari sebuah celoteh Baron Famousa beserta kawan-kawannya ketika ada salah satu dari anak Kandang yang bolak-balik kamar mandi, tapi tak kunjung buang air besar.
Kata Baron āmampus, mampusā dan akhirnya kata MAMPUS dijadikan sebuah akronim menjadi Malam Minggu Puisi (MAMPUS).
Sabtu, 4 Oktober 2025, sebagai episode pertama mampus diselenggarakan, meskipun MAMPUS masih dinikmati oleh sebagian anak-anak dari Kirik Nguyuh namun ini adalah langkah awal untuk mewujudkan sebuah seni itu menjadi ledakan yang dapat menginspirasi banyak orang untuk bisa membangun sebuah kreativitas untuk bisa dikembangkan bersama-sama. (*)