Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial. Semandiri apapun mereka tetap butuh dukungan sosial dari lingkungan sekitarnya. Dukungan sosial membuat manusia merasa ada, merasa diterima dan merasa layak hidup sebagai manusia.
Kesepian sebetulnya perasaan wajar yang ada dalam diri setiap manusia. Kesepian juga sudah ada jauh sebelum masifnya media sosial. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial juga punya peran penting sebagai penyumbang kesepian bagi manusia era modern.
Lewat film 'Tinggal Meninggal' yang di sutradarai oleh Kristo Immanuel-- kesepian dibungkus dengan cermat melalui rasa haus akan sebuah perhatian. Debut pertamanya sebagai sutradara dalam film ini layak mendapatkan apresiasi. Kristo cukup pandai memilih para pemain, salah satunya karakter 'Gema' yang diperankan oleh Omara Esteghlal.
Bagaimana tokoh Gema bisa merepresentasikan sosok yang merasa terasing dalam dunia sosial dengan baik. Bagaimana Gema bisa memvisualisasikan seorang introvet yang berusaha memulai komunikasi tapi sering dianggap 'aneh' atau sok asyik oleh lingkungan sekitarnya.
Lewat film ini penonton diajak untuk bisa menyelami bagaimana kehidupan seseorang yang merasa tidak diterima oleh lingkungannya. Bagaimana film ini memberi pesan dengan menyikapi rasa kesepian dan haus akan sebuah pengakuan. Sebuah perasaan yang saat ini menjadi fenomena yang bahkan seringkali tidak disadari baik oleh korban atau pelaku sosial.
Pentingnya Dukungan Keluarga

Gema adalah seorang anak yang lahir dari keluarga yang tidak memiliki keterikatan emosional dengan baik. Ayahnya memiliki ambisi untuk mendapatkan kekayaan berlimpah dengan cara menjadi motivator yang membohongi para kliennya. Ambisinya tersebut membuat Ibu Gema menjadi kesepian karena kurangnya perhatian. Bahkan Ayahnya Gema akhirnya berselingkuh dan menikah kembali dengan perempuan yang jauh lebih muda.
Ibu Gema jadi sering mengikuti arisan untuk memenuhi rasa kesepiannya dan tentu ini berdampak pada Gema yang seringkali ditinggal sendirian. Sebagai anak tunggal, Gema tidak memiliki seseorang untuk diajak bicara. Hal ini diperparah ketika Gema mendapat perundungan di sekolahnya karena seringkali terlihat berbicara sendirian.
Setiap pendapat Gema dalam lingkup kerja kelompok tidak pernah didengar hanya karena idenya dianggap aneh. Bahkan Gema mendapat julukan 'Camen' atau cacat mental dari teman masa kecilnya.
Dengan berbagai kondisi seperti ini, rasa kepercayaan diri Gema hilang dan ini akan berdampak pada kelayakan dirinya sebagai seorang manusia. Lewat film ini penonton ditunjukkan bahwa peran Ayah dan Ibu sangat vital bagi perkembangan anak, baik secara fisik atau psikologis. Kondisi ini menjadi bahan perenungan bagi orangtua sebelum memutuskan untuk membangun hubungan dan komitmen dalam sebuah pernikahan.
Perempuan dan laki-laki dewasa harus memahami konteks pernikahan bukan hanya sekedar menunaikan ekspektasi sosial tapi harus tau arah dan tujuan esensi pernikahan. Pasangan yang sudah selesai dengan urusan dirinya sendiri tentu akan lebih stabil ketika menjalin sebuah hubungan sosial.
Tangki cinta yang sudah terpenuhi dengan baik tidak akan menuntut untuk selalu diisi orang lain. Hubungan yang sehat antar pasangan akan menumbuhkan lingkungan sosial yang hangat bagi anak. Bagaimana seorang anak bisa struggle menjalani dunia, jika kehadirannya di rumah saja mereka dianggap tidak ada.
Dukungan Sosial Sangat Penting

Ketika Gema tidak mendapatkan kehangatan di rumah, dia berusaha mencari perhatian di luar meski acap kali usahanya gagal. Namun siapa sangka justru kematian Ayahnya menjadi awal bagi Gema untuk mendapatkan kehangatan dan perhatian dari lingkungan sosialnya.
Sapaan menjadi sesuatu yang istimewa karena sejauh ini Gema belum pernah diperlakukan demikian. Gema tidak bisa mengenali antara Bare minimum vs King/Princess Treatment. Perilaku orang lain yang menunjukkan kepedulian dengan standar yang umum justru dianggap sebagai suatu hal yang spesial bagi mereka yang tenggelam dalam kesepian.
Kebahagiaan yang didapat Gema justru memunculkan pemahaman yang salah akan sebuah penerimaan dan rasa kepedulian. Perhatian yang baru saja didapatkan Gema tiba-tiba menghilang seiring berjalannya waktu. Di sini Gema berpikir bahkan mengulangi pola yang sama untuk mendapatkan perhatian dari 'duka cita'.
Akhirnya Gema membuat skenario kematian opungnya (kakek/nenek) dan benar saja Gema mendapatkan kepedulian kembali dari lingkungan sosialnya. Pola ini terus berlanjut dilakukan ketika perhatian teman kerjanya mulai menghilang. Skenario kematian kucing yang sengaja ia ambil dari jalan untuk diposting melalui media sosialnya.
Skenario tentang Ibunya yang hilang dalam tragedi kecelakaan pesawat. Bahkan dia membuat skenario kematiannya sendiri dan menciptakan karakter baru sebagai saudara kembarnya dengan tujuan yang sama yaitu mendapat kehangatan dari sebuah perhatian dan kepedulian.
"Mengejar Afeksi dalam Rentetan Duka Cita" menjadi fenomena baru yang terjadi di masyarakat modern. Mungkin saja dalam realitasnya sosok Gema bukan sekedar cerita tapi nyata adanya. Meski dengan cara yang berbeda tapi cara yang terkesan berlebihan tersebut mungkin saja menjadi jalan instan bagi mereka yang rindu dengan suka cita.
Pentingnya Menerima Diri Sendiri

Gema dewasa seringkali berdialog dengan foto masa kecilnya ketika menceritakan suatu hal atau hanya sekedar meminta pendapat pribadi. Dialog diantara keduanya terasa hidup dan bukan sekedar hayalan belaka.
Sebetulnya Self Talk menjadi rutinitas yang memiliki banyak manfaat diantaranya, bisa meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan kepuasan hidup yang lebih besar, menurunkan tingkat stres yang berlebihan hingga membantu permasalahan mental.
Hanya saja dalam film ini dialog Gema kecil dan dewasa terasa amat didominasi dengan keputusan egosentris yang dimunculkan Gema dewasa tanpa mempertimbangkan hal tersebut baik atau tidak untuk dirinya. Hal itu terjadi karena Gema tidak merasa cukup dengan dirinya sendiri.
Melalui film ini kita diajak untuk berkontemplasi perihal penerimaan diri. Bagaimana Gema kecil selalu hadir dalam setiap permasalahan justru mengingatkan kembali bahwa tidak ada orang lain yang bisa setia hadir 24 jam bersama kita selain diri kita sendiri. Sosok Gema mengajak kita untuk memeluk diri sendiri dari berbagai luka, duka dan suka cita. (*)