Menilik Kasus Pernikahan Anak KDM: Hukum Tajam ke Bawah dan Tumpul ke Atas?

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Ditulis oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diterbitkan Senin 25 Agu 2025, 14:34 WIB
Tangkapan layar kekacauan pesta pernikahan anak KDM di Garut. (Sumber: Istimewa)

Tangkapan layar kekacauan pesta pernikahan anak KDM di Garut. (Sumber: Istimewa)

Tragedi pesta rakyat dalam rangka pernikahan anak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Wakil Bupati Garut Karlinah beberapa waktu lalu menyisakan luka yang dalam. Tiga orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka luka.

Kejadian di Garut itu seharusnya sudah menjadi perhatian serius aparat penegak hukum karena menyangkut keselamatan masyarakat dalam sebuah acara besar yang melibatkan pejabat publik.

Namun hingga kini, publik melihat penanganan kasus tersebut masih lamban dan kabur. Tidak ada kejelasan apakah sudah ada tersangka atau setidaknya penetapan pihak yang bertanggung jawab. Padahal kehilangan nyawa tidak bisa dianggap sepele, apalagi terjadi dalam acara resmi yang dihadiri banyak tokoh.

Lambannya penyidikan menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah hukum di negeri ini benar benar bekerja secara adil? Masyarakat mencatat betapa sering hukum bergerak cepat ketika rakyat kecil terlibat, tetapi menjadi lamban dan tumpul ketika kasus menyentuh lingkaran pejabat.

Dalam kasus Garut, wajar jika publik beranggapan bahwa ada perlindungan tidak kasat mata terhadap orang orang yang punya kuasa, padahal seharusnya hukum berdiri tegak tanpa pandang bulu.

Perbandingan mencolok muncul ketika publik mengingat kasus di Kota Pasuruan pada September 2008. Kala itu, pembagian zakat oleh keluarga Haji Syaichon berakhir tragis. Ada orang yang meninggal dunia juga karena kerumunan massa yang tidak terkendali.

Polisi bergerak cepat, dan Haji Ahmad Farouk yang merupakan anak Haji Syaichon sekaligus ketua panitia langsung ditetapkan sebagai tersangka atas kelalaiannya. Proses hukum berjalan, dan pada tahun yang sama ia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara. Meski vonis tersebut masih lebih ringan daripada tuntutan jaksa, setidaknya ada kepastian hukum dan tanggung jawab yang jelas.

Apa yang terjadi di Pasuruan menunjukkan bahwa hukum bisa tegas sekalipun menyangkut keluarga tokoh berpengaruh. Masyarakat menerima bahwa tragedi tersebut adalah kelalaian yang membawa korban, dan negara hadir dengan memastikan ada konsekuensi hukum.

Namun di Garut, kasus yang tidak kalah serius justru terkesan jalan di tempat. Tidak ada kejelasan apakah keluarga pejabat yang terlibat akan diperiksa secara serius atau tidak. Perbedaan respons inilah yang memperkuat anggapan bahwa hukum masih tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas.

Ketidakadilan semacam ini sangat berbahaya. Ia meruntuhkan kepercayaan publik terhadap institusi hukum, sekaligus menciptakan jurang antara rakyat dan pejabat. Jika rakyat kecil bisa langsung ditangkap karena kasus kelalaian yang menimbulkan korban, mengapa pejabat bisa begitu lama tanpa kepastian? Pertanyaan semacam ini akan terus menggerogoti legitimasi pemerintah jika tidak dijawab dengan tindakan nyata.

Peran Humas

Gubernur Jawa Barat, Deddy Mulyadi, atau yang lebih dikenal dengan KDM. (Sumber: setda.bogorkab.go.id)
Gubernur Jawa Barat, Deddy Mulyadi, atau yang lebih dikenal dengan KDM. (Sumber: setda.bogorkab.go.id)

Dalam konteks ini, peran Humas Polri/Polda Jabar menjadi sangat penting. Publik butuh kepastian, bukan diam. Namun sayangnya, sejauh ini humas kepolisian terlihat pasif. Padahal seharusnya Humas tampil ke depan menjelaskan langkah langkah yang sudah dan akan diambil, memastikan bahwa proses hukum berjalan transparan, serta menegaskan bahwa tidak ada kekebalan hukum bagi siapa pun.

Diamnya humas polisi hanya memperkuat persepsi publik bahwa ada upaya melindungi pejabat. Padahal kepercayaan publik tidak akan pernah bisa pulih tanpa komunikasi yang terbuka dan komitmen yang jelas.

Humas Polri/Polda Jabar seharusnya proaktif menyampaikan bahwa kasus ini tetap diselidiki serius, menjelaskan perkembangan penyidikan, dan menunjukkan sikap tegas bahwa hukum berlaku sama bagi semua orang. Bukan hanya demi korban, tetapi juga demi menjaga nama baik institusi kepolisian itu sendiri.

Jika Humas memilih diam, maka publik akan menganggap bahwa Polri tidak independen, hanya berani kepada rakyat kecil tetapi ciut menghadapi pejabat.

Lebih jauh lagi, tragedi Garut ini menunjukkan bahwa kita sedang menghadapi krisis keadilan yang nyata. Keadilan seharusnya ditegakkan berdasarkan fakta, bukan berdasarkan status sosial atau politik. Demokrasi akan lumpuh jika hukum hanya menjadi instrumen untuk melindungi elite.

Sebaliknya, demokrasi akan tumbuh jika hukum ditegakkan tanpa pandang bulu, dan negara hadir melindungi warganya yang paling lemah sekalipun.

Kasus di Garut seharusnya menjadi momentum untuk memperbaiki wajah penegakan hukum kita. Aparat harus berani menegakkan hukum dengan adil meski menyangkut keluarga pejabat. Proses hukum harus transparan, komunikasi publik harus terbuka, dan korban beserta keluarganya harus mendapat kepastian. Inilah ukuran sejati sebuah negara hukum.

Masyarakat tidak butuh klaim bahwa hukum adil jika dalam praktiknya berbeda. Mereka butuh bukti nyata bahwa hukum memang ditegakkan dengan setara. Tragedi Pasuruan pada 2021 sudah menjadi preseden bahwa kasus kelalaian besar bisa diproses hingga tuntas.

Maka kasus Garut pun seharusnya bisa berjalan dengan kecepatan dan ketegasan yang sama. Jika tidak, maka publik hanya akan semakin yakin bahwa pepatah lama masih berlaku: hukum tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Peminat komunikasi publik & digital religion (Comm&Researcher di CDICS). Berkhidmat di Digital PR Telkom University serta MUI/IPHI/Pemuda ICMI Jawa Barat
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 10 Okt 2025, 19:28 WIB

Program Makan Bergizi Gratis dan Ujian Tata Kelola Birokrasi

Insiden keracunan massal pelajar di Jawa Barat mengguncang kepercayaan publik terhadap program makan bergizi gratis.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG). (Sumber: setneg.go.id)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 18:38 WIB

Bandung dalam Fiksi Sejarah

Boleh saja apabila tulisan ini diterima dengan rasa skeptis atau curiga. Karena pandangan dan pembacaan saya sangat mungkin terhalang bias selera.
Buku Melukis Jalan Astana. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yogi Esa Sukma Nugraha)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 16:04 WIB

Mengamankan Momentum Akselerasi Manajemen Talenta ASN

Momentum akselerasi manajemen talenta ASN menjadi tonggak penting transformasi birokrasi Indonesia.
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai roda penggerak jalannya pemerintahan diharuskan untuk memiliki kompetensi dan kinerja yang optimal. (Sumber: babelprov.go.id)
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:56 WIB

Energi Hijau dan Oligarki: Dilema Transisi di Negeri Kaya Sumber Daya

Banyak daerah di Indonesia memiliki potensi energi terbarukan seperti air, angin, dan biomassa, namun terhambat oleh birokrasi dan minimnya insentif fiskal.
Pengamat Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran, Yogi Suprayogi menyoroti lanskap kebijakan energi nasional. (Sumber: dok. IWEB)
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:36 WIB

Membongkar Potensi Energi Terbarukan di Jawa Barat: Antara Regulasi dan Kesadaran Sosial

Dengan lanskap bergunung-gunung, aliran sungai yang deras, dan sumber daya biomassa melimpah, Jawa Barat memiliki peluang untuk menjadi pionir dalam kemandirian energi bersih.
Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Tri Yuswidjajanto Zaenuri Mengupas potensi Jawa Barat sebagai provinsi dengan potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan.
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:21 WIB

Setahun Pemerintahan Baru: Mampukah Indonesia Mandiri Energi?

Setahun setelah pemerintahan baru berjalan, isu kemandirian energi nasional kembali menjadi sorotan.
Diskusi bertajuk “Setahun Pemerintahan Baru, Bagaimana Kemandirian Energi Nasional?” yang diselenggarakan oleh Ikatan Wartawan Ekonomi Bisnis (IWEB) di Bandung, Jumat (10/10/2025). (Sumber: dok. IWEB)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 14:51 WIB

Islam Pemerintah: Menggeliat Berpotensi Mencederai Keragaman Umat

Inilah Islam Pemerintah selalu menjadi bahasa pengakuan tentang simbol muslim “sah” yang tidak radikal-teroris, tapi juga tidak liberal.
Berbagai Pakaian Muslimah, Pakaian Warga yang Jadi Penumpang Angkot (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 13:45 WIB

Stop Membandingkan karena Setiap Anak Punya Keunikan

Film Taare Zameen Par menjadi kritikan pedas bagi dunia pendidikan dan guru yang sering mengistimewakan dan memprioritaskan anak tertentu.
Setiap anak itu istimewa dan memiliki bakat unik (Sumber: Wikipedia)
Ayo Jelajah 10 Okt 2025, 11:44 WIB

Jejak Pembunuhan Sadis Sisca Yofie, Tragedi Brutal yang Gegerkan Bandung

Kasus pembunuhan Sisca Yofie pada 2013 mengguncang publik karena kekejamannya. Dua pelaku menyeret dan membacok korban hingga tewas di Bandung.
Ilustrasi. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 11:30 WIB

Sapoe Sarebu ala Dedi Mulyadi, Gotong-royong atau Kebijakan Publik yang Perlu Pengawasan?

Gerakan Sapoe Sarebu mengajak warga menyisihkan seribu rupiah sehari untuk membantu sesama.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 10:12 WIB

Jamet Tetaplah Menyala!

Lebay, tapi manusiawi. Eksplorasi dunia rakyat pinggiran sebagai ekspresi identitas dan kreativitas.
Pemandangan Rumah Rakyat dari Balik Jendela Kereta Lokal Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 09:26 WIB

Buku dan Segala Kebermanfaatannya

Membaca adalah jendela dunia, Menulis adalah jalan untuk mengubahnya.
Membaca adalah Jendela Dunia, Menulis adalah jalan untuk mengubahnya. Dan Bangsa yang rendah dalam literasi akan selalu rendah dalam peradaban. Pramoedya Ananta Toer (Sumber: Freepik)
Beranda 10 Okt 2025, 08:17 WIB

Gerakan Warga Kota Bandung Mengubah Kebiasaan Buang Jelantah Sembarangan

Minyak yang telah berubah warna menjadi pekat itu dikenal sebagai jelantah. Banyak orang membuangnya begitu saja, tanpa menyadari dampaknya bagi tanah dan air.
Warga membuang minyak goreng bekas atau jelantah ke dalam tabung UCOllet di Gereja Katolik Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria, Buahbatu, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Biz 09 Okt 2025, 18:55 WIB

Menjaga Napas Bisnis Wisata Alam Lewat Inovasi dan Strategi Berkelanjutan

Ketika industri pariwisata bergerak cepat mengikuti selera pasar, bisnis wisata alam menghadapi tantangan tak kalah kompleks untuk tetap relevan tanpa kehilangan esensi.
Ketika industri pariwisata bergerak cepat mengikuti selera pasar, bisnis wisata alam menghadapi tantangan tak kalah kompleks untuk tetap relevan tanpa kehilangan esensi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 09 Okt 2025, 18:31 WIB

Belajar dari Nurhayati & Subakat, Bisnis bukan Tentang Viral tapi Sustainable

Bisnis bukan sekedar viral. Apalagi jika tidak memedulikan aspek keamanan pada konsumen demi kapitalisme semata.
Belajar Bisnis dari Nurhayati & Subakat (Sumber: Screenshoot | Youtube Wardah)
Ayo Biz 09 Okt 2025, 17:19 WIB

UMKM Bangkit, Ekonomi Bergerak: Festival sebagai Motor Perubahan

Bukan sekadar penggerak sektor informal, UMKM dan pelaku ekonomi kreatif adalah pionir inovasi, penjaga warisan budaya, dan pencipta lapangan kerja yang adaptif.
Bukan sekadar penggerak sektor informal, UMKM dan pelaku ekonomi kreatif adalah pionir inovasi, penjaga warisan budaya, dan pencipta lapangan kerja yang adaptif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 09 Okt 2025, 17:18 WIB

Jejak Sejarah Cimahi jadi Pusat Tentara Hindia Belanda Sejak 1896

Cimahi dikenal sebagai kota tentara sejak masa kolonial Belanda. Sejak 1896, kota ini jadi pusat militer Hindia Belanda yang strategis.
Garinsun KNIL di Cimahi tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 09 Okt 2025, 15:50 WIB

Betulkah Gunung Sunda Terlihat dari Pesisir Koromandel India?

Tentang Gunung Sunda yang ditutupi salju abadi dan terlihat dari Koromandel, India. Apa iya? 
Keadaan ronabumi seperti inilah yang dilihat oleh masyarakat, bukan Gunung Sunda yang menjulang  tinggi. (Sumber: Istimewa)
Ayo Biz 09 Okt 2025, 14:45 WIB

Bobotoh Unyu-unyu, Komunitas Perempuan yang Menyimpan Peluang Ekonomi di Dunia Suporter

Jadi warna lain yang menyapa di laga Persib, Bobotoh Unyu-unyu bukan sekadar pendukung tapi wajah baru dalam dinamika suporter sepak bola Indonesia.
Jadi warna lain yang menyapa di laga Persib, Bobotoh Unyu-unyu bukan sekadar pendukung tapi wajah baru dalam dinamika suporter sepak bola Indonesia. (Sumber: dok. Bobotoh Unyu-unyu)
Ayo Jelajah 09 Okt 2025, 13:40 WIB

Gaduh Kisah Vina Garut, Skandal Video Syur yang Bikin Geger

Kasus Vina Garut bukan sekadar skandal video mesum. Ia adalah kisah kelam tentang eksploitasi, kemiskinan, dan nafsu yang dijadikan komoditas.
Ilustrasi (Sumber: Freepik)