AYOBANDUNG.ID -- Langit Braga sore itu tampak biasa saja. Tapi di balik kaca jendela berbingkai besi di nomor 111, warna-warna cerah mulai menyusun cerita. Bukan dari cat tembok, melainkan dari aroma nasi goreng yang mengepul, mural bohemian yang menari di dinding, dan tawa pengunjung yang tak pernah seragam.
Bandung tak pernah kekurangan tempat makan. Tapi Myloc Coffee & Cafe bukan sekadar tempat makan. Tempat ini adalah ruang yang menolak diam, menolak netral, dan menolak biasa. Di sini, warna bukan dekorasi namun juga sebagai pernyataan.
Begitu masuk, pengunjung tidak disambut oleh pelayan, melainkan oleh mural urban yang menyembul dari dinding biru terang. Seolah ingin berkata, “Kamu tidak datang untuk makan. Kamu datang untuk merasakan.”

Tangga menuju lantai dua bukan sekadar penghubung ruang, tapi lorong waktu. Lukisan The Beatles berjejer seperti penjaga gerbang menuju era psikedelik. Di atas, seorang perempuan bohemian memainkan seruling di dinding, mengiringi langkah kaki yang mencari tempat duduk.
“Kami ingin orang merasa seperti masuk ke dunia lain. Retro, psikedelik, tapi tetap hangat. Jadi bukan cuma kafe instagramable, tapi punya jiwa,” ujar Ibas, Operational Koordinator Myloc saat ditemui Ayobandung.
Myloc memang bukan satu-satunya kafe di Braga. Tapi destinasi kuliner ini satu dari sedikit yang berani bermain di ranah visual dan emosional sekaligus. Di tengah persaingan bisnis kuliner Bandung yang makin padat, Myloc memilih menyatukan seni, rasa, dan ruang.
Menu andalannya? Nasi Goreng Ala Myloc. Disajikan dalam bentuk tumpeng kecil, ditemani satai lilit dan sambal matah yang tajam. Rasanya bukan sekadar gurih, namun punya ritme. Seperti lagu lama yang tiba-tiba terdengar baru.
“Bumbu sambal matahnya kami racik sendiri. Harus bisa ‘nyentil’ lidah, tapi tetap nyaman. Kami ingin makanan kami punya karakter, seperti tempatnya," kata Ibas.

Pie Apple ala Myloc adalah penutup yang tak bisa dilewatkan. Manisan apel dan perasa jahe berpadu dalam satu gigitan yang hangat dan mengejutkan. Cocok untuk sore Bandung yang mendungnya tak pernah bisa ditebak.
Di Myloc, pengunjung bukan sekadar tamu. Mereka adalah bagian dari pertunjukan. Duduk di antara mural, menyeruput kopi, dan membiarkan ruang berbicara. Tak heran jika banyak yang datang bukan karena lapar, tapi karena ingin merasa.
Bandung memang kota kuliner tapi Myloc menunjukkan bahwa kuliner bukan hanya soal rasa. Tempat ini bisa menjadi medium ekspresi, ruang nostalgia, bahkan terapi visual.
“Pemilik kami penggemar berat The Beatles. Tapi kami tidak ingin sekadar meniru. Kami ingin menciptakan versi Bandung-nya,” ujar Ibas.

Myloc tempat yang juga menawarkan pengalaman. Di tengah keragaman bisnis kuliner Bandung, ia berdiri sebagai bukti bahwa keberanian untuk berbeda adalah resep yang tak pernah basi.
“Kami ingin Myloc jadi tempat di mana orang bisa merasa nyaman, terinspirasi, dan tentu saja, kenyang. Tapi lebih dari itu, kami ingin mereka pulang dengan cerita dan bisa cuci mata,” pungkas Ibas.
Informasi Myloc Coffee & Cafe
Alamat di Jalan Braga No.111, Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung
Instagram: https://www.instagram.com/mylocsaja
Alternatif kuliner Bandung dan UMKM Serupa: