Kesejukan dan keestetikaan Kota Bandung sering sekali menjadi daya tarik masyarakat luar kota untuk mengunjungi Kota Kembang ini. Namun, kota yang sering dijuluki sebagai kota estetik ini masih memiliki tantangan khususnya dalam menata trotoar jalan dan jembatan penyeberangan orang (JPO) Jln. Moch. Toha, Kec. Regol, Kota Bandung.
Postingan masyarakat Kota Bandung di media sosial yang mengeluh mengenai kelayakan trotoar jalan di Kota Bandung, hal ini mengundang respon Sufia Putri seorang mahasiswi di Bandung yang mengkonfirmasi bahwa memang keadaan trotoar Kota Bandung sesuai dengan postingan tersebut.
“Iya, jujur relate karena kenyataannya kayak gini, keramiknya pada rusak, banyak akar pohon, ada pedagang kaki lima, terus penutup air yang terlalu besar, jadi banyak hambatannya, gak bersih segala macam dan aku setuju dengan trotoar Bandung sejelek ini kaya di video,” ujarnya pada Sabtu (29/11/2025).
Kondisi trotoar yang kurang layak dan banyak sekali hambatannya seperti keramik pecah, guiding block pecah, spun pole, juga banyak nya sampah ini menjadi salah satu alasan masyarakat Bandung malas berjalan kaki. Kondisi trotoar ini harus diperhatikan oleh orang nomor satu di Bandung karena sangat membahayakan dan mengganggu keamanan dan kenyamanan para pejalan kaki.
Demi menciptakan ruang publik yang nyaman Pemkot Bandung seharusnya memprioritaskan perbaikan trotoar jalan dan guiding block yang rusak. Tindakan ini bukan hanya masalah keestetikaan namun merupakan investasi dalam keselamatan, dan hak mobilitas masyarakat, khususnya penyandang disabilitas sehingga mereka dapat bergerak dengan aman dan nyaman.
Sudah saatnya Walikota Bandung M. Farhan tidak hanya fokus pada kawasan tertentu saja, tetapi mulai melakukan pembangunan dan perbaikan trotoar secara merata dengan standar kualitas seperti trotoar di Braga. Pemerataan ini penting sehingga keindahan dan kenyamanan Kota Bandung dapat dinikmati secara adil, baik oleh para wisatawan maupun seluruh masyarakat Kota Bandung.
Untuk menjamin hak masyarakat mengenai fasilitas publik yang berfungsi dengan baik, ketersediaan penerangan trotoar yang layak perlu ditingkatkan secara merata. Kondisi trotoar yang gelap pada malam hari dapat menimbulkan ancaman bagi keselamatan pejalan kaki khususnya bagi para perempuan, kondisi ini menimbulkan kekhawatiran yang serius karena merasa keamanan dan kenyamanan mereka terabaikan.
Selain trotoar yang tidak layak, menurut wanita berkerudung hitam rendahnya penggunaan jembatan penyeberangan orang (JPO) di Kota Bandung mencerminkan keraguan masyarakat terhadap keamanan dan kenyamanan JPO.
“Jembatan di Bandung itu menurut aku kurang dipakai dibandingkan aku lihat jembatan-jembatan di luar kota. Karena ada beberapa jembatan yang memang meragukan masyarakat, masyarakat punya stigma jembatannya bentuknya bikin dia takut karena jembatannya berkarat,” ucapnya.
Baca Juga: Pengolahan Sampah Organik dengan Maggot Jadi Solusi di Cigending
Kondisi JPO yang memprihatinkan dan berkarat menjadi alasan utama masyarakat enggan menggunakannya, selain itu risiko kriminalitas seperti copet dan hipnotis turut memperburuk keadaan. Petugas pemerintah kota wajib bertanggung jawab untuk segera memperbaiki kelayakan jembatan penyeberangan orang (JPO) dan menjamin keamanannya.
Masyarakat Kota Bandung menaruh harapan yang besar terhadap kelayakan trotoar dan jembatan penyeberangan orang (JPO) kepada Kepala Daerah Kota Bandung seperti yang disampaikan oleh wanita muda Bandung.
“Semoga pemerintah daerah Kota Bandung lebih diperhatikan lagi untuk trotoarnya terus diperbaiki jadi trotoar yang memadai, sebagai warga Bandung aku gak berhadap trotoarnya kaya di Jepang cuma enak lah dipake jalan dan banyakin jembatan penyeberangan orang yang aman nyaman, biar orang yang jalan kaki tuh ngerasa aman,” tutupnya. (*)