Seven October Coffee di Bandung menghadirkan konsep unik yang memadukan pengalaman ngopi dengan edukasi sejarah Palestina. Lebih dari sekadar tempat nongkrong, kafe ini menjadi ruang refleksi kemanusiaan bagi banyak pengunjung, termasuk Mufidah Azzahra, mahasiswa yang datang untuk belajar sekaligus melepas penat.
Di antara deretan kafe estetik di Bandung, Seven October Coffee tampil menonjol dengan konsep yang sarat edukasi. Berlokasi di kawasan Kujangsari, Bandung Kidul, kafe ini mengajak pengunjung tidak hanya menikmati kopi, tetapi juga memahami perjalanan panjang sejarah Palestina melalui dinding besar bertuliskan “The History of Palestine”.
Begitu masuk, pengunjung langsung disambut mural dan timeline sejarah yang memuat peristiwa penting sejak tahun 637 hingga masa kini. Visual yang rapi dan informatif ini sering menjadi lokasi favorit untuk berfoto maupun membaca kronologi secara perlahan.
“Aku biasanya datang sambil baca timeline-nya dari awal. Rasanya seperti belajar sejarah tapi dalam suasana yang lebih santai,” ujar Mufidah Azzahra, salah satu pengunjung yang ditemui saat menikmati minuman di lantai satu.
Kafe ini didirikan oleh seorang warga Palestina yang kini menetap di Bandung. Ia berharap tempat ini dapat menjadi jembatan edukasi. Namun, suasana kafenya tetap hangat dan inklusif. Tidak ada nuansa formal layaknya museum, justru aroma kopi dan musik lembut membuat proses belajar terasa alami.
“Yang aku suka, tempat ini enggak maksa. Kita bisa datang buat nongkrong, tapi pelan-pelan ikut memahami cerita Palestina,” tambah Mufidah.
Menunya pun bersahabat bagi lidah lokal: nasi goreng kampung, spaghetti brulee, kentang goreng, hingga aneka kopi klasik. Banyak pengunjung memilih datang sore hari untuk bekerja, membaca, atau sekadar melepas penat. Di antara mereka, beberapa—seperti Mufidah—merasa kafe ini memunculkan kesadaran baru.
“Aku jadi lebih peka sama isu kemanusiaan. Ternyata ruang kecil seperti kafe bisa punya suara yang besar,” tuturnya.
Tidak jauh dari area tangga, terdapat papan pesan berisi ratusan post-it berwarna-warni. Setiap kertas memuat ungkapan solidaritas, doa, atau catatan pribadi bagi Palestina. Mufidah mengaku pernah menulis pesannya di sana.
“Tulisanku cuma sederhana, ‘Semoga Allah jaga kalian.’ Tapi melihat banyak orang yang nulis hal serupa membuat aku merasa terhubung,” katanya.
Ruang outdoor kafe juga menjadi tempat favorit komunitas. Pepohonan rindang, kursi kayu, dan suasana yang tenang membuat banyak mahasiswa betah berlama-lama. Beberapa kucing peliharaan yang dirawat oleh pengelola menambah kesan rumah dan keakraban.
Baca Juga: Bukan Sekadar Ngopi, Coffee Matter Jadi Tempat Nongkrong Plus Event Komunitas di Bandung
Dalam keramaian dunia kopi Bandung, Seven October Coffee hadir sebagai ruang untuk mengingat. Setiap cangkir kopi terasa memiliki cerita, setiap dinding menjadi pengingat sejarah, dan setiap pengunjung meninggalkan empati kecil yang tidak sia-sia.
Seperti kata Mufidah Azzahra: “Ngopi boleh santai, tapi kalau bisa sambil belajar tentang kemanusiaan, itu lebih bermakna.”
Kafe ini dibuka untuk umum setiap hari, pada pukul 09.00-22.00 WIB. Untuk informasi lebih lanjut bisa berkunjung melalui instagram @sevenoctobercoffee. (*)
