AYOBANDUNG.ID - Siapa yang harus "ditonjolkan" saat kamu menulis sebuah peristiwa, pelaku yang merupakan binatang langka dilingungi atau korban yang berstatus pejabat penting?
Pertanyaan sederhana. Tapi akan menggiring kamu untuk menegaskan angle berita.
Bagaimana kamu mengolah susunan diksi sangat menentukan hal ini. Pun bagaimana kamu memilih sudut pandang sehingga menimbulkan efek tententu.
Tak dipungkiri, angle berita juga dipengaruhi dari babagaimana publik akan berpersepsi.
"Harimau Sumatera menerkam Presiden Konoha," contoh kalimat aktif.
"Presiden Konoha diterkam Harimau Sumatera," sampel kalimat pasif.
Siapa yang lebih ingin kamu tonjolkan, antara subjek atau objek, menjadi aspek penentunya.
Baca Juga: Kamu Dapat Berbagi Cerita tentang Bandung Raya ke AYO NETIZEN

Pada contoh kalimat lebih panjang, angle berita pun diperkuat dengan penambahan "keterangan". Alhasil "keterangan" tersebut juga dapat jadi ihwal yang ditonjolkan lebih dulu.
"Harimau Sumatera menerkam Presiden Konoha di kebun binatang tak terurus." (aktif)
"Di kebun binatang tak terurus, harimau Sumatera menerkam Presiden Konoha." (aktif)
Bahkan kesannya menjadi lebih mencekam kala menggunakan kalimat pasif:
Sampel-sampel kalimat itu memberikan gambaran sederhana bagaimana media massa memilih kalimat aktif atau pasif. Di dalam isi berita, di judul yang langsung terlihat pembaca, atau di akhir tulisan yang meninggalkan kesan.
Penentuan kalimat aktif dan pasif ini sememangnya subjektif dari keputusan penulis. Sama subjektifnya dengan angle berita yang ditentukan oleh redaksi media massa. (*)