Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)

Ayo Biz

Bisnis Sport Tourism di Bandung Makin Bergairah Berkat Tren Padel

Sabtu 04 Okt 2025, 17:34 WIB

AYOBANDUNG.ID -- Bandung, kota yang dikenal dengan kreativitas dan semangat komunitasnya, kini membuka babak baru dalam dunia sport tourism. Di tengah tren gaya hidup aktif dan pencarian pengalaman wisata yang lebih bermakna, olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor.

Padel, olahraga raket yang menggabungkan unsur tenis dan squash, telah berkembang pesat di berbagai belahan dunia. Menurut Playtomic Global Padel Report 2025, jumlah lapangan padel secara global diperkirakan akan mencapai 81.000 unit pada 2027, dengan pertumbuhan tertinggi di Asia dan Amerika Latin. Indonesia pun tak ketinggalan. Dalam dua tahun terakhir, lebih dari 130 lapangan padel permanen telah dibangun, mayoritas di Jakarta dan Bali. Kini, Bandung mulai menyusul.

Kota ini memiliki modal kuat di antaranya iklim sejuk, komunitas aktif, dan daya tarik wisata yang sudah mapan. Kombinasi ini menjadikan Bandung sebagai kandidat ideal untuk mengembangkan sport tourism berbasis padel.

“Bandung adalah kota sejuk, jadi olahraga seperti padel bisa dilakukan dengan nyaman bahkan di siang hari. Kehadiran tempat ini menambah daya tarik wisata Bandung, khususnya dalam mendukung sport tourism,” ujar Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan.

Farhan juga menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam menciptakan fasilitas yang aman dan relevan. “Olahraga padel kini adalah sebuah bentuk activity untuk siapapun. Sehari-hari, pada saatnya gak libur tentu saja tempat untuk olahraga karena untuk rekreasi yang paling penting adalah meningkatkan kebugaran," tambahnya.

Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)

Dengan populasi urban yang terus tumbuh dan meningkatnya kesadaran akan kesehatan, padel bisa menjadi pintu masuk bagi bisnis sport tourism yang lebih luas. Mulai dari penyewaan lapangan, pelatihan privat, penjualan perlengkapan olahraga, hingga kolaborasi dengan sektor kuliner dan hospitality.

Menurut data internal dari beberapa operator padel di Jakarta saja, okupansi lapangan bisa mencapai 80–90% di akhir pekan. Dengan tarif sewa rata-rata Rp275.000–Rp300.000 per jam, satu lapangan padel berpotensi menghasilkan pendapatan hingga Rp24 juta per hari. Jika dikombinasikan dengan layanan tambahan seperti sewa raket, pelatih, dan F&B, angka ini bisa meningkat signifikan.

Bandung juga memiliki keunggulan geografis sebagai destinasi akhir pekan bagi wisatawan dari Jabodetabek. Sport tourism berbasis padel bisa menjadi daya tarik baru yang melengkapi wisata kuliner dan alam yang sudah lebih dulu populer. Bayangkan paket wisata yang menggabungkan sesi padel pagi, brunch di kafe lokal, dan eksplorasi alam di Lembang atau Ciwidey, sebuah pengalaman yang sehat, menyenangkan, dan Instagrammable.

Tantangan tentu ada. Salah satunya adalah regulasi pajak hiburan yang masih membebani fasilitas olahraga komersial. Di Jakarta, pajak hiburan 10% juga dikenakan pada lapangan padel, meski olahraga ini belum sepenuhnya mapan. Banyak pelaku usaha berharap agar regulasi ini bisa lebih adaptif, agar ekosistem sport tourism bisa berkembang optimal. Bandung, dengan semangat kolaboratifnya, bisa menjadi contoh bagaimana pemerintah daerah mendukung inovasi tanpa membebani pelaku usaha.

Dari sisi masyarakat, padel menawarkan inklusivitas. Olahraga ini tidak memerlukan stamina ekstrem, bisa dimainkan oleh segala usia, dan bersifat sosial. “Padel itu fun, bisa dimainkan berdua, dan tidak terlalu teknikal. Cocok untuk anak muda, keluarga, bahkan komunitas kantor,” ujar Raka, seorang pemain padel pemula yang rutin bermain di Bandung.

Ilustrasi raket padel. (Sumber: The Grand Central Court)

Tren ini juga membuka peluang bagi pelatih lokal, penyedia perlengkapan olahraga, dan bahkan brand fashion yang ingin masuk ke segmen athleisure. Kolaborasi antara sport, lifestyle, dan bisnis menjadi kunci dalam membangun ekosistem padel yang berkelanjutan.

Salah satu contoh pelaku usaha yang mulai menggarap peluang ini adalah The Grand Central Court, fasilitas padel terbaru yang dikembangkan oleh Maja Family Group. Dengan konsep ruang terbuka, tenant kuliner kekinian, dan jam operasional fleksibel, tempat ini menjadi magnet bagi komunitas urban yang ingin berolahraga sekaligus bersosialisasi.

Namun, potensi padel di Bandung tidak boleh berhenti di satu titik. Diperlukan lebih banyak fasilitas, pelatihan, dan promosi agar olahraga ini bisa menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas. Sekolah, kampus, dan komunitas lokal bisa menjadi mitra strategis dalam memperluas jangkauan padel.

“Padel bukan hanya olahraga, tapi juga peluang bisnis dan medium untuk membangun komunitas. Jika dikelola dengan baik, Bandung bisa menjadi pusat sport tourism berbasis padel di Indonesia,” ujar Chief Marketing Officer Maja Group, Omar Karim Prawiranegara.

Alternatif kebutuhan olahraga padel atau produk UMKM serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/2Viq9pV9ql
  2. https://s.shopee.co.id/4q6kw49jo7
  3. https://s.shopee.co.id/3VbNLdEtIh
  4. https://s.shopee.co.id/6KvYirGlKY
  5. https://s.shopee.co.id/7fQwJNRX3B
Tags:
wisata Bandungfasilitas olahraga komersialpadelolahraga raketsport tourismtren gaya hidup

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Reporter

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Editor