AYOBANDUNG.ID -- Kecamatan Lengkong bukan hanya titik koordinat di peta Kota Bandung. Wilayah ini adalah ruang hidup yang terus bergerak, menyimpan potensi wisata dan bisnis yang menjanjikan, sekaligus menjadi cermin keberagaman dan kreativitas warganya. Dengan luas sekitar 575 hektare dan tujuh kelurahan, Lengkong menjadi salah satu kawasan paling padat aktivitas di kota ini.
Data terbaru dari Pemerintah Kota Bandung mencatat keberadaan 103 hotel, 100 institusi pendidikan, dan 90 bank di wilayah ini. Angka-angka tersebut bukan sekadar statistik, melainkan penanda bahwa Lengkong telah menjadi simpul mobilitas ekonomi dan sosial yang penting. Dari kuliner hingga kerajinan, dari fesyen hijab hingga wisata religi, Lengkong menawarkan pengalaman yang berakar pada nilai-nilai lokal dan semangat komunitas.
“Pusat kuliner di Kota Bandung, semua makanan enak itu ada di Lengkong. Bisnis hijab sampai usaha kerajinan juga banyak,” ujar TB Agus Mulyadi, Camat Lengkong periode terdahulu kepada Ayobandung.
Jalan Burangrang, Talaga Bodas, dan Buah Batu misalnya menjadi koridor rasa yang menyatukan warung legendaris, kafe modern, dan restoran hotel berbintang. Kuliner di Lengkong bukan sekadar konsumsi, tapi pengalaman yang membentuk citra kawasan.
Jalan Reog di Kelurahan Turangga menjadi magnet wisata fesyen hijab. Dari grosir hingga butik premium, Lengkong menjadi referensi utama bagi pelaku industri modest fashion. Potensi ekspor modest fashion dari Bandung terus meningkat, dan Lengkong menjadi simpul penting dalam rantai pasoknya. “Kami ingin menjadikan Lengkong sebagai etalase hijab Indonesia,” ungkap seorang pelaku usaha lokal.

Di Gang Ruhana, Kelurahan Paledang, berdiri Kampung Toleransi, ikon wisata religi yang diresmikan Pemerintah Kota Bandung. Tiga rumah ibadah yakni masjid, gereja, dan wihara berdiri berdampingan, menjadi simbol harmoni yang langka di tengah urbanisasi.
Bahkan mural warna-warni hasil karya Karang Taruna menghiasi gang sempit, menjadikannya spot selfie dan prewedding yang digemari wisatawan muda. “Untuk acara Imlek, kadang rapatnya di masjid. Saat Natal, remaja masjid ikut mengamankan. Ini bukti saling menghargai,” tutur Agus.
RW 08, Jalan Pangaran, Kelurahan Cikawao, menjadi rumah bagi Kampung Wayang Urban Urang Bandung. Berdiri sejak 1964, kampung ini dirintis oleh Ruhiyat dan kini diteruskan oleh sang anak, Tatang.
Anak-anak sekolah dibimbing membuat dan mewarnai wayang, mengenal sejarah dan filosofi di balik tokoh-tokoh pewayangan. Ibu-ibu majelis taklim pun turut memproduksi topeng dan cenderamata khas sebagai bagian dari ekonomi kreatif komunitas. “Sekarang konsep wayangnya agak kekinian. Ada yang pakai baju superhero juga,” kata Agus.
Tak ketinggalan, Festival Lengkong Balakecrakan menjadi momentum penting untuk mengangkat citra Lengkong sebagai Malioboro-nya Bandung. Wilayah Lengkong Kecil, Lodaya, dan Burangrang dirancang sebagai koridor wisata pedestrian yang menggabungkan heritage, kuliner, dan seni jalanan.
Namun mimpi besar ini menghadapi tantangan nyata. Keterbatasan anggaran kecamatan dan belum optimalnya sinergi antar-SKPD menjadi hambatan utama. Salah satunya masalah parkir yang juga menjadi sorotan. Penumpukan kendaraan di titik-titik kuliner dan fesyen menuntut solusi konkret. “Kami harap ada taman parkir agar wisatawan nyaman,” tambahnya.

Menurut Open Data Kota Bandung, terdapat lebih dari 500 UMKM aktif di Kecamatan Lengkong hingga 2025. Sektor dominan meliputi kuliner, fesyen, kerajinan, dan jasa pendidikan. Pemerintah Kota Bandung telah menyiapkan program inkubasi bisnis dan digitalisasi UMKM untuk meningkatkan daya saing.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, menyatakan bahwa setiap kecamatan akan dikembangkan sebagai destinasi wisata mandiri. Lengkong menjadi salah satu prioritas karena kekayaan budaya dan kepadatan aktivitas ekonomi.
Dengan modal sosial yang kuat, potensi ekonomi kreatif yang beragam, dan semangat kolaborasi warga, Lengkong memiliki semua syarat untuk menjadi destinasi unggulan. Hal yang dibutuhkan kini adalah konsistensi kebijakan, dukungan lintas sektor, dan keberanian untuk mengeksekusi mimpi besar itu.
Lengkong menjadi contoh narasi tentang kota yang tumbuh dari keberagaman, kreativitas, dan semangat warga. Jika semua elemen bersatu, bukan mustahil Lengkong akan menjadi wajah baru pariwisata Bandung yang inklusif dan berdaya saing.
“Kami berharap kedepan agar masyarakat memahami tentang keberadaan Kecamatan Lengkong yang telah membuat beberapa kebijakan, kegiatan, program serta rencana strategis yang disusun sesuai dengan kebutuhan untuk masyarakat,” ujar Camat Lengkong saat ini, Aniya Rachmawati Soerya Poetri.
Alternatif produk kuliner Bandung atau UMKM serupa: