Di tengah gegap gempita kuliner Kota Bandung, satu nama tetap bertahan dan menawan hati sejak puluhan tahun lalu, yaitu Gorengan Cendana. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Ayo Biz

Gorengan Cendana, Rasa Jalanan yang Mengakar Sejak 1977

Senin 07 Jul 2025, 14:08 WIB

AYOBANDUNG.ID -- Di tengah gegap gempita kuliner Kota Bandung, satu nama tetap bertahan dan menawan hati sejak puluhan tahun lalu, yaitu Gorengan Cendana.

Meski tampil sederhana di sudut Jalan Bengawan, kehadirannya justru menantang logika. Sebab, di antara deretan mobil mewah yang kerap parkir di pinggir jalan menjelang sore, antrean panjang pembeli menunjukkan bahwa kelezatan tak selalu hadir dari etalase restoran bergengsi.

Mulai jam 12 siang, aroma gorengan yang menggoda mulai merebak. Di sinilah Yusuf Amin, pemilik dan perintis usaha legendaris ini, memulai hari-harinya.

Ia bukan hanya menjual kudapan ringan. Ia menyajikan warisan rasa, penuh kenangan dan konsistensi yang nyaris tanpa cela.

Kisah ini dimulai pada tahun 1977. Yusuf Amin dengan tekad sederhana memulai dagangannya di sebuah jalan kecil yang menjadi asal usul nama usahanya yakni Jalan Cendana.

“Nama Cendana saya ambil dari tempat pertama kali berdagang,” katanya saat berbincang dengan Ayobandung.

Seiring waktu, kisah Gorengan Cendana pun menyebar dari mulut ke mulut. Menurut Yusuf, sejak era 1980-an dagangannya mulai dikenal luas. Kini, namanya melekat erat sebagai gorengan legendaris di Bandung.

Meski banyak yang mencoba meniru, ada alasan kenapa Gorengan Cendana tetap punya tempat di hati pembeli.

“Pengunjung setia beli karena mungkin melihat kualitas rasa serta tekstur gorengan yang garing dan renyah,” kata Yusuf.

Ia tidak menyerahkan kualitas pada keberuntungan. Dari pemilihan bahan baku hingga teknik penggorengan, ia lakukan dengan pengawasan ketat.

“Kita selalu pilih yang terbaik untuk tetap menjaga kualitas,” tegasnya.

Gorengan Cendana. (Sumber: Ist)

Beberapa menu andalan seperti pisang goreng dan bakwan tahu (gehu) hampir selalu habis lebih dulu. Selebihnya, ada nanas goreng, bala-bala, molen, hingga gorengan kacang hijau dan combro. Dalam sehari, ia bisa mengolah hingga 50 kilogram pisang.

“Dulu bisa 1 kuintal per hari. Sekarang agak menurun mungkin karena persaingan, tapi tidak apa-apa, namanya juga usaha,” ujarnya.

Yang menarik, Yusuf Amin bukan pegiat media sosial. Namun tak disangka, justru dunia digital membawa angin segar dalam usahanya.

“Disadari atau tidak internet telah membantu pemasaran usaha saya. Sebab dari sana gorengan saya jadi banyak yang cari,” tuturnya.

Kebanyakan pelanggan baru datang karena penasaran setelah membaca ulasan di blog atau unggahan di media sosial. Tapi Yusuf tidak pernah melibatkan diri secara aktif di dunia maya.

“Mungkin itu kreativitas dari masyarakat saja,” katanya sambil tersenyum.

Gorengan Cendana bukan sekadar camilan sore hari. Ia adalah simbol ketekunan, konsistensi, dan kekuatan rasa yang tak pudar oleh zaman.

Di balik kesederhanaannya, terdapat filosofi hidup Yusuf Amin bahwa usaha yang tulus dan berkualitas akan menemukan jalannya sendiri, bahkan tanpa gembar-gembor.

Bagi siapa pun yang melintasi atau Tengah bervakansi di Bandung, sempatkan singgah di Jalan Bengawan.

Karena di sana, tak sekadar membeli gorengan, kamu menyantap kisah panjang tentang rasa, perjuangan, dan cinta Yusuf Amin terhadap cita rasa Indonesia.

Informasi Gorengan Cendana

Alamat di Jalan Bengawan No.56, Cihapit, Kota Bandung

Gofood: https://gofood.co.id/en/bandung/restaurant/gorengan-cendana-jalan-bengawan-56e1389d-a826-48d3-ac50-37472bad19e8

Kuliner Bandung serupa: https://s.shopee.co.id/20kHMxIhiO

Tags:
gorengan legendariskuliner Kota BandungGorengan Cendana

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Reporter

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Editor