AYOBANDUNG.ID -- Bandung bukan sekadar kota kreatif. Ia telah menjelma sebagai salah satu poros penting industri fashion lokal yang tak hanya menggema di Indonesia, tapi juga menancap kuat di pasar internasional.
Di tengah persaingan global, produk brand lokal asal Kota Kembang menunjukkan kepercayaan diri dan kualitas yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Di skena brand lokal, Indonesia cukup agresif membangun citra fesyen yang tak kalah dengan produk luar. Kota Bandung, khususnya, konsisten melahirkan gerakan-gerakan kreatif untuk membangkitkan semangat kebanggaan terhadap produk lokal. Salah satu inisiatif yang merepresentasikan semangat itu adalah gerakan Kartelokal.
Gerakan ini bukan sekadar wadah kolaborasi. Tajuk ini menjadi ruang berbagi, belajar, dan bertumbuh bersama bagi para pelaku brand lokal berbasis bisnis online. Di balik lahirnya gerakan ini ada kegelisahan dan harapan besar yang disuarakan oleh para inisiatornya, salah satunya adalah Ryanda Ibrahim.
"Sebenarnya bicara persaingan bisnis fesyen juga, jadi kegelisahan kita. Makanya kita bikin movement ini agar brand lokal sama-sama bisa kuat. Di sini juga sharing edukasi bisnis, pemilihan bahan hingga material," ungkap sang inisiator sekaligus founder dari brand lokal Terrel sportswear itu.
Gerakan ini dibangun atas keresahan bersama, sekaligus keinginan untuk memperkuat daya saing brand lokal melalui kolaborasi, bukan kompetisi. Kartelokal hadir dengan konsep B2B dan penekanan pada sisi penjualan, sekaligus membangun pengalaman vendor yang bisa disesuaikan oleh masing-masing brand.

"Tujuannya biar brand lokal sama-sama berdaya. Jadi gerakan ini bukan sekadar soal branding, tetapi juga pemberdayaan ekosistem bisnis lokal yang saling mendukung," lanjutnya.
Tak hanya tentang konsep jual beli, Kartelokal mengusung semangat identitas lokal yang dibalut dengan pendekatan modern. Dari proses pemilihan desain, sablon, hingga kurasi material, setiap brand diajak untuk tampil otentik namun relevan dengan dinamika pasar saat ini.
"Dari pendekatan yang fokus ke B to B, hingga menitikberatkan pada sale. Dari sharing sesama brand lokal hingga penjualan produk," tambah Ryanda.
Gerakan ini pun, kata Ryanda, menjadi laboratorium sosial bisnis yang menggabungkan edukasi, kreativitas, dan praktik bisnis nyata. Sebanyak 22 brand lokal Bandung bergabung dalam gerakan ini.
Nama-nama seperti Niion, Save My Monday, Jack Hammer, Footstep Footware, Applecoast, Freaher, W Essential, GGoodstuff, hingga Wallts dan Woodka, bukan hanya dikenal di dalam negeri, tapi juga mulai mengisi rak-rak fashion luar negeri.
Keberadaan brand-brand tersebut membuktikan bahwa kualitas, inovasi, dan konsistensi adalah modal utama dalam menembus pasar global. Kolaborasi di dalamnya membantu mereka menemukan pasar baru sekaligus memperkuat identitas sebagai brand yang berakar dari kearifan lokal.
Selain memfasilitasi proses kreatif, gerakan ini juga mendorong setiap brand untuk menciptakan cerita di balik produk mereka. Cerita tentang perjuangan, visi, dan keunikan menjadi bagian penting dalam membangun keterhubungan emosional dengan konsumen agar brand lokal tak lagi dipandang sebelah mata.
Ryanda menegaskan, melalui gerakan tersebut, brand lokal akhirnya bukan hanya bertahan, tapi berkembang dan meraih panggung yang lebih luas. Kota Bandung pun semakin kokoh sebagai tanah kelahiran gerakan kreatif yang memberi makna baru pada bisnis fashion lokal.
"Dengan style ini kita bisa bersaing. Makanya value utamanya sale hingga vendor experience, agar yang bisa pilih design sendiri, dari proses sablon sampai pemilihannya, yang akhirnya, kita juga bangung kolaborasi antarbrand," ujar Ryanda.
Informasi brand lokal Terrel sportswear
Instagram: https://www.instagram.com/terrelsportswear
Link pembelian produk brand lokal Terrel sportswear: