Kondisi Trotoar bagi Pejalan Kaki di Bandung (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Ayo Netizen

Bandung Harus Ramah bagi Pejalan Kaki

Selasa 23 Sep 2025, 21:10 WIB

Melihat aktivitas jalan kaki di berbagai belahan dunia di Asia seperti Jepang dan Korea menjadi kerinduan akan hadirnya Bandung yang ramah bagi pejalan kaki. Berkebalikan dengan negara maju yang menjadikan aktivitas jalan kaki sebagai gaya hidup sehat dan alternatif pengurangan polusi udara.

Pejalan kaki di Bandung justru kerap kali dianggap sebelah mata, dilihat sinis karena dianggap tidak memiliki uang untuk membeli kendaraan pribadi atau hanya sekedar membayar ongkos untuk transportasi umum.

Tak hanya itu pejalan kaki di Bandung kerap mendapat aksi pelecehan seksual dari manusia random yang melintasi jalanan. Begal payudara, cat calling dari para pria yang sedang duduk santai dipinggir jalan hingga saya pribadi pernah mendapat pengalaman tidak mengenakkan ketika ditampar oleh pria dewasa tak dikenal saat melintasi jalan Seokarno Hatta menuju Bunderan Cibereum.

Belum lagi bertemu dengan ODGJ yang seringkali mengamuk dan bertindak penuh agresif seperti memukul tanpa alasan. Tentu kondisi yang sangat jauh dari kata aman. Kondisi ini diperparah dengan jalan berlubang yang membahayakan seperti salah satu contohnya ada di Jalan Peta sekitar Apotek Surya Kencana. Bukan hanya membahayakan saat siang hari tapi ketika terjadi banjir area trotoar rata dengan air.

Banyak gulungan kabel PLN yang menumpuk dipinggir jalan yang entah ada potensi bahaya atau tidak. Aroma bau yang tercium dari tumpukan sampah yang dibuang sembarangan hingga para pedagang kaki lima yang mendirikan lapak tepat menghalangi jalan. Selain itu Bandung pun belum menyediakan trotoar yang ramah untuk penyandang disabilitas.

Warga mengambil air sumur yang berada di trotoar Jalan Cipaganti, Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

Trotoar di kawasan Bandung pun kerap berubah menjadi lahan parkir liar misalnya di kawasan Kebun Binatang Bandung atau sepanjang Jalan Dewi Sartika. Bahkan yang lebih menyedihkan adalah jalan sepanjang Cibaduyut--Sayuran seringkali pada satu sisi jalan tidak ada sama sekali trotoar.

Jalanan habis digunakan untuk pengguna kendaraan, bahkan ketika kemacetan tiba pejalan kaki seringkali berjibaku dengan sejumlah motor yang merasa terhalangi dengan menyalakan klakson.

Di sejumlah ruas jalan di Jendral Sudirman sebetulnya trotoar sudah nyaman dan luas tapi masih kerap dirampas oleh pengguna motor yang berniat melawan arah dan tidak mau repot untuk putar balik menuju kawasan Batas Kota Cimahi.

Bandung juga belum ramah bagi pejalan kaki yang berjalan di malam hari. Minimnya lampu jalan yang menerangi, berkumpulnya tunawisma yang tersebar dipinggiran jalan atau pertokoan dan sangat rawan dengan aksi krimininalitas karena terbatasnya CCTV.

Berbanding dengan wajah Jalan Braga yang lebih tertara rapih dan lebih ramah dibandingkan sejumlah trotoar di kawasan Bandung lainnya.

Hak-hak pejalan kaki di Kota Bandung faktanya sudah dirampas oleh banyak hal. Jangankan jalan kaki bisa menjadi gaya hidup sehat, untuk sekedar mengurangi polusi udara dengan berjalan kaki pun masih dipandang sebelah mata. (*)

Tags:
pejalan kakiBandungtrotoar

Dias Ashari

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor