Berbicara mengenai cabang olahraga yang melekat dengan Indonesia dan telah memberikan segudang prestasi kepada bangsa ini tiada lain yaitu bulu tangkis. Dengan cabor ini indonesia adalah salah satu negara yang disegani.
Banyak sekali legenda bulu tangkis yang telah lahir (khususnya sektor putra), sebut saja beberapa yang sangat menonjol seperti Rudi Hartono yg rekornya menjuarai 8 kali All England sampai saat ini belum terpatahkan atau bahkan belum ada yang menyamai. Kemudian ada Liem Swie King pemain yang pertama kali memperkenalkan teknik jumping smash (saat itu dikenal dengan nama King Smash) yang sampai saat ini ditiru oleh seluruh pemain bulutangkis dunia. Kemudian generasi berikutnya ada icuk sugiarto, Ardi BW, Alan Budikusuma dll., sampai dengan era Taufik Hidayat.
Di Sektor ganda putra kita juga tidak kekurangan pemain level atas dunia seperti Tjun Tjun/Djohan Wahyudi, Ade chandra/Christian Hadinata, Kartono/Heryanto, Ricky/Rexy dll. sampai era kevin/marcus, yang menurut saya ganda terakhir ini merupakan ganda putra terbaik yang pernah dimiliki Indonesia dengan mencatatkan rekor sebagai ganda terlama dalam sejarah bulutangkis menduduki ranking 1 Dunia.
Masuknya China sebagai anggota IBF (sekarang BWF), setelah unifikasi IBF dan WBF pada tahun 1981, dan mulai dipertandingkannya bulutangkis sebagai cabor resmi di Olimpiade Barcelona pada tahun 1992, banyak negara yang mulai menaruh perhatian pada cabor ini sehingga peta kekuatan bulu tangkis mulai berubah terutama dominasi china.
Negara-negara eropa yang biasanya didominasi oleh denmark dan inggris kini mulai bermunculan pemain dari negara eropa yang tidak punya tradisi prestasi bulutangkis seperti prancis , spanyol, jerman dll. yang mampu bersaing di level atas.
Dengan semakin tingginya persaingan dan meratanya peta kekuatan bulutangkis dunia, hal ini berimbas pada prestasi bulutangkis Indonesia, saat ini prestasi bulutangkis kita seperti mandek, jalan ditempat padahal kita adalah negara yang besar dan seharusnya tidak kurang talenta-talenta yang mumpuni, bandingkan misalnya dengan Taiwan yang luas negaranya kurang lebih seluas provinsi di Indonesia tapi tidak kurang talenta-talenta baru yang bermunculan dan mampu bersaing di level atas.
Prestasi di sektor tunggal putra belum ada pemain yang bisa meneruskan estafet prestasi selevel Taufik Hidayat, ganda putra belum ada yang sepadan dengan Marcus/Kevin, tunggal putri sudah lama sekali belum ada yang bisa menggantikan Susi Susanti, begitupun dengan ganda putri dan ganda campuran.
Dari sepinya prestasi saat ini yang dicapai oleh pemain kita, ada satu hal menarik perhatian saya dan menjadi oase bagi prestasi bulutangkis kita, yaitu ganda baru Fikri/Fajar (FiFa). Menurut informasi resmi ganda ini dipasangkan karena kebetulan pasangan masing-masing berhalangan hadir. tapi menurut saya ini adalah proyek sengaja yang dilakukan PBSI untuk mencoba bongkar pasang dan melakukan eksperimen di tengah mandeknya prestasi ganda putra.
Selama ini yg saya ketahui ada 2 tipikal pemain ganda dan sudah menjadi keniscayaan dan kebiasaan yaitu ada tipikal pemain yang berperan sebagai pemain depan sekaligus pengatur strategi dan permainan, dan ada tipikal pemain belakang sebagai eksekutor/pemukul/destroyer.
Yang menarik adalah ganda racikan Antonius Budi Ariantho ini, keduanya bertipikal sebagai pemain depan yang biasanya bagus di bola depan/net,memotong bola, dan bola bola lurus/drive. Racikan ini menurut saya brilliant. Kenapa? karena dengan racikan ini menjadikan permainan pasangan ini menjadikan lawan tidak nyaman dan kesulitan dengan pola permainan yg mengutamakan bola-bola lurus, pendek,dan cepat.
Selama ini biasanya permainan ganda bulu tangkis itu didominasi dengan pola memukul dari garis belakang. Ketika dihadapkan dengan bola-bola lurus yang cepat dan tiba-tiba dipotong di depan net, kebanyakan para pemain ganda saat ini kesulitan beradaptasi dengan pola seperti itu. Hal ini dibuktikan dengan debutnya pasangan FiFa di Jepang Terbuka 2025 mereka langsung bisa mencapai babak perempat final sebelum dikalahkan pasangan ranking 3 Dunia dari malaysia Goh Sze Fei/Nur Izzuddin, itu pun dengan rubber set dan skor tipis 13-21, 21-17, 20-22. Namun seminggu kemudian mereka berhasil menjuarai turnamen China Open, turnamen dengan level super series 1000, tidak kurang ganda-ganda top Dunia mereka kalahkan seperti pasangan Ranking 1 dunia Seo Sung Jae/Kim Won Ho mereka kalahkan di perempatfinal dengan skor 21-19, 21-14. Kemudian ganda no 4 Dunia Liang Wei Keng/Wang Chan (China) mereka kalahkan di semifinal dengan skor 21-19, 21-17, dan di final mereka mengalahkan pasangan ranking 2 dunia Aron Chia/ Soh Wooi Yik dengan skor meyakinkan 21-15, 21-14.

Analisa saya, kedepannya akan banyak ganda dunia yang akan meniru pola ini, karena ada beberapa keuntungan bila adaptasi dengan pola ini:
Permainan akan lebih cepat selesai karena dengan pola permainan seperti ini akan mendapatkan poin lebih cepat.
Stamina pemain relatif tidak akan terkuras dibanding dengan pola yang mengandalkan smash-smash dari garis belakang yang banyak menguras stamina.
Usia pemain akan lebih panjang dan masih bisa bersaing meskipun sudah melewati usia 30 tahun.
Yang terakhir, bagi PBSI sendiri seharusnya ini menjadikan pelajaran bahwa dengan melakukan hal yang tidak biasa menghasilkan hal yang luar biasa. Seyogyanya hal ini diikuti dengan melakukan pembaharuan dan perubahan manajemen pada level strategis maupun teknis. Tata kelola perekrutan talenta-talenta muda secara terbuka dan objektif. Kita percaya PBSI, bahwa pemain yang bisa masuk Cipayung memang layak dengan prestasi yang ditunjukan secara objektif. Berani melakukan perubahan terhadap sistem dan pakem-pakem yang telah usang dan diganti dengan perubahan inovatif dan revolusioner.
Akhirnya saya tutup tulisan ini dengan mengutip kata-kata motivasi dari Quotesilove: "Hidup adalah tentang perubahan. Jika kamu tidak berubah, kamu akan mandek dan mati. Jadi pergilah ke sana, terapkan sikap baru, belajarlah dari kesalahanmu dan jangan pernah berhenti tumbuh!". Kita berharap Prestasi bulutangkis indonesia terus berkibar di setiap turnamen, dan tidak akan pernah mati. (*)