Museum Geologi Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Ayo Netizen

Gaya Art Deco pada Museum Geologi Bandung

Minggu 09 Nov 2025, 11:19 WIB

Beberapa peninggalan bangunan tua yang ada di Bandung dibangun pada masa kolonial atau Hindia Belanda. Yang hingga kini masih terawat dan tentunya memiliki nilai sejarah yang sangat penting. Baik bagi Kota Bandung sendiri, dan juga bagi kekayaan budaya Nusantara, termasuk untuk pengembangan potensi wisata.

Salah satu bangunan tertua adalah Museum Geologi Bandung, yang secara resmi berdiri sebagai museum pada tanggal 16 Mei 1929 pada gedung yang dibangun mulai tahun 1928 oleh pemerintah Hindia Belanda.

Bangunan ini dirancang oleh arsitek Ir. Menalda van Schouwenburg dalam gaya Art Deco dan melibatkan sekitar 300 pekerja dalam pembangunannya. Bangunan ini berlokasi di Jl. Diponegoro No. 57, Kota Bandung.

Museum ini sangat penting, karena Museum Geologi menyimpan koleksi batuan, fosil, mineral dan artefak geologi lainnya yang hasil dari survei dan penelitian sejak abad ke-19 dan awal abad ke-20. Gedungnya sendiri adalah bangunan cagar budaya yang memiliki nilai historis dan arsitektural tinggi.

Sebagai museum yang telah beroperasi selama hampir seabad, ia menjadi saksi perkembangan penelitian serta pendidikan kebumian di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Ini juga menjadi cagar artefak budaya yang difungsikan untuk penelitian dan observasi geologi.

Bangunan ini memiliki potensi pengembangan wisata jangka panjang, Museum Geologi Bandung memiliki banyak potensi untuk berkembang menjadi destinasi wisata budaya dan edukasi yang berkelanjutan. Berikut beberapa aspek dan rekomendasi, antara lain:

1) Keunggulan yang bisa dikembangkan. Dalam edukasi dan sekolah: sebagai museum dengan tema ilmu kebumian, sangat cocok untuk kunjungan sekolah, kampus, dan workshop geologi. Wisata heritage/arsitektur: Bangunan bergaya Art Deco dan sejarah kolonial bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang tertarik arsitektur dan sejarah kota Bandung.

Lokasi strategis: Terletak di pusat kota Bandung, mudah diakses oleh wisatawan domestik maupun internasional.

Paduan wisata ilmu dan rekreasi: Menggabungkan pengalaman belajar (edukasi) dengan rekreasi ringan — museum tidak hanya untuk pengunjung “serius” tapi juga keluarga dan anak-anak.

2) Tantangan yang perlu diatasi, perlu ada informasi dan pembaruan pameran, agar tetap menarik, koleksi dan penyajian harus terus diperbarui dengan teknologi interaktif (AR/VR), multimedia, storytelling yang engaging.

Pengelolaan museum: Perawatan bangunan tua memerlukan sistem anggaran yang tidak kecil, dan pengelolaan pengunjung harus disesuaikan agar pengalaman tetap nyaman.

Pemasaran: meningkatkan pengawasan dan kehati-hatian bahwa museum ini bukan “museumnya sekolah” saja, tapi bagian dari rute wisata kota Bandung.

Diversifikasi wisata: Menarik segmen wisatawan bukan hanya lokal, tapi mancanegara, termasuk dengan layanan bahasa, paket ziyarat plus wisata kota, kemitraan dengan hotel/tour operator.

Museum Geologi Bandung. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Magang Foto/Bonggo Pribadi)

3) Rekomendasi pengembangan jangka panjang: membuat program tematik atau pameran temporer yang mengaitkan tema geologi dengan isu global seperti perubahan iklim, bencana alam, energi terbarukan — hal ini dapat menarik pengunjung yang bukan spesialis.

Menyediakan tour guided bilingual/internasional, sehingga menarik wisatawan asing.

Mengoptimalkan digitalisasi koleksi, aplikasi pemandu audio/video, konten media sosial, sehingga museum bisa “hidup” juga secara online.

Mengembangkan paket wisata edukasi+rekreasi misalnya kolaborasi dengan area alam di sekitar Bandung (gunung, kawah, lava flow) untuk menjadikan museum sebagai “pintu masuk” pengalaman langsung.

Meningkatkan fasilitas kenyamanan: kafetaria, toko suvenir, area anak-anak, dan ruang event untuk komunitas/geologi/sekolah.

4) Manfaat jangka panjang: penguatan identitas kota Bandung sebagai kota yang tidak hanya “kota kuliner & belanja”, tapi kota dengan warisan ilmu, budaya, dan sejarah.

Kontribusi terhadap ekonomi lokal — museum yang ramai pengunjung bisa meningkatkan bisnis di sekitar (kafe, transportasi, hotel).

Peningkatan kualitas pendidikan dan kesadaran publik terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui akses ke koleksi geologi.

Pelestarian warisan arsitektur dan budaya — museum bisa jadi contoh bagaimana kota menjaga bangunan tua dan menjadikannya bagian dari wisata modern.

Dalam konsep jangka panjang, terutama pengelolaan tata ruang kota perlu diperhatikan agar bangunan ini menjadi aset budaya daerah, yang tidak boleh tidak, pemerintah daerah harus tetap dipertahankan dan tentunya terus bersinergi dengan pengembangan potensi wisata secara nasional.

Museum Geologi Bandung memiliki posisi strategis sebagai salah satu museum tertua dan kaya akan koleksi sekaligus bangunan bersejarah di Kota Bandung. Dengan pengelolaan dan pengembangan yang tepat, museum ini berpotensi menjadi destinasi wisata jangka panjang yang menggabungkan edukasi, heritage, dan rekreasi — sekaligus memperkuat citra Bandung sebagai kota wisata yang berwawasan. (*)

Tags:
Museum Geologi Bandunggaya art deco

Vito Prasetyo

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor