Bandung Tertawa Pukul 13.30, Ada Si Kundang

bram herdiana
Ditulis oleh bram herdiana diterbitkan Minggu 09 Nov 2025, 10:24 WIB
Ilustrasi orang Bandung pada 1980-an. (Sumber: Pexels/Daniel Lee)

Ilustrasi orang Bandung pada 1980-an. (Sumber: Pexels/Daniel Lee)

Pada pukul  13.30 WIB di Bandung pada era 1980-an, ada satu kebiasaan unik kalangan masyarakatnya, yaitu menunggu siaran radio bernama ‘Sempal Guyon Parahyangan Si Kundang’ di Radio Garuda Bandung.

Saat itu, panas siang hari seolah tak terasa, karena setiap sudut kota  dipenuhi suara tawa yang pecah bersamaan. Orang-orang menghentikan sejenak rutinitasnya atau sambil beraktifitas, menyetel pesawat radio, kemudian mendengarkan setiap hari celotehan kocak duet  maut pendongeng radio  legendaris yaitu Tisna Suntara dan Andi R Djauhari.

Bandung di tahun 1980-an, pesawat radio menjadi hiburan utama di tengah keterbatasan siaran televisi. Maka, ketika jarum jam menunjukkan setengah dua siang, ada semacam kesepakatan tak tertulis di antara warga Bandung, ini saatnya mendengarkan Si Kundang.

Bagi para ibu rumah tangga, waktu itu menjadi momen santai setelah beres-beres memasak untuk makan siang. Para pelajar yang sudah pulang sekolah berada di rumah. Para sopir angkot memutar volume radionya lebih keras agar penumpang ikut tertawa. Sementara para karyawan yang sedang istirahat makan siang sering menempelkan telinga pada radio kecil di warung atau pos satpam. Bandung seolah berhenti sejenak untuk satu hal yakni  tertawa bersama.

Menariknya, pendengar acara ini datang dari berbagai usia dan kalangan. Anak-anak menikmati gaya bicara lucu para tokohnya, remaja tertawa karena leluconnya segar dan relevan, sementara orang tua justru menemukan nostalgia dan kritik sosial yang cerdas di balik guyonan tersebut. Bahkan mereka yang biasanya serius tak  luput dari pesona siaran ini.

Acara Sempal Guyon Parahyangan Si kundang menjadi ruang bersama di mana semua batas sosial luluh oleh humor Sunda yang segar, jenaka, dan hangat. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa radio ini berhasil menyatukan masyarakat Bandung melalui tertawa bersama secara serentak.

‘Sempal Guyon Parahyangan Si Kundang’ bukan sekedar sandiwara radio biasa. Ia adalah dongeng komedi, kombinasi antara lawakan, kritik sosial, dan kisah rakyat yang dibumbui kearifan lokal Sunda.

Setiap episodenya mengangkat cerita berbeda  mulai dari keseharian warga kampung, keanehan pejabat, hingga kisah cinta kocak anak muda. Dialognya mengalir alami, diselingi sindiran halus terhadap perilaku manusia modern yang mulai kehilangan kesederhanaan.

Kekuatan utama acara ini adalah kemampuannya membuat pendengar tertawa tanpa merasa digurui. Guyonan yang dilontarkan tidak kasar, tapi cerdas, penuh permainan kata khas Sunda. Tak heran jika pendengar sering kali menunggu-nunggu bagaimana nasib Si Kundang, Mang Minta atau Si Oded dan lainnya di episode berikutnya.

Di balik kesuksesan besar acara ini, berdirilah dua sosok yang luar biasa, Tisna Suntara dan Andi R Djauhari. Keduanya bukan hanya penyiar, tapi juga seniman sejati radio. Mereka memerankan banyak karakter dengan suara dan gaya bicara yang berbeda-beda, seolah di balik mikrofon itu ada satu kampung penuh tokoh hidup.

Beberapa karakter yang paling dikenal di antaranya: Si Kundang, Pak Kurdi, Ibu Iting, Mang Minta, Abah Jangkung, Ema Uti, Mas Paijo, dan Si Oded dkk. Keduanya memainkan semua karakter ini secara kompak dan alami. Kadang, tanpa sadar pendengar lupa bahwa semua suara itu berasal dari dua orang yang sama. Mereka bukan hanya lucu, tapi piawai menciptakan keakraban lewat suara.

Dalam setiap tawa, selalu terselip rasa hangat seperti mendengar cerita dari tetangga sendiri. Misalnya hal ini tergambar Ketika mendengarkan salah satu judul dongengnya yaitu ’KU MANTEGA’ yang artinya memakai mentega.

Ada satu fakta menarik yang membuat acara ini semakin fenomenal, pada pukul setengah dua siang, hampir seluruh penduduk Bandung mendengarkan ‘Sempal Guyon Parahyangan Si Kundang’ bahkan para penyiar muda dari stasiun radio anak muda yang biasanya tampil penuh gaya dan gengsi, ikut terdiam untuk mendengarkan siaran tersebut.

Radio Garuda Bandung seketika menjadi pusat perhatian seluruh kota. Suara khas Tisna dan Andi seolah menjadi alarm sosial jika terdengar tawa di mana-mana, itu artinya “Si Kundang” sedang mengudara. Tak ada siaran lain yang mampu menyaingi popularitasnya. Di warung, di pabrik, di sekolah, bahkan di kantor pemerintahan semua mendengarkan hal yang sama. Bandung seperti memiliki satu detak irama yang sama, tawa kolektif di siang bolong.

Ketenaran ‘Sempal Guyon Parahyangan Si Kundang’ juga membawa efek besar bagi industri radio saat itu. Rating siaran radio-radio swasta lain langsung merosot tajam setiap kali program ini tayang.

Fenomena ini menjadi pelajaran penting dalam dunia penyiaran radio bahwa kekuatan utama radio bukan hanya pada teknologi atau kemasan modern, melainkan pada isi dan kedekatan emosional dengan pendengarnya. Dan itu yang dimiliki oleh Tisna Suntara dan Andi R Djauhari keaslian, spontanitas, dan humor yang membumi lalu  akrab dengan pendengar ketika terkadang  nama-nama para pendengarnya disebut sehingga pendengar merasa terlibat.

Radio lawas pada masa lalu. (Sumber: Pexels/Adiardi Zulfansyah)
Radio lawas pada masa lalu. (Sumber: Pexels/Adiardi Zulfansyah)

Pada masa itu, sekitar awal 1980-an, siaran radio swasta masih terbatas jangkauannya. Sinyalnya hanya bisa ditangkap di sekitar wilayah Bandung Raya. Belum ada jaringan nasional, belum ada internet, apalagi siaran streaming seperti sekarang.

Namun keterbatasan itu justru membuat suasana menjadi lebih intim. Pendengar merasa memiliki “dunia kecil” sendiri yang hanya bisa dinikmati warga Bandung dan sekitarnya. Inilah yang membuat ‘Sempal Guyon Parahyangan Si Kundang’ terasa eksklusif dan lokal, sekaligus memperkuat identitas budaya Sunda di tengah perubahan zaman.

Acara ini pertama kali muncul di awal dekade 1980-an. Selain versi siang yang menjadi favorit, ada juga siaran malam di hari Selasa, meskipun yang paling ramai tetap edisi siang hari. Di waktu itulah, ‘Sempal Guyon Parahyangan Si Kundang’ mencapai puncak popularitasnya.

Ketenarannya bertahan bertahun-tahun, melintasi generasi pendengar. Banyak orang dewasa di tahun 2000-an masih bisa menirukan suara Si Kundang, Pak Kurdi atau Mang Minta bukti betapa dalamnya kesan yang ditinggalkan acara yang penuh dengan obrolan kocak itu.

Kini, ketika dunia sudah berubah dengan kehadiran internet dan hiburan digital, kenangan tentang ‘Sempal Guyon Parahyangan Si Kundang’ tetap hidup dalam ingatan masyarakat Bandung. Ia bukan sekadar acara radio, tapi bagian dari sejarah kebudayaan Sunda modern simbol bagaimana tawa bisa menyatukan masyarakat.

Tisna Suntara dan Andi R Djauhari telah menunjukkan bahwa humor bukan sekadar lucu-lucuan, melainkan juga seni komunikasi dan refleksi kehidupan. Di balik kelucuan Si Kundang dan kawan-kawan, tersimpan kritik sosial, pesan moral, dan potret kehidupan para rakyat kecil yang jujur serta apa adanya melalui Theater of Mind bagi pendengar, yaitu membantu imajinasi melalui suara dan dialog.

Kini, meskipun sudah  tidak ada lagi, gema tawa dari ‘Sempal Guyon Parahyangan Si Kundang’ masih terasa di memori hati mereka yang pernah mendengarkannya. Para generasi lama Bandung serasa mendengar kembali irama musik jaipongan yang mengawali acara terus suara khas Tisna dan Andi yang bersahut-sahutan di udara.

Mereka bukan hanya penyiar mereka adalah penjaga tawa dan kenangan sebuah kota.  Bandung, dengan segala kehangatan dan kelucuannya, akan selalu mengenang momen ketika seluruh warganya bersatu dalam tawa, karena satu siaran fenomenal ‘Sempal Guyon Parahyangan Si Kundang’ yang fenomenal  dizamannya. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

bram herdiana
Tentang bram herdiana
GURU SMK PARIWISATA TELKOM BANDUNG
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 13:34 WIB

Hikayat Kasus Reynhard Sinaga, Jejak Dosa 3,29 Terabita Predator Seksual Paling Keji dalam Sejarah Inggris

Kasus Reynhard Sinaga mengguncang dunia. Pria asal Depok itu menyimpan rahasia kelam. Di penjara Wakefield, ia menua bersama 3,29 terabita dosa yang tak bisa dikompresi.
Reynhard Sinaga.
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 12:45 WIB

Menyelami Makna di Balik Mereka(h), Wisata Rasa dan Imajinasi di Tengah Ruang Seni

Tak hanya untuk pecinta seni, Grey Art Gallery mengundang siapa pun yang ingin menikmati keindahan.
Suasana pengunjung Grey Art Gallery yang menjadi bagian dari cerita mereka yang perlahan merekah, 4 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Mutiara Khailla Gyanissa Putri)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:44 WIB

West Java Festival, Konser Musik atau Acara Budaya?

West Java Festival 2025 tak lagi sekadar konser. Mengusung tema 'Gapura Panca Waluya'.
West Java Festival 2025 (Foto: Demas Reyhan Adritama)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:06 WIB

Burayot, Camilan Legit Khas Priangan yang Tersimpan Rahasia Kuliner Sunda

Bagi orang Sunda, burayot bukan sekadar pengisi perut. Ia adalah bagian dari kehidupan sosial.
Burayot. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:45 WIB

Tak Pernah Takut Coba Hal Baru: Saskia Nuraini Sang Pemborong 3 Piala Nasional

Saskia Nuraini An Nazwa adalah siswi berprestasi tingkat Nasional yang menginspirasi banyak temannya dengan kata-kata.
Saskia Nuraini An Nazwa, Juara 2 lomba Baca Puisi, Juara 3 lomba unjuk bakat, juara terbaik lomba menulis puisi tingkat SMA/SMK tingkat Nasional oleh Lomba Seni sastra Indonesia dengan Tema BEBAS Jakarta. (Sumber: SMK Bakti Nusantara 666)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:24 WIB

Bandung Macet, Udara Sesak: Bahaya Asap Kendaraan yang Kian Mengancam

Bandung yang dulu dikenal sejuk kini semakin diselimuti kabut polusi.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:47 WIB

Ketika Integritas Diuji

Refleksi moral atas pemeriksaan Wakil Wali Kota Bandung.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:36 WIB

Perpaduan Kenyal dan Lembut dari Donat Moci Viral di Bandung

Setiap gigitan Mave Douchi terasa lembut, manisnya tidak giung, tapi tetap memanjakan lidah.
Donat mochi lembut khas Mave Douchi dengan tekstur kenyal yang jadi favorit pelanggan (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 08:39 WIB

Sejarah Letusan Krakatau 1883, Kiamat Kecil yang Guncang Iklim Bumi

Sejarah letusan Krakatau 1883 yang menewaskan puluhan ribu jiwa, mengubah iklim global, dan menorehkan bab baru sejarah bumi.
Erupsi Gunung Krakatau 1883. (Sumber: Dea Picture Library)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 21:04 WIB

Mama Inspiratif dan Perjuangan Kolektif Mengembalikan Sentuhan Nyata dalam Pengasuhan

Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar.
Ilustrasi. Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar. (Foto: Freepik)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 18:39 WIB

Dari Studio Kecil hingga Panggung Nasional, Bandung Bangkit Lewat Nada yang Tak Pernah Padam

Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an.
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 11 Nov 2025, 17:22 WIB

Hikayat Buahbatu, Gerbang Kunci Penghubung Bandung Selatan dan Utara

Pernah jadi simpul logistik kolonial dan medan tempur revolusi, Buahbatu kini menjelma gerbang vital Bandung Raya.
Suasana Buahbatu zaman baheula. (Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 17:00 WIB

Proyeksi Ekonomi Jawa Barat 2025: Menakar Potensi dan Risiko Struktural

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 15:20 WIB

Bakmi Tjo Kin Braga Jadi Ikon Kuliner yang Tak Lekang Waktu

Sejak 1920 Bakmi Tjo Kin telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Bandung, sebuah warung tua yang bernuansa klasik ini terletak di Jalan Braga No. 20
Tampak Depan Warung Bakmi Tjo Kin (Foto: Desy Windayani Budi Artik)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:38 WIB

Bandung, Antara Heritage dan Hype

Bangunan heritage makin estetik, tapi maknanya makin pudar. Budaya Sunda tersisih di tengah tren kafe dan glamping.
Salah satu gedung terbengkalai di pusat Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Muhamad Firdaus)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:21 WIB

Mengintip Cara Pengobatan Hikmah Therapy yang 'Nyentrik' di Bandung

Praktik pijat organ dalam di Bandung yang memadukan sentuhan, doa, dan ramuan herbal sebagai jalan pemulihan tubuh dan hati.
Ibu Mumut berada di ruang depan tempat praktik Hikmah Therapy. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Fira Amarin)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:00 WIB

Potret Inspiratif Cipadung Kidul dari Sales Keliling hingga Kepala Seksi Kelurahan

Budi Angga Mulya, Kepala Seksi Pemerintahan Cipadung Kidul, memaknai pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian.
Kepala Seksi Pemerintah Kelurahan Cipadung Kidul, Budi Angga Mulya (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 13:05 WIB

Menapak Jejak Pandemi dalam Galeri Arsip Covid-19 Dispusipda Jawa Barat

Dispusipda Jawa Barat menghadirkan Galeri Arsip Covid-19 sebagai ruang refleksi dan edukasi bagi masyarakat.
Koleksi Manekin Alat Pelindung Diri (APD) dikenal dengan nama baju Hazmat yang mengenakan tenaga kesehatan dalam menangani Covid 19 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Fereel Muhamad Irsyad A)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 11:25 WIB

ASN Frugal Living, Jalan Selamat ASN dari Jerat Cicilan dan Inflasi?

Dengan frugal living, ASN dapat menjaga integritas dan stabilitas keuanganny
Ilustrasi ASN. (Sumber: Pexels/Junior Developer)