Dua Wajah Zaman Berlari di Bandung

bram herdiana
Ditulis oleh bram herdiana diterbitkan Jumat 26 Sep 2025, 14:03 WIB
Warga melakukan aktivitas lari pagi di kawasan Dago, Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Djoko Subinarto)

Warga melakukan aktivitas lari pagi di kawasan Dago, Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Djoko Subinarto)

Olahraga lari adalah aktivitas sederhana yang dapat dilakukan siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Tidak memerlukan lapangan khusus, tidak butuh aturan rumit, dan bisa dilakukan secara individu maupun berkelompok. Justru karena kesederhanaannya, lari menjadi salah satu olahraga yang selalu hidup di berbagai zaman, termasuk di Kota Bandung.

Namun, meskipun aktivitas dasarnya sama, cara masyarakat Bandung berlari pada era tahun 1980-an dan 2020-an sangatlah berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh perubahan kondisi kota dalam ruang tata dan wilayah, perkembangan teknologi yang mengiringinya, serta transformasi gaya hidup Masyarakat yang dinamis berubah.

Dalam tulisan ini, saya mengajak pembaca untuk menengok perbedaan dua zaman tersebut, mulai dari suasana Kota Bandung pada masanya, lokasi favorit berlari, peralatan yang digunakan, hingga tradisi unik yang mengiringinya. Dengan menengok ke belakang dan membandingkannya dengan masa kini, kita bisa melihat bagaimana olahraga lari bukan hanya sekadar aktivitas fisik, tetapi juga cermin perubahan sosial dan budaya masyarakat Bandung yang modern.

Mereka yang pernah hidup di Bandung pada tahun 1980-an tentu masih mengingat betapa sejuk dan tenangnya kota ini. Jalanan belum seramai sekarang, kendaraan bermotor tidak sebanyak di masa sekarang, dan pepohonan besar  nan hijau masih tumbuh rimbun di banyak wilayah kota.

Suasana inilah yang membuat Bandung layak disebut sebagai kota yang nyaman untuk berjalan kaki maupun berlari menyusuri jalanan kota yang pernah menjadi tempat dilaksanakan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955.

Pada masa tersebut, olahraga lari bukanlah bagian dari gaya hidup modern seperti sekarang. Ia lebih merupakan aktivitas mingguan yang menyehatkan dan menyenangkan, sering kali dilakukan pada pagi hari di akhir pekan. Pelari tidak perlu khawatir akan macet atau polusi udara, karena jalanan masih lengang dan udara begitu bersih.

Gedung-gedung ikonik seperti Gedung Sate dan Alun-alun Bandung menjadi tujuan favorit, bukan hanya karena lokasinya strategis, tetapi juga karena area tersebut luas, asri, dan sering dijadikan titik kumpul warga. Masyarakat kota Bandung yang berada di Kawasan Tengah dan Barat cenderung berlari menuju Alun-alun Bandung. Sedangkan yang di kawasan  Timur berlari ke Gedung Sate atau Lapangan Gasibu.

Empat dekade sudah berlalu, penampakan Kota Bandung telah berubah drastis. Modernisasi dan pertumbuhan penduduk menjadikan kota ini padat, ramai, dan sering kali macet. Lalu lintas yang semerawut dan polusi udara membuat lari di sembarang tempat tak lagi senyaman dulu.

Kota Bandung dinobatkan sebagai kota termacet di Indonesia oleh TomTom Traffic Index 2024, hal ini terungkap melalui laporan yang baru dirilis pada pertengahan tahun 2025. Data tersebut menunjukkan waktu tempuh rata-rata 32 menit 37 detik untuk 10 km, di mana warga diperkirakan kehilangan waktu sekitar 108 jam per tahun karena kemacetan. Penyebab utamanya adalah jumlah kendaraan pribadi yang tinggi dan infrastruktur jalan yang tidak seimbang dengan pertumbuhan kendaraan. 

Namun, perubahan ini tidak menyurutkan semangat warga Kota  Bandung untuk tetap berlari. Justru, lahirlah konsep baru bahwa olahraga lari sebagai gaya hidup sehat modern menyusuri jalanan di kota yang pernah dijuluki Paris Van Java ini.

Ilustrasi Foto Jogging. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ilustrasi Foto Jogging. (Foto: Dok. Ayobandung.com)

Salah satu perbedaan paling mencolok antara lari di tahun 1980-an dan 2020-an adalah soal peralatan. Pada era 1980-an, pelari cukup mengenakan kaos oblong, celana pendek, dan sepatu olahraga seadanya. Tidak ada yang peduli merek, model, atau teknologi sepatu.

Bahkan sering juga memakai seragam olahraga sekolah yang penting nyaman dipakai, tidak memperhatikan gaya penampilan. Tidak ada para fotografer yang mengabadikan kegiatan para pelari mingguan ini sebab pada zaman itu, para fotografer hanya memotret orang-orang yang berkunjung ke alun-alun Bandung sebagai wisatawan bukan pelari mingguan.

Sebaliknya, pada tahun 2020-an, lari tidak lepas dari perangkat modern serba digital dan tercatat. Sepatu lari kini dilengkapi teknologi bantalan udara, material ringan, bahkan ada yang diklaim bisa meningkatkan kecepatan. Jam tangan pintar atau smartwatch menjadi teman wajib, lengkap dengan sensor detak jantung, GPS, hingga perhitungan kalori.

Aplikasi seperti Strava atau Garmin Connect merekam setiap langkah, jarak, dan kecepatan, menjadikan lari bukan hanya aktivitas fisik, melainkan juga kompetisi digital bahkan secara social sebagai eksistensi diri. Pada saat ini pelari-pelari sering diabadikan oleh para fotografer yang berjejer sepanjang jalan tempat berlari misalnya seperti yang sering terlihat di jalan dago bahkan sebagian ruas jalan dago selalu digunakan arena Car Free Day setiap dua minggu sekali.

Perbedaan lainnya adalah pada malam hari menjelang lari esok paginya merupakan hal menarik serta membedakan olahraga lari pada dua zaman tersebut tradisi yang menyertainya sangan berbeda. Pada 1980-an, malam sebelum lari sering kali diisi dengan kegiatan berkumpul di rumah teman. Malam minggu menjadi ajang menginap, bercanda, dan ngobrol hingga larut malam.

Keesokan paginya, meskipun badan masih tidak fit karena telat tidur atau bahkan belum mandi sekalipun, berlari di hari minggu pagi adalah keharusan jadi mereka tetap berlari bersama. Kesederhanaan dan kebersamaan menjadi ciri khasnya.

Sementara itu, pada 2020-an, tradisi berubah. Malam sebelum lari sering kali digunakan untuk mempersiapkan peralatan mengisi baterai smartwatch, memilih outfit yang sesuai, hingga menyiapkan aplikasi lari. Banyak pelari modern juga mengikuti komunitas resmi, yang mengatur jadwal latihan, target jarak, bahkan rencana ikut lomba maraton. Nuansa kebersamaan tetap ada, namun lebih terstruktur dan formal.

Terlepas dari semua perbedaan, ada tali koneksi yang menghubungkan lari di kedua zaman ini dalam hal tujuan yang sama, yaitu menjaga kesehatan tubuh. Pada tahun 1980-an, kesehatan dipahami secara sederhana, tubuh segar, bugar, dan bisa beraktivitas dengan baik.

Lari adalah cara murah dan mudah untuk mewujudkannya. Pada tahun 2020-an, meskipun ada tambahan target digital seperti ā€œpaceā€ atau ā€œ10 ribu langkah per hari,ā€ esensinya tetap sama untuk mendapatkan tubuh yang sehat adalah modal utama untuk menjalani kehidupan.

Perbandingan wajah zaman antara olahraga lari di Bandung pada tahun1980-an dan 2020-an memperlihatkan dua wajah yang berbeda. Pada tahun 1980-an, lari adalah aktivitas sederhana, penuh kebersamaan, dan dilakukan tanpa peralatan canggih. Suasana kota yang sejuk dan lengang membuat aktivitas ini terasa natural.

Pada tahun 2020-an, lari menjadi bagian dari gaya hidup modern, dengan dukungan teknologi, outfit stylish, dan target terukur. Kota yang padat dan penuh polusi tak menyurutkan semangat, justru melahirkan komunitas-komunitas lari yang semakin berkembang. Beberapa komunitas lari di Bandung diantaranya  Indo Runners Bandung, Freerunners Bandung, Fakerunners Bandung dan PMS Running Club juga Sobat Sabtu.

Dua era ini berbeda dalam cara, tradisi, dan suasana, namun tetap memiliki tujuan yang sama: menjadikan tubuh sehat dan jiwa segar. Perubahan zaman hanya mengubah cara, bukan makna. Lari tetaplah lari, entah dilakukan dengan kaos oblong di pagi Bandung yang sejuk tahun 1980-an, atau dengan smartwatch canggih di tengah hiruk pikuk Bandung modern tahun 2020-an, yang terpenting, semangat bergerak tetap hidup dan diwariskan lintas generasi. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

bram herdiana
Tentang bram herdiana
GURU SMK PARIWISATA TELKOM BANDUNG
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 26 Sep 2025, 20:29 WIB

Sunda dan Buddha yang Langka Kita Baca

Sejarah menunjukkan pada dunia bahwa Sunda milik semua orang.
Mengintip Rupang Sang Buddha dari Samping Jendela Luar di Vihara Buddha Gaya, Kota Bandung. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Biz 26 Sep 2025, 18:43 WIB

Ombram dan Bandung yang Tak Pernah Sepi Nada

Ombram, band yang digawangi Brahmana Amsal (vokal), Opit Bey (gitar), dan Magi (drum) adalah simbol regenerasi, proyek yang lahir dari pertemuan tak terduga.
Ombram, band yang digawangi Brahmana Amsal (vokal), Opit Bey (gitar), dan Magi (drum) adalah simbol regenerasi, proyek yang lahir dari pertemuan tak terduga. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 26 Sep 2025, 18:04 WIB

Advokasi Kebijakan dan Komunikasi Publik: Jalan Menuju Pemerintahan Partisipatif

Pentingnya sinergi advokasi kebijakan dan komunikasi pejabat publik agar aspirasi rakyat tersalurkan dan kebijakan lebih partisipatif.
Pentingnya sinergi advokasi kebijakan dan komunikasi pejabat publik agar aspirasi rakyat tersalurkan dan kebijakan lebih partisipatif. (Sumber: Pexels/Tara Winstead)
Ayo Biz 26 Sep 2025, 16:55 WIB

Bandung dan Tren Gaya Hidup Terintegrasi, Bobobox Jadi Simbol Inovasi Lokal

Kota Bandung telah lama menjadi pusatnya kreativitas bagi generasi muda yang haus akan eksplorasi, baik dalam seni, teknologi, maupun kuliner.
Chief Commercial Officer Bobobox, Bayu Ramadhan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 26 Sep 2025, 16:01 WIB

Merawat Inovasi: Kunci Keberlanjutan Gerakan Pengelolaan Sampah di Kota Bandung

Bandung jadi gudang inovasi sampah. Keberlanjutan inovasi ASN akan mendorong pengelolaan sampah yang murah dan efektif.
Petugas memasukan sampah organik ke dalam drum komposter di Pasar Sederhana, Kota Bandung, Selasa 15 Oktober 2024. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 26 Sep 2025, 15:28 WIB

Kisah Bebek Kaleyo Menaklukkan Bandung, Ketika Kuliner Legendaris Bertemu Gaya Hidup Kekinian

Dari rendang hingga rawon, dari soto hingga bebek goreng, kuliner Indonesia terus beregenerasi, menjawab selera zaman tanpa kehilangan identitas.
Flagship outlet Bebek Kaleyo di Jalan Sumatera No. 5, Kota Bandung yang mempertemukan kuliner tradisional dengan estetika kekinian. (Sumber: dok. Bebek Kaleyo)
Ayo Netizen 26 Sep 2025, 14:03 WIB

Dua Wajah Zaman Berlari di Bandung

Tentang perbedaan kegiatan lari di Kota Bandung pada tahun 1980-an dengan tahun 2020-an.
Warga melakukan aktivitas lari pagi di kawasan Dago, Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Djoko Subinarto)
Ayo Jelajah 26 Sep 2025, 14:00 WIB

Jejak Sejarah Terowongan Kereta Lampegan Cianjur, Tertua di Indonesia

Dibangun pada 1879 oleh Staatsspoorwegen, Terowongan Lampegan menjadi jalur kereta tertua di Indonesia. Kini, lorong 415 meter ini tak hanya saksi sejarah kolonial, tetapi juga terkenal dengan legenda
Terowongan Kereta Lampegan Cianjur, tertua di Indonesia. (Sumber: KITLV)
Ayo Biz 26 Sep 2025, 11:03 WIB

Bukan Hanya Sekedar Olahan Susu, Yogurt Punya Segudang Manfaat

Yogurt merupakan produk olahan susu yang dibuat melalui proses fermentasi bakteri baik, seperti Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Hasil fermentasi ini menghasilkan rasa asam
Ilustrasi Foto Yougurt (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 26 Sep 2025, 10:03 WIB

Kedai Susu Murni Legendaris di Jalan Pungkur

Susu murni sejak lama dikenal sebagai minuman bergizi tinggi yang kaya akan protein, baik untuk menjaga kebugaran tubuh. Di Bandung, minuman ini mudah ditemui karena wilayahnya dikelilingi sentra
Ilustrasi Susu Murni (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 26 Sep 2025, 09:30 WIB

Cara Baru ASN Naik Kelas: Belajar Diakui, Karier pun Melaju

Corpu dan RPL membuka jalan baru untuk ASN, diakui jadi syarat karier ataupun studi lanjut.
Ilustrasi PNS di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Jelajah 25 Sep 2025, 21:10 WIB

Hikayat Konflik Lahan Dago Elos yang jadi Simbol Perlawanan di Bandung

Dari eigendom verponding peninggalan Belanda, konflik tanah Dago Elos menjelma simbol perlawanan warga kecil melawan modal besar.
Forum Dago Melawan di Depan Polrestabes Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 25 Sep 2025, 20:03 WIB

Islam dengan Citra Rasa Lokal

Sungguh tak berlebihan bila kita meneguhkan Sunda dan kemajemukan budaya sebagai napas bersama.
Indahnya Masjid Raya Al Jabbar. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 25 Sep 2025, 18:30 WIB

Gercep, FOMO, dan Instagramable: Milenial dan Gen Z Membentuk Arah Baru Industri Kuliner Kekinian

Industri kuliner kekinian di Indonesia tengah mengalami transformasi besar, didorong oleh perubahan perilaku konsumsi generasi milenial dan Z.
Industri kuliner kekinian di Indonesia tengah mengalami transformasi besar, didorong oleh perubahan perilaku konsumsi generasi milenial dan Z. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 25 Sep 2025, 17:28 WIB

Sinergi UMKM dan Institusi, Bechips Jadi Bukti Ekspor Bukan Mimpi

Bandung kembali menegaskan reputasinya sebagai kota kreatif yang melahirkan pelaku usaha tangguh, salah satu kisah sukses terbaru datang dari UMKM Bechips.
Kisah sukses terbaru datang dari Bechips, salah satu UMKM Kota Bandung yang berhasil menembus pasar ekspor Jepang secara mandiri. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 25 Sep 2025, 17:17 WIB

Bandung Menjelang Sore di Kawasan Kopo Area

Bandung menjelang sore di kawasan kopo area layaknya pesta pora, riuh dan ramai oleh sejumlah kendaraan yang memadati jalanan.
Kemacetan di Kawasan Kopo, Senin, 22 September 2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 25 Sep 2025, 16:16 WIB

Rampak Gitar The Revolution Is, Ketika Musik Jadi Suara Petani

Rampak Gitar Akustik The Revolution Is di Bandung menegaskan satu hal: revolusi agraria di Indonesia belum selesai.
Rampak gitar di Taman Cikapayang. Abah Omtris (tengah depan) berdiri di samping putri Mukti-Mukti, Kembang Padang Ilalang. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 25 Sep 2025, 15:00 WIB

Asal-usul Nama Geografis BaribisĀ 

Nama geografis Baribis di Kabupaten Majalengka dijadikan nama patahan oleh Van Bemmelen.
Penggalian pasir ini menyingkapkan bukti adanya Patahan Baris di Desa Cibuluh, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)
Ayo Biz 25 Sep 2025, 12:53 WIB

Semangat Menembus Batas, Inspirasi dari Niko untuk Pelaku UMKM di HUT Kota Bandung ke-215

Di HUT ke 215, Kota Bandung tak hanya merayakan sejarah dan kemajuan, tapi juga semangat warganya yang tercermin dari Niko, pelaku UMKM yang sukses menembus pasar global.
Owner CV Bechips Indonesia, Niko Saputra dan sang istri saat menunjukkan produk andalannya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 25 Sep 2025, 12:45 WIB

Emplod, Cemilan Tradisional yang Tak Pernah Kehilangan Penggemar

Jawa Barat dikenal dengan kekayaan kulinernya yang beragam. Sayangnya, tidak semua jajanan khas mampu bertahan di tengah derasnya tren makanan modern. Emplod
Ilustrasi Foto Emplod (Foto: Pixabay)