Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Ayo Netizen

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Jumat 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Berburu kuliner baik dari konten yang sedang viral atau secara sengaja blusukan ke tempat-tempat yang jarang terjamah memang suatu hal yang menyenangkan. Namun harapan rasa yang bisa memuaskan lidah tak selamanya berbuah indah.

Beberapa makanan rasanya sangat jauh dengan ekspektasi yang telah diriview enak bagi beberapa konten kreator. Bahkan saya pernah mengalami mendapat harga kuliner yang cukup mahal karena di awal tidak tercantum harga pada menu yang ditampilkan.

Pengalaman ini memang tergantung selera masing-masing. Tapi tidak ada salahnya berbagi informasi secara jujur.

Seblak Viral di Braga (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Pertama seblak yang pernah viral di Braga. Awalnya saya tertarik dengan seblak yang bersangkutan karena sering muncul di fyp media sosial. Ketertarikan saya semakin yakin ketika melihat beberapa konten kreator besar meriview seblak ini dengan cara menggugah selera. Seblaknya memang punya konsep yang berbeda karena terdapat varian bumbu cobek yang dibuat secara dadakan dalam coet (tempat mengulek sambal). Diantaranya seblak umumnya dengan cabai giling merah--saya rasa seblak satu ini punya ciri khas dengan rasa yang autentik.

Namun segala hal yang ditampilkan di media sosial cukup berbeda dengan kenyataannya. Saat datang kondisi warung memang tidak sepenuh yang terlihat di sosmed. Saat berkesempatan melihat secara langsung pengolahannya ternyata sejak prosesnya pun cukup mengecewakan. Saya kira sambal dengan cabai segar bisa diulek secara dadakan tapi penjual hanya menjadikan cobek sebagai tempat singgah bahan seblak yang sudah direbus lalu ditambahkan sambal cair dari wadah dan diaduk secara merata. Saat dihidangkan sensasi panas dari seblak sudah hilang karena cenderung hangat kuku dan rasa sambalnya terasa tidak segar karena sepertinya ini sambal yang digiling blender-- seperti sambal seblak pada umumnya. Harga yang diberikan juga cukup mahal dengan porsi yang disajikan.

Gorengan Viral di Cibadak (Sumber: google doc)

Kedua, lontong dan gorengan viral di Cibadak. Sebetulnya kuliner yang satu ini sudah banyak peminatnya jauh sebelum viral di media sosial. Ketika menuju pasar baru--salah satu jalan pintas bisa melewati jalan Cibadak. Ketika lewat saya sering melihat pengunjung datang dan mengantri panjang dan beberapa diantaranya makan dipinggir trotoar dengan kursi plastik.

Akhirnya saya kembali tertarik mencoba setelah viral dan melihat beberapa riview mengatakan rasanya enak. Untuk harga makanan ini memang sedikit lebih mahal dari gorengan dan lontong pada umumnya. Tekstur lontongnya sedikit lebih padat dan rasa isian ayamnya biasa saja karena sedikit lebih manis. Tekstur gorengannya terlalu tebal bagi saya dan sedikit hambar karena tidak terasa gurih. Sementara bumbu oncom yang disiram dominan dengan rasa asam dan sedikit pedas. Secara keseluruhan rasanya sangat jauh dari ekspektasi review konten kreator.

Bakso di sekitaran BKR-Tegalega. (Sumber: Dias Ashari | Foto: Dokumentasi Penulis)

Ketiga, Bakso di sekitaran BKR-Tegalega. Pertama kali melihat bakso ini tergugah karena ukurannya yang besar dengan promosi daging pilihan. Setelah mencoba rasa kuah tetelan dan bihunnya lumayan enak tapi bakso dengan bentuk love yang dipesan sangat jauh dari ekspektasi.

Rasa baksonya sedikit berbeda dari baso pada umumnya, warna bakso setelah dibuka sedikit terlihat warna pink dan rasa daging cingcang didalamnya biasa saja. Meski demikian tempat ini sangat ramai dikunjungi.

Soto daging Cibadak (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Keempat, soto madura yang ada di jalan Cibadak. Soto memang enak dimakan saat kuahnya masih panas--dicampur dengan nasi menjadi menu yang cocok dimakan saat sarapan. Namun ini menjadi soto pertama yang tidak sesuai dengan ekspektasi.

Kuahnya lebih banyak dar potongan daging dengan rasa kuah yang kurang gurih dan aroma kunyit yang lebih strong. Dengan rasa demikian saat akan membayar penjual mematok harga Rp.60.000 untuk satu porsi soto, nasi putih dan air mineral.

Nasi Goreng dengan banyak cabang di Bandung (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Kelima, Nasi goreng ini sudah terkenal jauh sebelum sosial media ramai digunakan oleh masyarakat. Varian rasa dengan ciri khas rempah menjadi keunikan sendiri bagi kuliner yang satu ini. Saya pribadi pernah mencoba kuliner ini saat pertama kali kemunculannya dan rasanya enak. Namun akhir bulan kemarin saat nostalgia berburu kuliner yang satu ini kualitasnya terasa mengecewakan.

Nasinya tidak panas, kikilnya terpisah dan juga dingin-- diluar ekspektasi lembut saat berpadu dengan panasnya nasi goreng. Tempatnya cukup ramai dengan pengunjung tapi mejanya sedikit lengket dan butiran nasi yang jatuh ke lantai tidak dibersihkan. Terasa kurang nyaman karena kebersihan di tempat ini tidak terlalu diperhatikan.

Baca Juga: Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Kelima kuliner di atas menjadi pengalaman saya pribadi perihal kuliner dan segala rasanya. Menu di atas tentu tidak merepresentasikan makanan tersebut enak atau tidak.

Review ini bukan tentang baik dan buruk, sekadar selera. Karena kuliner sangat berhubungan dengan cita rasa masing-masing individu. Lidah punya preferensi berbeda dan pengalaman kuliner setiap orang tidak sama. (*)

Tags:
review makanankuliner viral

Dias Ashari

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor