Mengurai Rindu yang Terbendung dengan Kuliner Minangkabau di Bandung

Henri Sinurat
Ditulis oleh Henri Sinurat diterbitkan Senin 17 Nov 2025, 12:14 WIB
Ilustrasi makanan khas Minangkabau. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Midori)

Ilustrasi makanan khas Minangkabau. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Midori)

Pagi di kawasan Pasar Buku Palasari selalu punya cerita. Saya selalu berupaya datang di pagi hari jika ke kawasan ini. Bukan hendak membeli buku, karena tentunya para penjual buku belum lagi ada. Saya sengaja datang untuk mencari sarapan kuliner khas Minangkabau. Mungkin bagi sebagian masyarakat di Bandung sudah mengenal Katupek Kapau Uni Rita di Palasari. Tidak jarang juga saya mencari sarapan ala Minangkabau di warung kaki lima Katupek Uda Naldi di kawasan Citarum. Belum lagi dengan Sate Padang yang terkenal di seberang Universitas Padjajaran, kampus Jalan Dipatiukur.

Kedai-kedai ini terletak di kaki lima atau mempunyai tempat yang sederhana. Namun kuliner Minang tidak terbatas untuk kalangan kaum ekonomi menengah ke bawah. Sebut saja Rumah Makan Simpang Raya, Rumah Makan Bumus, Rumah Makan Sabana Kapau, dan masih banyak lagi rumah makan yang menyajikan kuliner Minangkabau di Bandung. Rumah makan ini dapat saya katakan sebagai tempat makan premium. Mengingat tempatnya yang besar, bersih, mewah, dan juga tarif yang lebih tinggi dari rumah makan kebanyakan. Namun demikian, penetapan ini bukan tanpa dasar. Sehingga wajar saja ada istilah “ada harga ada rupa”.

Pemandangan ini sudah akrab di Bandung. Di setiap sudut kota, dari kaki lima hingga restoran berpendingin udara, kuliner Minangkabau hadir dengan berbagai wajah. Ada yang mempertahankan gaya tradisional, ada pula yang tampil modern dengan konsep kafe. Semuanya punya satu kesamaan, yaitu cita rasa yang membuat orang dapat melepas rindu dengan Ranah Minang. Oleh karenanya wajar jika banyak orang yang kembali datang.

Jejak Rasa dari Barat ke Priangan

Perjalanan kuliner Minangkabau di Bandung tidak bisa dilepaskan dari kisah para perantau. Banyak yang datang dengan niat sederhana untuk mencari penghidupan. Mereka membawa bekal paling berharga, yaitu kemampuan memasak dan berniaga. Dari situ, lahirlah warung-warung kecil di pinggir jalan yang kini tumbuh menjadi jaringan rumah makan Padang di seluruh penjuru kota.

Rasa yang kuat dan bumbu yang berani membuat masakan Minang mudah diterima lidah siapa pun. Dalam waktu singkat, kuliner Minang menjadi bagian dari selera kota ini. Meski sejatinya rumah makan ini sudah mempunyai pelanggan tersendiri, yaitu para pelajar atau perantau yang tinggal di Kota Bandung.

Jika mengingat cerita Abang penjual Nasi Padang menggunakan roda di kawasan Dago Atas pada era tahun 2009an, “Kuncinya tetap di rasa. Kalau enak, orang tidak peduli tempatnya kecil atau besar”. Oleh karenanya wajar jika para penjual Nasi Padang akan berupaya menyamakan cita rasa masakan dengan daerah asalnya

Bandung dikenal sebagai kota yang cepat menerima hal baru. Warganya terbuka, gemar mencoba, dan punya semangat eksplorasi. Itu sebabnya, berbagai kuliner dari daerah lain mudah tumbuh di sini. Keberadaan Kota Bandung yang terbuka turut membuka peluang bagi perkembangan kuliner Minangkabau.

Pelaku kuliner Minangkabau mulai memadukan nilai tradisi dengan ide-ide segar. Ada rumah makan yang dibuat dengan konsep kaki lima. Ada pula restoran yang menyajikan nasi Kapau dalam konsep prasmanan modern. Perubahan ini menunjukkan kemampuan pelaku usaha menyesuaikan diri dengan ritme kota tanpa kehilangan karakter asli masakannya.

Bandung memberi ruang untuk itu. Di tengah dinamika gaya hidup urban, cita rasa Minang justru menemukan bentuk baru. Bagaimana tidak, saya dapat menikmati segelas Teh Talua di dalam ruangan sejuk berpendingin.

Ilustrasi masakan khas Minangkabau. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Gunawan Kartapranata)
Ilustrasi masakan khas Minangkabau. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Gunawan Kartapranata)

Sebagai kota kreatif dunia, Bandung sudah memiliki ekosistem yang mendukung sektor kuliner. Pemerintah kota memberi ruang bagi usaha kecil, mengadakan pelatihan, dan membuka peluang lewat berbagai festival makanan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Dinas Koperasi dan UMKM sering melibatkan pelaku kuliner lokal dan perantau dalam berbagai ajang promosi.

Langkah ini memberi dampak langsung. Usaha kuliner Minangkabau tidak lagi berjalan sendiri. Mereka masuk ke dalam arus besar ekonomi kreatif Bandung, bersama para pelaku kopi, roti, dan jajanan kekinian.

Namun, tantangannya tetap besar. Persaingan di bidang kuliner semakin ketat. Di sinilah pentingnya arah kebijakan yang memperhatikan keberagaman pelaku usaha. Dukungan terhadap pelatihan, akses bahan baku, dan promosi digital bisa membantu mereka bertahan sekaligus berkembang.

Bandung memiliki potensi untuk menjadi etalase kuliner Nusantara. Setiap daerah membawa rasa dan kisahnya sendiri, dan kota ini bisa menjadi panggung yang mempertemukan semuanya.

Restoran Minangkabau Kini

Beberapa tahun terakhir, restoran Minangkabau di Bandung tampil dengan wajah baru. Desainnya lebih modern, konsepnya lebih rapi, tapi esensinya tidak berubah. Rendang masih dimasak dengan santan dan rempah yang sama, hanya cara penyajiannya yang disesuaikan dengan gaya hidup kota.

Kreativitas seperti ini membuat kuliner Minang terus hidup di Bandung. Kuliner Minangkabau tidak berhenti sebagai pelepas rindu para perantau. Tetapi berkembang dan diminati masyarakat luas di Kota Bandung. Di satu sisi hal ini adalah peluang bisnis yang membutuhkan tenaga kerja. Namun di sisi lain keberadaannya juga sebagai bentuk penghargaan terhadap tradisi Minangkabau.

Masyarakat Bandung sendiri tampaknya menyambut baik keberadaan kuliner Minangkabau. Beberapa tempat yang saya kunjungi bahkan memberlakukan sistem antrian kepada pengunjungnya. Tentunya hal ini menjadi pertanda positif bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung. Jika disimak lebih jauh, bahkan para wisatawan yang berkunjung juga menyempatkan diri untuk menikmati Kuliner Minangkabau di Kota Bandung.

Maraknya kuliner Minangkabau membawa dampak ekonomi yang luas. Banyak tenaga kerja terserap, rantai pasokan bahan makanan bergerak, dan sektor wisata kuliner ikut hidup. Wisatawan yang datang ke Bandung kini tidak hanya mencari surabi atau seblak, tapi juga ingin mencicipi rendang dan sate Padang dari tempat yang sedang viral di media sosial.

Keberagaman ini memperkaya citra Bandung sebagai kota wisata kuliner. Pemerintah kota bisa memanfaatkan momentum ini dengan memperluas promosi kuliner lintas budaya. Misalnya dengan membuat peta wisata kuliner tematik yang menghubungkan makanan khas berbagai daerah yang tumbuh di Bandung.

Langkah semacam itu tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga memperkuat identitas Bandung sebagai kota yang terbuka dan penuh rasa.

Modernisasi sering membawa risiko sehingga nilai-nilai tradisi perlahan tergerus oleh tren. Namun, pelaku kuliner Minang di Bandung umumnya punya kesadaran kuat menjaga resep dan cara memasak warisan keluarga. Di dapur mereka, rempah masih digiling manual, santan masih diperas dari kelapa segar.

Kesetiaan pada cara lama ini menjadi bentuk penghormatan terhadap asal-usul mereka. Sementara dari sisi pelanggan, ada penghargaan tersendiri pada keaslian rasa yang tetap terjaga.

Rendang, gulai, dan dendeng balado tidak hanya menjadi sajian menu semata. Keberadaan kuliner khas Minangkabau ini menjadi simbol kebanggaan yang terus diwariskan.

Baca Juga: Ditinggal Wahana Dreamland, Bukit Teletubies Cicalengka Bertahan berkat Kopi

Perkembangan kuliner Minangkabau di Bandung menunjukkan bagaimana rasa bisa menjembatani banyak hal, diantaranya budaya, ekonomi, bahkan arah kebijakan pemerintah kota. Di tangan para perantau, masakan Minang menemukan ruang tumbuh di kota yang menghargai kreativitas dan keberagaman.

Bandung menjadi rumah kedua bagi cita rasa dari Sumatera Barat. Di sini, rendang dan sambal lado tidak hanya memanjakan lidah, tapi juga memperkaya identitas kota yang terus bergerak maju.

Selama pemerintah kota terus memberi ruang bagi pelaku usaha dan masyarakat tetap setia pada rasa yang jujur. Sehingga kuliner Minangkabau akan tetap hidup di Bandung. Kuliner Minang tidak menjadi pelengkap saja, tetapi juga menjadi bagian dari denyut nadi kehidupan Kota Bandung. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Henri Sinurat
Tentang Henri Sinurat
Analis Kebijakan Pusat Pembelajaran Dan Strategi Kebijakan Talenta Aparatur Sipil Negara Nasional Lembaga Administrasi Negara
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:55 WIB

Wayang Golek Sindu Parwata Gaungkan Pelestarian Budaya Sunda di Manjahlega

Pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata di Manjahlega gaungkan pelestarian budaya Sunda dan dorong generasi muda untuk mencintai budaya lokal sunda.
Suasana pagelaran Wayang Golek di Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jumat (5/9/2025), di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Ayu Amanda Gabriela)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:30 WIB

Menyoal 'Sora' Sunda di Tengah Sorak Wisatawan

Sora Sunda tidak harus berteriak paling keras untuk tetap hidup dan bertahan. Ia cukup dimulai dari kebiasaan kecil.
Mengenalkan budaya dan nilai kesundaan bisa dilakukan lewat atraksi kaulinan barudak. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:10 WIB

Kenaikan Gaji ASN, antara Harapan Dompet dan Reformasi Birokrasi

Kenaikan gaji ASN bukan sekadar soal dompet, tapi ujian sejauh mana birokrasi mampu menukar kesejahteraan menjadi kinerja.
Ilustrasi PNS di Bandung Raya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)