kota bandung yang terkenal dengan berbagai macam kulinernya dan selalu menghadirkan kejutan kuliner, salah satu nya minuman khas ranah Minang yang berhasil menempuh perjalanan dari Sumatera Barat hingga ke tanah Pasundan. Teh Talua, adalah minuman khas Padang yang sudah turun temurun menjadi salah satu minuman tradisional yang dapat menambah stamina, menghangatkan tubuh, sekaligus pelepas penat setelah bekerja seharian.
Kini, minuman khas ranah Minang itu sudah bisa ditemui di Bandung, tepatnya di Jalan Soekarno, sebelum Bundaran Cibiru dan menjadi pelepas rindu bagi perantau Minang yang menetap di kota ini.
Teh Talua bukan minuman biasa yang bukan hanya sekadar teh manis hangat yang dicampur telur, tetapi merupakan sebuah racikan budaya yang menyimpan makna mendalam khususnya bagi perantau minang. Di asalnya, minuman ini biasa disajikan saat malam hari, ketika pria Minang pulang dari ladang atau berdagang. Teh Talua dianggap sebagai teman setia untuk mengembalikan tenaga, memperbaiki suasana hati, sekaligus menghangatkan tubuh yang lelah. Kini, Teh Talua itu hadir kembali di Bandung meski jaraknya ribuan kilometer dari Padang.
Secara tradisional, Teh Talua dibuat dari campuran telur ayam kampung, gula pasir atau gula tebu, jeruk nipis, serta teh hitam pekat yang panas. Proses pembuatannya cukup unik dimana kuning telur dikocok bersama gula hingga berbusa, dan hampir mengembang seperti krim lembut. Buih itulah yang menjadi ciri khas minuman ini. Setelah cukup halus, barulah teh panas dituangkan perlahan, menghasilkan campuran berlapis bahkan ada yang menambahkan susu juga. Rasanya manis, legit, sedikit creamy, dan hangat.
Akan tetapi, pengalaman pertama mencicipi Teh Talua tak selalu mudah bagi orang yang belum kenal dengan racikan ini. Banyak orang terutama yang berasal dari luar Sumatera mengaku merasa mual saat pertama meminumnya. Tekstur creamy bercampur teh panas terkadang membuat tenggorokan perlu beradaptasi. Tetapi, sebagaimana banyak kuliner tradisional lainnya, rasa Teh Talua adalah sesuatu yang didapat dengan kebiasaan. Ketika sudah terbiasa, justru kenikmatan khasnya mulai terasa. Banyak orang yang awalnya menolak, kini justru menjadi pelanggan setia.
Bagi para perantau Minang di Bandung, keberadaan kedai Teh Talua di kawasan Soekarno Cibiru ini lebih dari sekadar tempat minum. Ia adalah ruang pelepas rindu meskipun sebentar. Di sana, mereka dapat sejenak kembali pada memori kampung halaman dengan suasana malam di Padang, percakapan hangat di kedai kecil, atau sekadar kebiasaan kumpul bersama keluarga maupun teman sesama perantau sambil menikmati minuman ini.
"Kalau saya lagi merasakan rindu kampung salah satu yang saya cari adalah teh talua karena cukup mengingatkan saya dengan kampung halaman dan suasananya apalagi minumnya bersama teman-teman perantau minang, dan melepas tawa, bercerita dengan bahasa minang serasa lagi berada di kampung sendiri" ujar seorang mahasiswa asal padang yang menetap di Cibiru.
Kata-katanya sederhana, tetapi menyimpan makna yang dalam. Tidak sedikit perantau yang mengakui bahwa secangkir Teh Talua mampu mengobati rindu yang terasa.
Menariknya, meskipun Teh Talua adalah minuman tradisional, ia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Bandung yang terkenal suka mencoba hal-hal baru. Banyak yang penasaran dengan rasa minuman telur dalam teh. Ada yang datang karena ingin mencari pengalaman kuliner unik, dan ada juga yang datang setelah diajak oleh teman yang berasal dari minang.
Baca Juga: Mengurai Rindu yang Terbendung dengan Kuliner Minangkabau di Bandung
Tidak sedikit pula kalangan pekerja yang menjadikan Teh Talua sebagai “booster” untuk menambah energi setelah seharian bekerja. Teksturnya yang lembut dan efek hangatnya membuat tubuh cepat kembali semangat.
Bandung, sebagai kota yang ramah terhadap berbagai kuliner, menerima kehadiran Teh Talua dengan cukup baik. Bahkan beberapa kedai mulai mencoba memvariasikan minuman ini seperti menambahkan madu, menambahkan tape, rempah, atau susu. Namun bagi penikmat teh talua, yang terbaik tetaplah yang dibuat dengan cara tradisional yaitu dengan telur, gula, teh pekat, dan sedikit perasan jeruk nipis untuk menghilangkan amis. Tanpa tambahan apa pun, rasanya sudah menjadi perpaduan sempurna antara manis, creamy, dan hangat.
Kehadiran Teh Talua di Bandung adalah bukti bahwa kuliner tradisional punya kekuatan lintas daerah. Ia tidak hanya dapat menghangatkan tubuh, tetapi juga membawa cerita, identitas, dan sejarah panjang dari kampung asalnya. selain itu, ia membuktikan bahwa rasa bisa menjadi jembatan rindu.
Pada akhirnya, secangkir Teh Talua tidak hanya menjadi minuman penambah stamina, tetapi juga menjadi penghubung antara masa kini dan masa lalu, antara tanah rantau dan kampung halaman, antara rindu dan penerimaan. (*)