Sebagai warga Surabaya yang merantau di Bandung sekaligus pecinta bus AKAP luxury, saya melihat Terminal Cicaheum punya potensi besar yang belum terlihat. Terminal ini hanya menjadi titik transit keberangkatan ke wilayah timur Jawa, namun kondisinya masih jauh dari kata representatif. Fasilitas umum yang ada, belum mendukung kenyamanan penumpang dan suasana terminal yang belum mencerminkan standar pelayanan bus AKAP modern.
Tren perjalanan jarak jauh antarprovinsi kini sangat cepat berkembang, bahkan lebih mewah dan lebih nyaman dibanding kereta api. Bus AKAP premium (khususnya tipe sasis tronton dan double-decker), mulai digemari secara cepat oleh kalangan muda dan penumpang antarprovinsi. Sayangnya, belum ada terminal di Bandung yang siap menampung dan melayani armada bus double-decker dengan layak. Dari ketinggian atap, akses masuk, dan ruang tunggu juga belum disesuaikan dengan kebutuhan bus modern.
Sebagai penggemar bus AKAP luxury, saya sering memperhatikan bagaimana terminal di kota besar lain mulai berbenah untuk menyambut armada luxury. Efek dari situ, biasanya kebanyakan operator bus harus menyewa beberapa ruko atau bahkan membeli permanen ruko di tempat transit secara pribadi. Justru seperti itu, bagi saya bisa merugikan di kota Bandung sendiri.
Terminal yang bersih, terang, aman, dan ramah pengguna bus AKAP luxury bukan hanya memberi kenyamanan, tapi juga citra kota. Pendatang yang datang dengan bus premium akan menjadikan terminal sebagai kesan pertama (atau bahkan seterusnya) mereka terhadap Bandung. Kan eman juga ya, kalau sudah ada bangunan terminalnya namun hanya sebagai transit pemberhentian sementara (bukan menjadi titik naik utama).

Menurut saya, Walikota Bandung saat ini memiliki peluang besar untuk menjadikan Terminal Cicaheum sebagai ikon baru transportasi darat modern. Hanya saja, bisa memikirkan bagaimana merenovasi terminal Cicaheum secara fasilitas agar nyaman sebagai tempat pemberhentian utama bagi operator bus AKAP luxury, bukan hanya sebagai transit sejenak. Bukan hanya untuk pecinta bus premium, tapi untuk seluruh warga yang ingin mengandalkan armada AKAP luxury setiap harinya.
Selama saya pakai jasa transportasi bus AKAP luxury, saya sering merasakan perbedaan kualitas terminal di beberapa kota. Terminal kelas A di Semarang, Jakarta, dan Yogyakarta sudah mulai menyesuaikan desainnya dengan kebutuhan armada luxury. Namun berbeda dengan di Bandung, yang di mana masih jauh dari kata nyaman dari pengalaman saya.
Kehadiran bus double-decker bukan sekadar soal kendaraan besar, tapi juga soal standar pelayanan. Penumpang yang memilih moda ini biasanya mengharapkan kenyamanan sangat lebih, mulai dari ruang tunggu yang layak hingga sistem boarding yang tertib. Terminal yang belum siap secara teknis akan membuat pengalaman penumpang jadi kurang maksimal, bahkan bisa menurunkan minat masyarakat untuk dapat menggunakan transportasi umum modern.

Pembenahan terminal Cicaheum memengaruhi citra kota Bandung di luar konteks teknis. Meskipun Bandung dikenal sebagai kota kreatif, tidak banyak ruang publik yang mewakili semangat ini dalam hal transportasi darat. Terminal Cicaheum dapat berfungsi sebagai etalase baru yang menunjukkan bahwa Bandung serius membangun layanan publik yang fungsional dan estetik.
Dalam pembenahan terminal Cicaheum ini tidak bisa dilakukan sendiri, harus melibatkan antar sektor. Kolaborasi antara Pemkot, operator bus, arsitek lokal, dan komunitas transportasi bisa menghasilkan desain terminal yang inklusif. Terminal yang ramah difabel, ramah lansia, dan ramah penumpang dari bus AKAP luxury akan memberi dampak sosial yang luas.
Ke depannya saat terminal Cicaheum telah direnovasi dengan sangat matang, saya yakin akan semakin banyak dilirik operator bus AKAP luxury. Hal ini bisa membuka peluang rute baru yang lebih meluas, meningkatkan konektivitas antarprovinsi, dan menambah pertumbuhan perekonomian kota Bandung disektor wisata transportasi darat.
Baca Juga: Ujian Nyata Walikota Farhan: Normalisasi Sungai Cinambo atau Banjir Warisan?
Walaupun kota Bandung ini masih sedikit peminat dari operator Bus AKAP karena terminalnya belum begitu layak untuk disinggahi bus AKAP luxury. Untuk ke depannya jika terminal Cicaheum berhasil untuk direnovasi, saya optimis untuk kota Bandung bakal menjadi trayek yang menggiurkan. Berujung meningkatnya pendapatan kota Bandung itu sendiri.
Sebagai pecinta bus luxury, saya sangat berharap orang nomor satu (1) tersebut bisa melihat potensi ini dari adanya kedatangan armada bus AKAP luxury. Terminal Cicaheum bukan hanya tempat transit, tapi bisa juga menjadi simbol kemajuan Bandung dalam menghadirkan layanan transportasi darat yang modern, nyaman, mewah, aman, dan berkelas. (*)