Metro Jabar Trans (MJT), sebagai bentuk perubahan dari Trans Metro Pasundan (TMP), kerap digadang-gadang sebagai transportasi umum modern Bandung. Fasilitas bus yang bersih dan tertata, informasi jalur yang jelas, dan biaya yang rendah menjadikannya sebagai alternatif transportasi umum pilihan bagi berbagai kalangan.
Ternyata fasilitas bus yang nyaman dibaliknya terdapat kondisi halte yang kumuh, gelap tak beratap, dan sangat minim fasilitas harus menjadi fokus utama bagi Wali Kota Bandung, yaitu M Farhan.
Bahkan siapa sangka pada beberapa titik, halte yang seharusnya memberi kenyaman tersebut hanya sekadar papan bertuliskan “Bus Stop” tanpa pelindung, tempat duduk, informasi jalur, maupun lampu sebagai penerang. Kondisi halte tersebut dapat dilihat pada beberapa titik seperti wilayah Buah Batu, Antapani, Bojongloa dan Sukajadi, yang tak mampu melindungi penumpang dari teriknya panas matahari maupun derasnya hujan.
Dibalik keunggulannya seperti daya tarif rendah, kendaraan yang bersih dan tertata, serta rute yang jelas. Ketimpangan yang signifikan antara kualitas bus dan fasilitas halte ini menimbulkan pertanyaan bagi publik. “Apakah sudah cukup tepat dan layak untuk disebut sebagai transportasi yang aman dan nyaman?” Kemana perginya peran orang nomor satu di Kota Bandung tersebut, disaat banyaknya keluhan berdatangan akan kondisi halte yang tak terurus.
Puspita Sari, salah seorang penumpang yang mengaku telah menggunakan MJT selama dua tahun,mengungkapkan bahwa kenyamanan dan biaya yang terjangkau membuat ia lebih memilih MJT daripada transportasi umum lain.
"Saya lebih memilih Metro Jabar Trans karena merasa lebih nyaman dibandingkan yang lain, dan harganya un pas dikantong pelajar,” ujarnya pada 30 November 2025.
Sangat disayangkan, berbagai keunggulan yang dimiliki oleh transportasi modern tersebut tak menutup kenyataan dari kekurangan yang ada. “Fasilitas pada haltenya perlu diperbaiki kembali, karena menurut saya halte merupakan fasilitas yang sangat penting bagi penumpang untuk menunggu kedatangan bus,” tambah Puspita.
Tak hanya dirasakan oleh seorang, ternyata Nuriah, salah seorang penumpang, mengungkapkan bahwa ia sudah merasa nyaman dengan fasilitas bus, tetapi kurang merasa puas dengan fasilitas dan kondisi haltenya.
“Saya merasa fasilitas di dalam busnya sudah sangat nyaman karena tidak ada pedagang asongan, namun saya kurang puas dengan fasilitas haltenya,” ucapnya.

Halte bus yang seharusnya memberikan kenyamanan bagi para penumpang malah memberi kesan yang kurang mengenakan, karena banyaknya halte yang terbengkalai, kosong dan kumuh tak beratap, tak ada tempat duduk, penerangan maupun informasi jalur yang jelas. Kenyamanan, ketenangan, bahkan keamanan tak dapat dirasakan oleh penumpang karena kurangnya fasilitas tersebut, apalagi bagi penumpang yang menunggu pada malam hari.
Sebagai penutup, wanita berkacamata tersebut mengungkapkan harapan dan saran untuk pemerintah setempat demi meningkatkan fasilitas.
“Saya sangat berharap fasilitas bus terutama haltenya dapat diperbaiki dan ditingkatkan, jika bisa dibuatkan juga kuesioner berkala agar pemerintah tahu keluhan dari masyarakat mengenai kepuasan fasilitas MJT,” ujarnya.
Baca Juga: Penumpukan Sampah di Ujung Berung Sudah Tidak Terkendali, Warga Mulai Kewalahan
Melalui keluhan masyarakat sebagai penumpang, diharapkan petugas Pemerintah Kota Bandung, M Farhan dapat memberikan perhatian lebih pada prasarana penunjang layanan MJT yang selama ini terabaikan.
Perbaikan dan pembenahan halte bukan merupakan sebatas pelengkap, namun sebagai kunci untuk mewujudkan transportasi publik benar-benar fungsional dan layak bagi semua. (*)
