Kota Bandung kini dikenal sebagai kota yang kaya akan destinasi wisata. Namun, kemacetan yang parah menjadi masalah di setiap akhir pekan. Kemunculan banyak tempat baru yang dicap viral oleh warganet memicu antusias wisatawan. Situasi ini menimbulkan keraguan warga mengenai kemampuan Pemerintah Kota dalam mengelola mobilitas perjalanan yang meningkat.
Lonjakan wisatawan setiap akhir pekan menjadi pemicu utama kemacetan terutama ketika destinasi yang viral di media sosial dibanjiri pengunjung. Hal tersebut meningkatkan arus kendaraan yang memadat sejak pagi dan terus bertahan hingga malam hari karena orang-orang yang bergerak pada waktu bersamaan.
Keterbatasan ruang jalan semakin menonjol ketika volume kendaraan meningkat drastis pada akhir pekan. Kecepatan rata-rata kendaraan di Bandung kini berkisar belasan kilometer per jam pada jam sibuk. Angka ini menunjukkan bahwa tekanan mobilitas tidak lagi seimbang dengan kapasitas jalan.
Jumlah kendaraan pribadi di wilayah Bandung Raya telah mencapai jutaan unit. Kendaraan dari luar kota masuk dan menambah beban jalanan di setiap akhir pekan. Kondisi ini membuat banyak ruas jalan selalu berada pada titik jenuh. Tanpa opsi transportasi yang lebih efisien, warga tetap mengandalkan kendaraan pribadi.
Transportasi publik sebenarnya bisa menjadi solusi, namun belum mampu memberi keandalan yang merata di semua rute. Masyarakat akhirnya memilih opsi yang paling pasti, yaitu kendaraan pribadi, meski mereka tahu dampaknya pada kemacetan.
Tren wisata kuliner yang viral mendorong lonjakan perjalanan ke titik-titik tertentu dalam waktu singkat. Kawasan seperti Dago, Riau, Braga, dan Lembang menjadi zona padat yang sulit dikendalikan. Peraturan lalu lintas yang ada belum cukup bekerja dalam menghadapi pola kunjungan yang berubah cepat.
Fenomena kemacetan akhir pekan yang kerap viral sebaiknya menjadi perhatian khusus bagi Muhammad Farhan sebagai Wali Kota Bandung. Banyaknya unggahan warga mengenai antrean kendaraan di Pasteur dan jalur masuk-keluar kota menunjukkan bahwa masyarakat mengharapkan respons yang lebih cepat dan efektif dari pemerintah dalam mengatasi lambannya arus perjalanan.
Pemerintah Kota Bandung perlu memberikan edukasi lebih intens terkait perilaku berkendara yang tertib. Banyaknya pengendara yang berhenti mendadak atau memutar arah sembarangan terbukti memperburuk kemacetan, sehingga edukasi keselamatan dan penegakan aturan lalu lintas perlu diperkuat untuk mengurangi penumpukan kendaraan di berbagai titik.
Selain itu, optimalisasi teknologi pengaturan lalu lintas berbasis AI perlu diprioritaskan. Waktu tunggu lampu merah yang kurang proporsional dan cenderung terlalu panjang masih dikeluhkan para pengendara. Agar aliran kendaraan dapat berjalan lebih lancar, penyesuaian kembali durasi sinyal lalu lintas sangat diperlukan.
Melihat persoalan kemacetan yang bersifat menyeluruh, tokoh utama Kota Bandung, Muhammad Farhan perlu mengambil langkah strategis jangka panjang. Pola kemacetan pada akhir pekan sangat mungkin terus berulang dan mengganggu kenyamanan warga jika perubahan tak kunjung dilakukan.
Sebagai Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan dapat mempertimbangkan peningkatan kapasitas transportasi publik, baik dari jumlah armada maupun kualitas layanan. Penataan parkir dan pengawasan ketertiban di kawasan wisata juga perlu diperketat agar hambatan di jalan utama dapat dikurangi.
Pemerintah perlu mengoptimalkan penggunaan teknologi transportasi yang dapat menyesuaikan kondisi di lapangan. Di bawah kepemimpinan Muhammad Farhan, penerapan kebijakan yang konsisten dan koordinasi yang selaras antarlembaga dapat membuka peluang besar bagi Kota Bandung untuk memperbaiki keadaan lalu lintas dan mengembalikan kenyamanan mobilitas bagi warga maupun wisatawan. (*)
