AYOBANDUNG.ID -- Menjelang libur panjang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, kebutuhan energi masyarakat Indonesia diprediksi melonjak tajam. Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa konsumsi BBM pada periode libur akhir tahun biasanya naik antara 6–12 persen dibandingkan hari biasa. Sementara itu, konsumsi LPG meningkat sekitar 2–3 persen. Angka ini konsisten dengan tren tahunan yang dipantau melalui laporan resmi Direktorat Jenderal Migas.
Di lapangan, fenomena ini terlihat jelas. Jalur mudik seperti Nagreg, Tol Cipali, hingga jalur selatan Jawa Barat mengalami lonjakan kendaraan pribadi. SPBU di titik-titik strategis sering kali dipadati pengendara yang mengisi BBM sebelum melanjutkan perjalanan. Kondisi ini menuntut kesiapan distribusi yang lebih dari sekadar angka stok di terminal.
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat (JBB) menjadi salah satu contoh kesiapan. Mereka membentuk Satgas Nataru 2025–2026 untuk memastikan distribusi energi di Bandung, Tasikmalaya, Kabupaten Bandung Barat, hingga Jawa Barat bagian selatan.
Persiapan ini pun dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi masyarakat yang biasanya meningkat signifikan pada periode akhir tahun. Namun, kesiapan ini hanyalah satu bagian dari puzzle besar yang melibatkan koordinasi lintas instansi.
Area Manager Communication and Relation CSR Pertamina Patra Niaga Regional JBB, Susanto August Satria, menyampaikan bahwa pihaknya telah membentuk Satgas Nataru 2025–2026 untuk mengawal distribusi energi di wilayah Bandung, Tasikmalaya, Kabupaten Bandung Barat, hingga Jawa Barat bagian selatan.
"Pertamina Patraniaga Regional Jawa Bagian Barat, itu sudah membentuk Tim Satgas Natal Tahun Baru 2025-2026. Nah saat ini kita ada di wilayah Bandung yang meng-cover wilayah Tasik, kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, lalu juga ke arah ke Jawa Barat bagian Selatan," kata Susanto.
Menurut Susanto, stok BBM maupun LPG berada dalam kondisi aman. Terminal BBM Ujung Berung dan Padalarang bahkan telah menambah kapasitas stok untuk memperkuat daya tahan pasokan.
"Dapat disampaikan bahwa stok BBM maupun LPG untuk masa Satgas Natal dan Tahun Baru dalam keadaan yang aman. Bahkan juga di terminal BBM Bandung Group yang ada di Ujung Berung maupun di Padalarang juga sudah menambah kapasitas stoknya untuk menambah daya tahan daripada si BBM maupun LPG itu sendiri," ujarnya.
Namun, kondisi riil di lapangan menunjukkan tantangan berbeda. Di kawasan wisata seperti Pangandaran, Puncak Bogor, dan Ciwidey, antrean panjang di SPBU kerap terjadi. Pertamina menyiapkan SPBU Kantong di delapan lokasi wisata dan dua titik Tol Cisumdawu, tetapi distribusi tetap bergantung pada kelancaran logistik dan akses jalan.

Sales Area Manager Retail Bandung, Sindhu Priyo Windoko, menambahkan bahwa konsumsi BBM dan LPG diprediksi meningkat selama periode libur. Rata-rata pemakaian BBM periode Agustus–Oktober 2025 mencapai Pertalite 3.571 kiloliter per hari, Pertamax 1.248 kiloliter per hari, dan LPG bersubsidi 1.656 metrik ton per hari.
Sedangkan pada periode 15 Desember 2025 hingga 15 Januari 2026, konsumsi diperkirakan naik menjadi Pertalite 3.607 kiloliter per hari, Pertamax 1.301 kiloliter per hari, dan LPG bersubsidi 1.755 metrik ton per hari.
"Semuanya menjadi fokus kami, terutama yang menjadi konsumsi umum BBM maupun elpiji oleh masyarakat," kata Sindhu.
Untuk mendukung kelancaran distribusi, Pertamina menyiapkan SPBU Kantong di kawasan wisata seperti Pangandaran, Puncak Bogor, Kuningan, Ciwidey, Pelabuhan Ratu, Cimacan, Cilegon, dan jalur mudik Nagreg.
"SPBU kantong ada beberapa, yang ada di wilayah kami, kami siapkan 8 unit plus ada 2 juga di lokasi-lokasi yang mungkin di luar SPBU," jelas Sindhu.
Selain itu, Pertamina menyiapkan SPBU Kantong di dua titik Tol Cisumdawu, sehingga total terdapat 10 layanan tambahan selama masa libur Nataru.
"Jadi kita selain ada kantong, juga ada beberapa layanan tambah seperti modular yang itu di Tol Cisundawu ada 2 titik dan kemudian di Pangandaran ada masing-masing 2 titik. Jadi total ada 10 layanan tambahan," lanjutnya.
Kawasan prioritas distribusi energi pun menjadi perhatian khusus terutama destinasi wisata populer seperti Bandung, Garut, dan Pangandaran. Hal ini dilakukan untuk memastikan masyarakat yang berlibur maupun mudik tetap mendapatkan akses energi yang memadai.
Selain distribusi reguler, Pertamina menyiapkan skenario antisipasi bencana melalui pola alternatif suplai RAE (Reguler, Alternatif, Emergency).
"Untuk antisipasi ada kejadian bencana tentunya kita tidak harapkan ada bencana, namun demikian yang pertama jika ada bencana kita sudah mempunyai pola alternatif suplai seperti RAE. Jadi mau bencana itu terjadi kapanpun Insya Allah kita bisa tanggulangi," kata Sindhu.
Pertamina menyiapkan beberapa skenario RAE dengan kapasitas 25 persen, 50 persen, hingga 100 persen. Koordinasi dilakukan dengan terminal terdekat seperti Cikampek dan Tasikmalaya, serta aparat penegak hukum untuk memastikan distribusi berjalan lancar.
"Kita siapkan 4 persen untuk petalite dan teman-temannya, kalau untuk LPG sampai 1.656 metric ton," tutur Sindhu.
Dari sisi pemerintah, BPH Migas menegaskan bahwa pasokan BBM subsidi tetap menjadi perhatian utama. Bahkan, pengawasan dilakukan secara harian, terutama di daerah wisata dan jalur mudik. Hal ini untuk memastikan tidak ada kelangkaan yang merugikan masyarakat.
Namun, masyarakat di lapangan masih menghadapi tantangan distribusi. Beberapa SPBU di jalur selatan Jawa Barat melaporkan antrean panjang hingga 30 menit. Pedagang kecil di kawasan wisata juga mengeluhkan keterlambatan distribusi LPG, meski stok nasional dinyatakan aman.
Kementerian ESDM melalui laporan monitoring energi tahunan menekankan bahwa distribusi energi tidak hanya soal stok, tetapi juga soal kecepatan suplai ke titik konsumsi. Jalur logistik yang padat, cuaca ekstrem, dan potensi bencana menjadi faktor yang harus diantisipasi.
Kondisi riil di lapangan menunjukkan bahwa kesiapan energi jelang libur Nataru bukan hanya soal angka, tetapi juga soal eksekusi. Pertamina dan pemerintah memang menyiapkan strategi, tetapi masyarakat masih merasakan dampak langsung dari antrean panjang, distribusi yang lambat, dan tekanan konsumsi di titik wisata.
Oleh karenanya, untuk wilayah Bandung Group, stok BBM dan LPG ditingkatkan sekitar 10% dari proyeksi kebutuhan. Hal ini mencakup 11 kabupaten/kota, termasuk Tasikmalaya, Bandung, Bandung Barat, dan Pangandaran.
"Ini buat wilayah penyaluran wilayah Bandung, ada 11 kabupaten kota, ada Tasik, Bandung, Barat, Bandung, terus Pangandaran. Stok ini khusus untuk yang wilayah sini. Jadi buit up stocknya untuk Bandung Group sekitar 10 persen dari proyeksi," pungkas Sindhu.
Alternatif kebutuhan liburan akhir tahun atau produk serupa:
