AYOBANDUNG.ID -- Kadang, ide besar berawal dari satu pertanyaan sederhana di benak anak muda yang jeli membaca peluang, “Bisakah makanan kaki lima punya sistem waralaba yang rapi, tapi tetap ramah di kantong?”
Pertanyaan itu tidak hanya tinggal di angan Zaenal Fahmi Alatas, tapi justru membentuk fondasi lahirnya Pin Chicken, brand lokal asli Bandung spesialis ayam goreng krispi yang kini tumbuh menjadi opsi favorit para pencinta makanan cepat saji.
Lahir di Kota Bandung, Pin Chicken mulai mewarnai lanskap kuliner Tanah Air sejak Oktober 2018. Berawal dari satu tenan berwarna kuning dan merah di kawasan Antapani, Zaenal menyusun langkah perlahan lewat menu racikan sendiri, konsep take away, dan desain gerai yang membuat pembeli merasa bangga walau harganya tetap merakyat.
“Urusan harga bisa melipir sama kayak yang jualan di gerobak. Tapi showcase kita pakai outlet counter supaya orang bangga, nggak kayak beli di gerobak meski harganya sama,” ujar Zaenal kepada Ayobandung.
Tak ada jalan pintas dalam urusan rasa. Zaenal bersama timnya melewati banyak tahap uji coba sebelum menemukan formula resep ayam krispi yang jadi andalan Pin Chicken.
Dari Pin Combo Spesial sampai Pin Chicken Party, setiap paket dibuat dengan pendekatan yang menyeimbangkan selera generasi muda dengan kualitas bahan baku yang tetap dijaga. Zaenal sadar, di pasar kuliner yang kian kompetitif, konsistensi rasa dan kualitas adalah kunci untuk bertahan, apalagi di segmen makanan cepat saji yang tengah booming.
“Resepnya kita hasilkan dari ide-ide kreatif dan proses percobaan sendiri. Bahan bakunya pun tetap dijaga kualitasnya,” ujarnya.
Salah satu ciri khas Pin Chicken yang membedakannya dari brand lain adalah kreasi saus barbeque lada, dengan pilihan level pedas mulai dari normal hingga ekstra. Tak hanya menggoda lidah, tapi juga memberi kebebasan pelanggan untuk memilih pengalaman rasa.

Zaenal merancang Pin Chicken sebagai bisnis yang bisa dibawa pulang, harfiah dan filosofis. Dengan konsep take away, ia menyesuaikan gaya hidup urban yang ingin makan cepat, praktis, namun tetap punya cita rasa.
Bandung menjadi basis awal, dan Jakarta jadi target utama selanjutnya, sebagai kota padat yang haus akan makanan cepat saji berkarakter.
“Kalau ngomongin konsep, kita mulai dari Bandung sebagai kantor. Lalu lanjut ke Jakarta, karena fokus kita di kota yang crowded,” tuturnya.
Meski pesaing serupa menjamur, Zaenal tidak gentar. Ia percaya, waralaba yang menyajikan rasa otentik, sistem yang adil, dan tampilan yang modern akan terus punya ruang di hati konsumen.
“Yang membedakan dari konsep kita adalah model saus dan sistem takeaway-nya. Kita punya racikan sendiri dan rasa yang bisa bersaing. Visi-misi kita nggak muluk. Kita ingin ambil bagian dalam potensi kuliner cepat saji dan memengaruhi lanskap bisnis ini di Indonesia,” kata Zaenal.
Harga bukan sekadar angka di menu. Di Pin Chicken, harga menjadi alat demokrasi kuliner, makanan premium dengan nilai kaki lima. Dengan banderol Rp12.000 hingga Rp129.000, Pin Chicken tetap menjangkau semua kalangan, khususnya anak muda yang jadi pasar utama.
Tak hanya menjual ayam, Zaenal juga membuka pintu kemitraan waralaba yang diyakini sebagai peluang investasi rendah tapi menjanjikan.
Di era banyak anak muda mencari penghasilan pasif, sistem bagi hasil yang diterapkan Pin Chicken jadi jawaban atas keresahan finansial yang makin meluas.
“Franchise seperti ini makin banyak dicari, terutama oleh anak muda yang butuh penghasilan tambahan. Makanya kita pakai sistem bagi hasil yang sudah diatur,” tuturnya.
Pin Chicken bukan hanya soal ayam goreng renyah. Kuliner ini adalah representasi dari semangat usaha yang tumbuh dari pengamatan, dipoles dengan kreativitas, dan disebarkan lewat sistem bisnis yang berpihak. Di tangan Zaenal, ayam krispi bukan sekadar rasa tapi gerbang menuju masa depan yang lebih mandiri dan menggugah.
Informasi Pin Chicken
Alamat di Jalan Indramayu No.41, Antapani Kidul, Kota Bandung
Alternatif kuliner dan produk UMKM: