Gunungapi purba Nglanggeran dibentuk oleh endapan aglomerat. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)

Ayo Netizen

Laboratorium Gunung Api Purba Nglanggeran

Minggu 21 Sep 2025, 12:04 WIB

Ademe gunung merapi purbo

Melu krungu swaramu ngomongke opo

Ademe gunung merapi purbo

Sing neng Nglanggeran Wonosari Yogyokarto

(Didik Kempot Prasetyo, Banyu Biru)

Itulah penggalan syair lagu Banyu Biru yang dilantunkan oleh Didi Kempot. Lagu yang mengisahkan tentang kerinduan cinta. Cinta yang tak berbalas. Hanya kabar angin yang menyakitkan. Rasanya ingin menangis. Tak terasa air mata meleleh di pipi. Rasa rindu semakin bergayut di hati, namun tak bisa berjumpa walau dalam mimpi.

Kepedihan di hati diiringi hujan dari langit kayangan. Di bukit batu yang besar, cuaca mendung disertai hujan. Hati semakin merindu, ingat akan janji setia pada kekasih yang terjalin di Gunung Api Purba Nglanggeran.

Sampai kapan pun tak kan terlupakan. Tak sabar menunggu sampai waktu tiba, menanti yang tak pasti, menanti ia yang telah lama berjanji. Dalam kerinduan itu, suara hati membisikkan, gunungapi purba sangat menyejukkan, Gunungapi purba Nglanggeran di Wonosari, Yogyakarta

Sebelum sampai di lokasi, dari kejauhan, sudah terlihat dengan jelas bukit yang berwarna kehitaman, batuan dari letusan gunung api purba, yang diselingi warna hijau tetumbuhan. Gunungapi purba Nglanggeran masuk ke Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta. Bila berkendara dari pusat kota Yogyakarta, bukit ini dapat dicapai dalam waktu 60 menit. 

Dari pintu masuk, ada jalan setapak yang tertata untuk menuju puncak bukit. Tangga kayu yang dipasang di celah sempit di antara dua bongkah batu raksasa. Permukaan batunya sangat kasar, dengan bongkah-bongkah batu-batu besar.

Bukit batu hitam–kasar itu merupakan material letusan gunungapi yang disebut aglomerat dan breksi gunungapi, material letusan gunungapi berbutir kasar, dengan ukuran lebih besar dari 2 mm, menyudut.Bothe (1929), yang melaporkan bahwa Bukit Nglanggeran itu terdiri dari aglomerat, batuan piroklastika yang mengandung bom gunungapi. 

Dari keseluruhan endapan, tiga per empatnya berupa bom gunung api yang membundar, sisanya berupa abu dan lapili. Karena bebannya berat, aglomerat itu dapat dijadikan penunjuk, bahwa endapan itu berdekatan dengan kawah gunungapi. Bahkan, bisa juga agregat itu mengendap di lubang kepundan gunungapi. 

Baca Juga: Melihat Kemegahan Gunung-gemunung dari Puncak Telomoyo

Jadi, di mana persisnya pusat letusan Gunungapi purba Nglanggeran? Prof. Dr. Sri Mulyaningsih (komunikasi melalui telepon (16/09/2025) menyebutkan, bahwa pusat letusannya tidak jauh dari Gunung Nglanggeran saat ini. Dr Sri menduga, pusat letusannya ada di lokasi Gunung Wayang, 200 meter sebelah timur Gunung Nglanggeran, karena di sana terdapat volcanic neck.

Berbeda dengan Dr Sri, saya menduga, walau hanya diamati dari ronabuminya, pusat letusannya berada di tempat, yang sekarang menjadi Embung Nglanggeran, 830 m tenggara Gunung Nglanggeran.

Endapan yang luas itu membentuk bukit-bukit dengan tekstur batuan kasar, yang menindih endapan batuan yang mengendap sebelumnya. Endapan setebal 530 m itu kemudian membentuk bukit-bukit setelah bagian yang lunak dihancurkan oleh air hujan, cuaca, akar tumbuhan, dan pelapukan.

Satu di antara bukit-bukit itu dinamai Bukit Nglanggeran, atau sekarang popular dengan nama Gunungapi purba Nglanggeran, dengan ketinggian puncaknya +637 m dpl. Lebar gunung ini sekitar satu km, panjang tiga km, dan luasnya 48 ha. 

Menurut Dr Sri Mulyanigsih, proses terbentuknya Gunung Api purba Nglanggeran itu mirip dengan proses letusan-letusan yang terjadi di Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda. Puncak gunung apinya sudah muncul di permukaan laut menjadi daratan. Pada saat terjadi letusan, material letusannya mengalir di darat, mengalir ke rawa yang ditumbuhi mangrove yang lebat, hingga ke dasar laut dangkal yang ditumbuhi binatang koral. 

Baca Juga: Gunung Maninjau Meletus Dahsyat 70.000 tahun yang lalu

Menurut Prof Dr Sutikno Bronto (komunikasi melalui pesan WhatsApp (16/09/2025), bahwa proses terbentuknya Gunung Api Purba Nglanggeran dimulai dari gunung api dasar laut yang terangkat, kemudian menjadi gunungapi yang muncul di daratan. Sutikno Bronto mengemukakan bukti adanya fragmen batuan andesit dan batuan beku luar yang mengalami oksidasi kuat, sehingga berwarna merah bata.

Bahwa material letusan itu ada yang diendapkan di dasar laut dangkal, Dr Sutikno Bronto menemukan adanya fragmen batu gamping koral dan fosil koral di dalam agregat.

Gunung Api purba Nglanggeran merupakan endapan material letusan gunung api yang berupa agregat dari letusan gunung api aktif yang terjadi antara 70 juta tahun hingga 60 juta tahun yang lalu. Saat ini, Gunungapi purba Nglanggeran sudah mati, dan tubuh gunungnya sudah tererosi tingkat lanjut, sehingga penampakannya tidak sejelas gunungapi aktif saat ini. 

Gunungapi Nglanggeran sangat penting artinya bagi dunia ilmu pengetahuan, budaya, dan pariwisata, sehingga sangat layak menjadi laboratorium gunungapi purba. (*)

Tags:
Gunung Api Purba NglanggerangeologiWonosariYogyakarta

T Bachtiar

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor