Siang itu, meskipun suasana di bawah jembatan layang Skywalk Cihampelas, Kelurahan Cipaganti, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, sedang ramai dengan kendaraan yang berlalu-lalang, namun sebuah toko kecil berwarna kuning pastel kelihatan mencolok mencuri perhatian mata.
Tas-tas bergambar angklung, tokecang, dan ikon budaya Sunda yang bisa kita lihat dari luar kaca transparan sedang menggantung rapi di dalamnya. Waktu menunjukkan pukul 12.00 WIB ketika senyum ramah Teh Ayi menyambut setiap tamu yang datang ke toko Sampurasun Bandung, Minggu (26/10/2025).
Nur Aini Syaisa Rita, pendiri sekaligus pemilik Sampurasun Bandung, menceritakan bahwa idenya muncul dari kecintaannya pada Bandung. Ia ingin menciptakan oleh-oleh khas Bandung yang berbeda dari biasanya, bukan hanya makanan atau kaos sablon, melainkan produk yang bisa dipakai kemana aja sekaligus membawa nilai budaya.
“Saya pengen bikin sesuatu yang bisa dibawa, dipakai, tapi tetap punya nilai budaya,” ujarnya.
Perempuan berdarah Padang-Palembang itu memang jatuh hati pada Bandung sejak lama. Cintanya pada Bandung ternyata membawa Teh Ayi dan suaminya yang sama-sama berlatar belakang desain grafis, mendirikan Sampurasun pada tahun 2014. Mereka memulai dengan tiga motif pertama bertema Bandung Juara Series. Tak disangka, produk itu menarik minat pembeli, terutama dari Jakarta.
Teh Ayi menjelaskan bahwa melalui desain-desainnya, ia ingin budaya Sunda tidak hanya dipajang atau dikenang, tetapi bisa dibawa ke mana saja. Ia percaya bahwa tas bisa menjadi media bercerita yang menyenangkan dan fungsional bagi semua kalangan.
Kini, desain Sampurasun makin beragam. Ada motif permainan anak seperti tokecang dan oray-orayan, sampai motif kuliner khas Sunda seperti surabi oncom. Semua dibuat dengan harapan agar generasi muda tetap kenal dengan warisan budayanya sendiri. Teh Ayi menyebut, di tengah maraknya teknologi dan gaya hidup digital, dia berharap produk Sampurasun bisa menjadi jembatan untuk mengenalkan budaya kepada anak-anak lewat hal yang sederhana dan menarik.
Tas-tas Sampurasun dibuat dari bahan kanvas poliester, sebagian besar dipasok dari Cigondewa, Bandung. Motifnya dicetak dengan teknik press sublim agar warna lebih tahan lama. Kini, produknya tak hanya berupa tote bag, tapi juga kenes bag, sling bag, pouch, dan tumblr dengan harga yang tetap terjangkau.
Pada tahun 2023, Sampurasun Bandung menarik perhatian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, yang datang langsung ke tempat mereka. Kunjungan itu membawa dampak besar bagi mereka, karena setelah kejadian tersebut permintaan custom meningkat, bahkan pemesanan datang dari instansi pemerintah.
Selain aktif memasarkan produknya di media sosial seperti Instagram, Sampurasun juga sering ikut pameran ekonomi kreatif seperti Inacraft, pameran kerajinan terbesar di Indonesia. Dari situ, produk mereka makin dikenal luas dan mulai bekerja sama dengan brand-brand lain yang ingin memproduksi di tempatnya.
“Kami pengen budaya itu gak cuma dilihat, tapi juga bisa dipakai. Tas jadi cara kami untuk bercerita,” katanya.
Setelah sebelas tahun berjalan dan hanya berjualan dari rumahan, impian Teh Ayi akhirnya terwujud. The Ayi membuka toko Sampurasun pertamanya di Cihampelas pada Juni 2025.
“Dulu cuma mimpi punya toko sendiri. Sekarang alhamdulillah bisa tercapai,” ujarnya dengan senyum bangga.
Bagi Teh Ayi, toko kecil itu bukan sekadar tempat jualan, melainkan simbol bahwa budaya Sunda masih hidup dan bisa terus dibanggakan. (*)